Yang harus kamu tau, meski kutatap atau tidak, kamu tetap cantik.
-Ikhwan Fahrezi Ramadhan💦
Hari ini, matahari sudah kembali terbit dari timur. Sudah lewat beberapa hari sejak Zahra melihat Ikhwan di pinggiran trotoar saat lampu merah. Sekaligus sudah lewat beberapa hari sejak ia bertemu dengan teman kakaknya, Akbar, dan juga berbelanja ditemani oleh Zaki.
Kala itu, saat perjalanan menuju parkiran, Reyhan bertanya padanya. Bagaimana sikap Zaki dan apakah dia modus atau tidak. Zahra menjawab tidak, karena Zaki hanya menemaninya berkeliling masuk ke toko-toko dan sedikit berbincang.
Lalu Reyhan pun bertanya mengenai cara jalannya. Bagaimana bisa Akbar mengenalinya hanya karena cara jalannya saja. Zahra pun menjawab seadanya, kalau cara jalan Reyhan itu memang khas. Tubuhnya tegak, kepalanya tidak menunduk, tatapannya selalu tertuju lurus, tidak tengok sana-sini. Langkahnya tidak terburu-buru, namun juga tidak lamban. Tangannya selalu siap ada di samping tubuh. Sebagai penutupnya, Zahra berkata kalau cara Reyhan berjalan terlihat keren.
Reyhan mencibikkan bibirnya. Perasaan ia berjalan biasa saja. Tidak dikeren-keren-kan. Ya, memang dasarnya saja sudah keren.
Mari beranjak dari cerita beberapa hari lalu. Karena hari ini akan ada cerita baru.
"Bun, Zahra bagusnya pake yang mana?" tanya gadis itu pada sang ibu yang sedang berkacak pinggang memperhatikannya. Hari ini, Zahra akan menemani ibunya kondangan ke pernikahan anak dari temannya.
Zahra menunjukkan dua buah gamis, yang satu berwarna biru muda, dan yang satunya berwarna merah muda. Lalu sang ibu menjawab, "Bunda suka yang warna biru."
Zahra pun meletakkan yang berwarna merah muda di atas kasurnya.
"Taro di lemari lagi, dong."
Zahra menyengir, lalu mengambilnya kembali dan menggantungkannya di dalam lemari pakaian.
"Kalo udah siap, turun ke bawah, yah. Jangan lama-lama. Gak usah dandan."
"Mau dandannya juga gimana sih, Bun. Orang Zahra cuma punya bedak bayi."
Sang bunda terkekeh mendengar gerutuan putrinya. Lalu wanita itu pun keluar dan menunggu sang putri di lantai bawah.
💦
Di perjalanan, kedua orang itu duduk di belakang, sedangkan sang sopir mengemudi di depan. Zahra memandang ke arah luar jendela. Sebentar lagi akan melewati toko Ikhwan, ia harap, setidaknya bisa melihat lelaki itu meski hanya beberapa detik.
Tapi ternyata, harapan itu berujung hampa. Tidak ada yang dilihatnya dari luar toko Ikhwan. Zahra menghembuskan napas berat. Mengundang pertanyaan dari sang ibu, "kamu kenapa?"
"Gak papa, Bun."
"Itu napasnya berasa cape banget."
"Cape nahan rindu," bisik Zahra, pada sejuknya ac mobil yang menyala. Dan jelas saja Risa tak dapat mendengarnya.
"Ngomong apa sih?"
"Gak ngomong apa-apa," elaknya. Zahra mengeluarkan ponselnya dari dalam sling bag.
Ia membuka aplikasi whatsapp, hanya sekedar untuk melihat kapan terakhir kali Ikhwan membuka whatsapp. Ya, Ikhwan ternyata punya aplikasi itu, tapi kenapa selama ini ia lebih memilih mengirim sms dan menelfon via pulsa? Ditambah, Ikhwan tidak pernah membuat story sama sekali, jadi Zahra baru mengetahui kalau Ikhwan satu kontak dengannya saat tak sengaja melihat kontak whatsapp miliknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ikhwan [SELESAI]
Ficțiune adolescențiTeenfict-Romance-Religi ⚠BAPER STORY⚠ Namanya Ikhwan. Laki-laki itu berbeda, selalu terlihat sangat sederhana dan tidak banyak gaya seperti remaja zaman sekarang pada umumnya. Aku pikir dia orang yang aneh. Tidak pernah menatap perempuan. Tidak pern...