❤ 06

17.8K 2.4K 45
                                    

Waktu berlalu begitu cepat hingga tibalah hari dimana aku dan Changbin melangsungkan pernikahan. Sesuatu yang tidak pernah aku duga dan bayangkan akan terjadi secepat ini.

Hanya keluarga dari kedua pihak yang hadir sebagai tamu undangan karena Changbin tidak ingin privasinya diketahui publik. Yang penting mereka tau kalau dirinya sudah menikah, tidak perlu mengumbar acara pernikahan kami.

Karena tidak semua kehidupannya harus menjadi santapan publik, begitu katanya saat aku bertanya kemarin malam. Kali ini aku sepakat. Mengingat aku sendiri belum siap juga membeberkan statusku yang ternyata sudah menikah kepada rekan kerjaku.

Aku menghembuskan napas panjang, tanganku yang tengah menggenggam buket bunga mulai berkeringat karena gelisah. Ini pernikahan pertamaku, untuk itu aku gugup bukan main. Walau bukan pernikahan yang sebenarnya—karena terikat oleh kontrak, tapi rasa gugup yang aku rasakan sama seperti pernikahan yang sesungguhnya.

"Begini rasanya menikah ternyata," gumamku, tangan ini mulai semakin berkeringat dari balik sarung tangan yang kukenakan.

Berkali-kali aku mencoba menenangkan diriku sendiri dengan menarik napas dalam-dalam kemudian menghembuskannya perlahan, sampai akhirnya seseorang mengetuk pintu ruang tunggu.

Aku bangkit ketika melihat sosok pria yang selama ini telah membesarkanku muncul dari balik pintu yang terbuka.

"Ayo, Nak, acaranya akan dimulai," ajak Ayah yang semakin membuatku dilanda rasa panik. Haru bercampur gugup yang kini aku rasakan.

Ayah menuntunku berjalan melalui altar, dimana terdapat sosok Changbin yang sudah menunggu di ujung sana. Jantungku berpacu semakin cepat tatkala Changbin mulai melangkah mendekat untuk menjemputku.

Meski ini bukan pertama kalinya aku melihat seorang Seo Changbin mengenakan jas, namun tuksedo tersebut sangat cocok dikenakannya. Dia tampak menawan ditambah dengan senyumnya yang menyapaku ketika aku mulai memindahkan tangan untuk dilingkarkan pada lengannya.

Saat itulah dimulai serangkaian pengucapan janji dan pemasangan cincin di jari manis kami sebagai simbolis bahwa aku dan Changbin telah resmi menikah dan menjadi pasangan suami-istri. Diakhir acara, aku akhirnya bisa menghembuskan napas lega lantaran semua timeline berlangsung lancar tanpa kekurangan.

Aku dan Changbin tersenyum ketika keluarga kami memberi tepuk tangan meriah dari tempat mereka, saat kami menunjukan cincin pernikahan yang telah tersemat pada jari manis kami masing-masing.

00

Malamnya, setelah seluruh rangkaian acara selesai, aku dan Changbin berencana langsung kembali ke rumah. Saat ini kami dalam perjalanan pulang ke apartemen setelah berpamitan dengan seluruh anggota keluarga.

Aku pikir acaranya akan selesai lebih cepat karena hanya dari pihak keluarga saja yang hadir. Tapi justru karena tamunya yang sedikit, makanya Kakek bisa sangat puas berbagi kisah dengan Ayah sambil menikmati minuman. Dasar mereka ini, tidak sadar umur!

"Kakek ngasih kita rumah. Bilangnya hadiah pernikahan."

Aku menoleh kaget. Kakek memberi rumah seperti memberi permen. Sangat mudah, "Terus? Kamu terima?"

"Nggak," mendengar jawabannya membuatku memutar bola mata dengan malas.

Padahal lumayan kalau kami berdua tinggal di rumah baru. Tidak perlu bayar sewa, bisa berkebun dihalaman, dan masih banyak hal lain yang ingin aku lakukan di rumah sendiri.

"Emangnya kamu mau tinggal disana? Rumahnya gede banget. Lagian kita sama-sama kerja dan bakal jarang di rumah nantinya," tambah Changbin masih fokus dengan kemudi.

somebody to love • changbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang