❤ 32

19.6K 2.4K 662
                                    

Sambil membawa laptop, aku mengetuk pintu kamar Changbin. Ada beberapa yang mengganggu pikiranku, salah satunya tentang pekerjaan. Meski hari sudah semakin malam, tapi Changbin tetap membukakan pintu kamarnya. Dia tampak terkejut dengan kedatanganku saat itu.

"Ada yang mau aku tanyain. Soal hasil penjualan yang bakal dipresentasiin besok. Mau bantu aku ngecek?" tanyaku pada Changbin.

Laki-laki itu mengangguk dan mempersilahkanku masuk ke kamarnya. Sudah aku duga, Changbin bahkan masih mengerjakan pekerjaannya. Laptop yang digunakan Changbin tampak tergeletak dikasur.

"Apa yang harus aku cek?" tanya Changbin, dia ikut duduk disampingku.

Aku memberikan laptop yang sedari tadi aku bawa padanya, sambil menunjukan bagian-bagian yang harus diperiksa oleh Changbin. Enak ya jadi istri Changbin, bisa minta tolong dia untuk mengecek pekerjaanku supaya nantinya ketika waktu pemaparan, semuanya akan berjalan sempurna karena sudah dicek Changbin. Ya kalau dikritik, salahin Changbin aja.

"Semuanya udah benar tanpa kamu minta aku buat ngecek ulang lagi," Changbin berucap setelah beberapa menit kemudian. Mendengarnya membuat bibirku melengkungkan senyum, akhirnya aku bisa tidur nyenyak malam ini.

"Kalau salah, aku salahin kamu ya," kataku mengancam, lalu menerima kembali laptopku dari Changbin. Dia hanya tertawa menanggapi.

Melihat laptop Changbin yang masih menyala disebelahku, aku lantas melirik benda tersebut. Aku penasaran, apa yang sedang dikerjakannya sampai membuatnya terjaga kali ini?

Namun aku dibuat terkejut ketika Changbin secara spontan mencodongkan tubuhnya kearahku hanya demi menutup laptop itu. Aku menoleh, kenapa tiba-tiba menyembunyikannya dariku?

"Kenapa ditutup?" tanyaku, posisi kami masih belum berubah dengan Changbin yang menahanku kini kami malah bersandar pada tumpukan bantal dikasur ini.

"Bukan apa-apa," jawab Changbin terlihat gugup. Aku tau dia pasti berbohong, terlihat jelas telinganya mulai memerah. Sudah aku katakan, Changbin itu tak bisa berbohong.

"Kalau nggak ada apa-apa harusnya nggak perlu ditutupi segala, kan?" kataku setengah menggodanya. Lucu sekali melihat ekspresi wajah panik milik Changbin.

Changbin mengusap tengkuknya, gerak-geriknya sangat mencurigakan. Membuatku berpikir yang tidak-tidak tentang apa yang dilakukan Changbin saat ini.

"Kamu lagi nonton film dewasa kah?" tanyaku terang-terangan yang langsung membuat Changbin mengelak cepat.

"Yang bener aja kamu, masa aku nonton film gituan sih," aku tak bisa menahan senyumku begitu Changbin berusaha menutupinya. Aku tidak tau tebakanku benar atau tidak, yang jelas melihat Changbin sepanik itu membuatku ingin tertawa sekeras-kerasnya.

Aku mendorong tubuh Changbin kembali pada posisi awal, lalu menepuk bahunya pelan. "Nggak apa, latihan," kataku sambil menahan tawa.

Daripada semakin membuatnya merasa terpojok karena tuduhanku, aku berniat bangkit untuk kembali ke kamar. Namun Changbin berhasil meraih pergelangan tangan dan kembali membuatku terduduk disisi kasur bersamanya. Dia membuka laptopnya dipangkuanku dan menunjukan sesuatu disana.

Aku tercengang ketika melihat layar laptop yang ternyata bukan menampilkan sesuatu terkait dengan adegan film dewasa atau sebagainya, melainkan foto pernikahan kami. Tubuhku seketika menegang, aku kembali mengingat pertanyaan Changbin kemarin yang belum sempat aku jawab.

"Aku lagi liat-liat foto pernikahan kita. Bukan film dewasa," ujarnya mengklarifikasi kesalahpahaman tadi.

Aku tak begitu fokus dengan apa yang Changbin katakan barusan, karena kedua mata ini sibuk memperhatikan foto yang ada dihadapanku. Melihat sepasang insan yang tengah berdiri berdampingan lalu tersenyum menghadap kamera.

somebody to love • changbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang