Lebih baik diam, daripada mengucapkan apa yang bahkan tidak baik didengar oleh diri kita sendiri.
💦
Sudah masuk hari terakhir ulangan sekolah. Nampak tiga orang lelaki yang berada di koridor dan sedang berjalan menuju kantin setelah tadi mendengar bel istirahat berbunyi. Kalau saja Ikhwan tidak berada diantara keduanya, sudah pasti perjalanan menuju kantin tak akan sedamai ini. Karena kedua orang yang berada di sisi kanan dan kiri Ikhwan tidak pernah mau diam kalau sudah berdekatan. Mungkin kalian sudah bisa menebak siapa mereka. Tentu saja Febrian dan Riky.
Entah bagaimana ceritanya, kini Riky berada di antara mereka. Semuanya berjalan begitu saja. Riky sering bergabung bersama Ikhwan dan Febrian, dan kedua orang itu pun tentu tak keberatan. Hanya saja memang kadang Riky tak bisa akur dengan Febrian. Tapi setelah adu mulut, mereka tetap berbaikan kembali. Kalau dengan Ikhwan tentu keduanya damai-damai saja. Karena memang sulit berdebat dengan Ikhwan yang mudah sekali mengalah.
Ketiga orang itu memasuki kantin. Tidak disangka, mereka disambut di dalam sana. Karena mengenal siapa yang ada di depannya, Riky melangkah maju, berdiri di depan Ikhwan karena tau kalau Ikhwan lah yang menjadi sasaran.
Riky kini berhadapan dengan sosok yang pernah menjadi teman dekatnya sebelum Ikhwan. Mengapa pernah? Karena kini mereka sudah tidak terlalu dekat. Bisa dibilang, Riky telah berpindah kubu. Di belakang sosok yang berhadapan dengan Riky, ada tiga orang lainnya yang sebelumnya juga merupakan teman kumpul Riky. Singkatnya, bisa dibilang mereka pernah satu geng. Tapi kini, Riky sudah punya pandangan lain mengenai teman.
"Ada apa, Dan?" Riky bertanya.
"Ada apa?!" lelaki itu, Danu, menampakkan raut pura-pura tidak mengerti yang jelas Riky ketahui kalau memang ada masalah. Dan pasti mengenai dirinya yang tidak pernah bergabung lagi bersama mereka selama satu minggu ini.
"Kalo ada masalah, bisa kita omongin di tempat lain." Riky berusaha untuk menghindari masalah.
"Gak ada masalah. Gue cuma mau nyapa temen baru lo." Jelas sekali kalau ada penegasan dalam dua kata itu.
"Ada apa sih ini?" Febrian ikut maju. Ia penasaran.
"Gue udah kasih tau alesannya sama lo. Gak usah dipermasalahin."
Febrian pun makin penasaran karena tidak mendapat jawaban. "Ini masalahnya apa?"
"Iya, alesannya udah cukup jelas. Dia suci, makannya lo gak mau kumpul sama kita karena kita bisanya cuma buat dosa. Gak kaya dia yang suci."
Danu menunjuk tepat ke arah Ikhwan saat mengucapkan kata dia. Febrian pun menepis tangan itu. "Masalah lo apa, hah?" ia tidak terima sahabatnya ditunjuk penuh hina oleh orang lain. Emosinya langsung meluap.
"Masalah gue karena muak ngeliat kalian yang sok suci."
"Emang siapa yang nyuruh lo ngeliat kita? Gue juga gak mau diliatin lo." jawaban yang mengundang tawa itu terlontar dari Febrian. Sekarang mereka memang telah menjadi fokus para penduduk kantin. Lagipula, siapa yang akan menyia-nyiakan kesempatan untuk melihat para pembuat onar berhadapan dengan para lelaki yang terkenal alim.
"Bacot."
"Bukannya lo yang bac—"
Ucapan Febrian terpotong ketika ia merasakan tepukan di pundaknya. Febrian pun menoleh dan mendapati Ikhwan yang berbicara tanpa suara, namun Febrian tau kalau Ikhwan menyuruhnya ber-istighfar.
"Astaghfirullahaladzim."
Mendengar itu, Danu berdecih.
"Udah yah, mending lo minggir. Kita kesini mau makan. Bukan mau ngeladenin lo," kata Febrian.
![](https://img.wattpad.com/cover/180661566-288-k946826.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ikhwan [SELESAI]
Fiksi RemajaTeenfict-Romance-Religi ⚠BAPER STORY⚠ Namanya Ikhwan. Laki-laki itu berbeda, selalu terlihat sangat sederhana dan tidak banyak gaya seperti remaja zaman sekarang pada umumnya. Aku pikir dia orang yang aneh. Tidak pernah menatap perempuan. Tidak pern...