16. Kode

63K 8.6K 485
                                    

Perihal jodoh, manusia tidak ada yang mengetahuinya. Itu adalah rahasia Allah. Kenapa Allah merahasiakannya dari kita?
Agar kita senantiasa terus memperbaiki diri untuk mendapat apa yang terbaik bagi diri kita.

“ Wanita-wanita yang tidak baik, untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang baik, untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik, untuk wanita yang baik. (Qs. An Nur:26)

💦

"Masya Allah."

Ikhwan sungguh tidak sadar dengan apa yang baru ia ucapkan. Hati, pikiran dan mulutnya, seakan bekerja sama agar ia mengucapkan kalimat tersebut.

"Aduh, gue hampir nyasar." beruntungnya, Kiya yang baru saja masuk ke dalam ruangan itu berhasil mengusir kecanggungan di sana.

Zahra pun beralih menatap sahabatnya. "Gue kan udah bilang, pake toilet di ruangan ini aja."

Kiya hanya mengibaskan tangannya, lalu merapihkan jilbab yang ia gunakan. Jilbab yang Kiya pakai memang tidak sebesar milik Zahra, hanya sebatas dada saja. Tapi sudah syukur Kiya mau mengenakan jilbab.

"Ada apa gerangan? Gue yang sakit, kalian yang dapet hidayah?" bukankah sudah dikatakan kalau Febrian suka asal bicara?! Dan sekarang pun ia melakukannya.

Kiya mendengus. Ia berjalan mendekati Febrian yang berbaring di atas ranjang rumah sakit itu.

"Kalo bukan karena lo nolongin Zahra, gue males banget nengokin lo."

Mendengar hal itu, Febrian geleng-geleng kepala tak menyangka. "Astaghfirullah, jadi lo gak ikhlas jengukin gue? Padahal, kalo jengukin orang sakit itu pahalanya besar."

"Masa?" Kiya bertanya tak percaya.

"Tanya ke Ikhwan deh kalo lo gak percaya sama gue."

Kiya pun langsung beralih menatap Ikhwan. "Bener, Wan?"

"Ha?" apa perlu dijelaskan kalau Ikhwan sedang tidak fokus sekarang?

Febrian tidak heran meski ini merupakan pertama kalinya Ikhwan kurang memperhatikan sekitarnya. Febrian tau yang menjadi perhatian Ikhwan sekarang hanya satu. Tentu saja Zahra. Febrian bahkan setuju kalau memang Zahra terlihat lebih cantik dengan jilbabnya itu.

Kalau saja Febrian tidak tau jika sahabatnya itu menaruh hati pada Zahra, Febrian pasti akan menaruh hatinya juga pada gadis itu. Pasalnya, Zahra tidak hanya cantik. Ia juga baik dan pintar. Lelaki mana yang tak mudah menjatuhkan hatinya pada gadis seperti itu?!

Baiklah, kembali ke Kiya yang kini menanyakan apa yang ingin ia tau dengan jelas. "Emang kalo jenguk orang sakit, pahalanya besar?"

"Oh, iyah. Siapa saja yang menjenguk orang sakit akan senantiasa berada di kebun surga sampai ia kembali. (HR. Muslim)"

Hadist yang disebutkan oleh Ikhwan itu mengartikan jika saat kita menjenguk orang yang sedang sakit akan memperoleh pahala yang sangat banyak seperti orang yang sedang ada di kebun surga yang sedang memetik hasil buah di dalam surga.

Ada pun hadist lainnya; Barang siapa yang mendatangi saudaranya muslim (yang sakit) untuk menjenguknya, ia berjalan di atas kebun surga hingga ia duduk. Apabila ia duduk, rahmat (Allah) akan menyelimutinya. Bila waktu itu pagi hari, tujuh puluh ribu malaikat akan bersalawat kepadanya hingga sore hari, dan bila ia melakukannya di sore hari, tujuh puluh ribu malaikat tersebut akan bersalawat kepadanya hingga pagi hari. (HR. Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah. Syaikh al-Albani berkata: Hadis sahih)

Di dalam riwayat dari Ibnu Majah tertulis jika malaikat memohon ampun pada Allah, untuk siapapun yang menjenguk orang yang sedang sakit. Kita sebagai manusia seringkali tidak bersyukur dengan kesehatan yang sudah Allah berikan untuk kita dan beranggapan jika kesehatan adalah hak kita seperti tidak ada yang mengatur sehat atau sakit.

Padahal sehat dan sakit kita ada di tangan Allah Azza Wa Jalla. Sudah sepatutnya kita bersyukur untuk apa yang kita dapatkan hari ini. Setidaknya mari bersyukur karena masih bisa menghirup udara yang Allah beri secara cuma-cuma di hari ini.

Alhamdulillahirabbil'alamin, segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

"Woaaaahh," Kiya bersorak senang. Lalu perhatiannya kembali pada Febrian. "Kalo gitu lo jangan sembuh-sembuh. Nanti gue jengukin tiap hari."

"Lah?! Itu namanya lo nyumpahin gue sakit terus." Febrian sungguh tak habis pikir dengan Kiya.

"Ya kan biar pahala gue makin banyak."

Oke, mari beranjak dari Kiya dan Febrian yang masih berdebat. Kita kembali ke Ikhwan yang disibukkan dengan meletakkan roti dan buah-buahan yang ia bawa itu ke atas piring.

Zahra yang membawa tote bag berisi rantang makanan di tangannya, berjalan mendekat. "Dari tadi?" tanyanya pada Ikhwan.

"Barusan," jawab Ikhwan yang berusaha keras untuk tidak mengangkat kepalanya lagi.

"Ini gue bawa nasi sama lauk, ada sayur juga. Febrian bilang dia belum makan,” katanya, sambil meletakkan bawaanya itu ke atas meja.

“Dia minta dibawain makan?” tanya Ikhwan menyelidik.

“Oh, enggak. Febrian cuma bilang dia belum makan. Katanya makanan rumah sakit kurang enak.”

Ikhwan rasa Febrian memang jago memberi kode. Tentu maksud Febrian memang agar ia dibawakan makan oleh Zahra. Beruntung Zahra orangnya peka dan juga baik. Kalau tidak, mana mungkin ia mau repot-repot membawakan makanannya.

Ikhwan menatap Zahra lagi, untuk mengucapkan terima kasih. Yang kemudian dibalas senyuman tulus gadis itu, dan membuat Ikhwan kembali menunduk. Sepertinya memang ada yang tak beres dengan jantung Ikhwan. Dari tadi berdebar tak karuan, bahkan tubuhnya terasa panas, padahal ruangan tersebut ber-ac. Haruskah ia mendatangi dokter setelah ini?

Semoga saja Ikhwan tidak mendatangi dokter. Tidak lucu kalau nanti dokter mengatakan kalau Ikhwan sedang sakit cinta, bukan?!

“Ra, lo nemu orang ini dimana, sih? Lemotnya bikin gue pengen bilang astaghfirullah.”

“Wan, lo mungut ini manusia dimana, sih? Nyebelinnya bikin gue pengen bilang na'udzubillah.”

Bukannya menjawab pertanyaan masing-masing sahabatnya yang nampak kesal itu, Ikhwan dan Zahra malah tertawa.

Ikhwan berdiri. “Gak boleh kesel-keselan, kalo jodoh nanti gimana?”

“Amitt-amiiittt,” seru mereka bersama.

“Gak boleh gitu. Jodoh kan gak ada yang tau,” kata Zahra, menambahi.

“Iyah. Siapa tau di ruangan ini emang ada yang berjodoh.” Sudah jelas kemana arah lirikan Ikhwan saat mengatakan itu. Tapi kemudian ia langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain. Jadi Ikhwan tak yakin apakah benar ia melihat Zahra tersipu, atau memang itu hanya harapannya saja.

Kalau sudah seperti ini, sepertinya bukan hanya Febrian yang jago memberi kode.



















Republish
9 Mei 2020

Instagram
adelia_nurrahma

Ikhwan [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang