❤ 27

17K 2.1K 124
                                    

Hari pertama kembali bekerja setelah kepulanganku dari rumah sakit kemarin lusa. Changbin sempat memintaku untuk beristirahat satu hari lagi, tapi sepertinya penyakitku tidak separah itu sampai harus beristirahat lebih lama.

Seperti hari-hari biasanya, aku dan rekan divisi lainnya masih disibukkan dengan revisi laporan kerugian perusahaan. Melakukan pengecekan serta mengolah data yang setiap harinya kami terima. Disamping meja kerjaku, terdapat Senior Eunho yang juga sibuk dengan tugasnya.

Aku melirik dia sekilas, sejak pertemuan mengejutkan antara Senior Eunho dan Changbin di rumah sakit, aku dan laki-laki itu belum sempat membuka suara untuk saling bercakap. Bahkan sejak kedatanganku pagi ini, kami belum saling berbincang atau menyapa satu sama lain.

Sambil menghela napas, aku memutar kursi untuk menghadapnya. Hal yang biasa dilakukan Senior Eunho disaat ia merasa bosan dengan pekerjaannya, untuk menggodaku. Aku tidak bisa seperti ini terus. Bisa-bisa seniorku yang lain justru mencurigai kami karena hanya saling melempar pandang tanpa mengeluarkan kata.

"Senior Eunho?" Aku tidak tau kalau panggilanku akan membuatnya tersentak saat itu. Perlahan kepalanya bergerak untuk menoleh ke arahku.

"Ya?" sahutnya. Dia memandang sayu kearahku seperti biasa. Tapi caranya menatapku kali ini sedikit berbeda. Ada garis kesedihan terlihat jelas diekspresinya. Ia seperti ingin mengatakan sesuatu kepadaku melalui kedua mata.

"Soal kejadian waktu itu..."

"Kamu ada hubungan apa sama Tuan Changbin?" Senior Eunho memotong kalimatku.

"Ya?"

"Tuan Changbin... benar temen kamu?" tanyanya menyelidik. Nada bicaranya seperti tak yakin, tapi akhirnya dia berhasil mengutarakan hal yang mungkin menganggu pikirannya selama ini.

Aku terdiam. Sejujurnya aku sudah mengantisipasi kalau pertanyaan itu akan ditujukan untukku, tapi tetap saja aku tidak tau mulai dari mana aku harus menjelaskannya pada Senior Eunho. Haruskah aku tetap melanjutkan kebohonganku, atau lebih baik menceritakan yang sebenarnya, antara aku dan Changbin?

Tapi untuk apa aku mengaku sebagai istrinya kalau dalam waktu lima bulan lagi kontrakku akan habis?

"Iya. Dia temanku. Maaf aku nggak pernah cerita sama Senior Eunho," balasku, melanjutkan kebohongan ini. Aku tidak tau, apakah pilihan ini benar atau tidak.

Senior Eunho menatapku cukup lama dalam diam, barulah ia menghembuskan napas lega setelah itu. Meski dia tak mengatakan apapun lagi, wajahnya sangat jelas menunjukan kalau dia puas dengan jawabanku barusan.

"Pasti kalian dekat banget ya sampai berpelukan seperti itu," pandangan Senior Eunho berpaling, ia kembali melanjutkan pekerjaannya ketika berucap seperti itu.

"Tentu," balasku sambil tertawa canggung, memilih untuk melanjutkan kembali aktivitasku lagi.

00

Sore harinya, aku sedang merapihkan meja kerja sebelum bersiap untuk pulang ketika sebuah panggilan masuk menampilkan nama Seungmin pada layar ponsel.

"Halo? Ada apa Seungmin?" tanyaku pada seseorang disebrang sana.

"Yena, sekarang kamu ada acara nggak?"

"Nggak ada. Aku baru bersiap pulang. Ada perlu denganku?"

"Bagus kalau begitu. Aku tunggu kamu di basement sekarang. Ada sesuatu yang perlu aku sampaikan," terang Seungmin. Tanpa berpikir panjang, aku langsung menyetujui pertemuan dengan Seungmin setelah mengakhiri panggilan tersebut.

Begitu sampai di basement, Seungmin langsung membawaku masuk ke dalam mobil sedan yang dia kendarai seorang diri. Tanpa berkata apapun lagi, ia melajukan mobilnya setelah aku duduk manis di dalamnya.

somebody to love • changbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang