❤ 15

16.4K 2.3K 398
                                    

"Oh? Selamat malam Tuan Changbin."

Dengan cepat aku mengangkat kepalaku ketika mendengar Senior Eunho menyebut nama yang sangat familiar bagiku. Mataku lantas membulat ketika melihat sosok Changbin berdiri diantara butiran hujan yang jatuh menabrak payung yang dipakainya. Dia nyata, dia benar-benar berdiri beberapa meter di depan Senior Eunho dan aku.

Aku mematung, seketika tak dapat berpikir untuk saat ini.

Ngapain dia disini?

Changbin sedikit menundukan kepalanya membalas salam dari Senior Eunho. Matanya menatap Senior Eunho selama beberapa detik sebelum akhirnya beralih melihatku. Dia tak menunjukan ekspresi apapun untuk beberapa saat. Sementara aku? Dilanda kepanikan.

"Sedang apa Tuan Changbin malam-malam kemari? Ada yang bisa saya dan rekan saya bantu?" tanya Senior Eunho, suaranya berhasil menyadarkanku. Barulah setelah itu, Changbin tersenyum.

"Aku cuma mau ngambil beberapa dokumen untuk dikerjakan. Kalian kenapa baru pulang? Ini udah malam banget."

Mungkin hanya dugaanku saja, tapi aku merasa kalau jawabannya barusan itu hanya sekedar alasan. Untuk apa seorang CEO datang malam-malam bahkan menembus hujan deras seperti ini untuk menambil dokumen yang tertinggal sementara ia bisa menyuruh bawahan atau asistennya?

Beruntung Senior Eunho tidak begitu memikirkan jawaban Changbin karena dengan cepat ia menjawab.

"Divisi kami sedang disibukkan oleh projek perilisan produk untuk bulan depan. Makanya kami sering pulang malam karena terlalu sibuk dengan projek tersebut. Tuan Changbin sudah dengar kabarnya, bukan?" jelas Senior Eunho yang langsung Changbin balas dengan anggukan.

"Iya, projeknya sudah sampai padaku. Kalau begitu, aku permisi. Terima kasih atas kerja keras kalian. Hati-hati dijalan." Aku dan Senior Eunho menyegerakan diri untuk memberi salam dengan membungkuk sembilan puluh derajat ketika Changbin berlalu dari hadapan kami.

Aneh, dadaku terasa sesak saat ini. Rasanya seperti ingin menjelaskan sesuatu untuk meluruskan kesalahpahaman yang terjadi. Tapi, memangnya Changbin peduli? Pernikahan kami hanya sebatas kontrak, untuk apa Changbin memikirkanku yang bahkan saat ini sedang bersama pria lain. Seharusnya bukan lagi sesuatu yang harus dipermasalahan.

"Yena?" panggil Senior Eunho. Sadar aku masih dalam posisi membungkuk, dengan cepat aku menegakkan tubuhku.

"Ya?" sahutku.

Senior Eunho tertawa karena aksiku, "Aku pikir kamu tertidur barusan. Ayo, sebelum busnya datang," ajak Senior Eunho sambil menarik lengan jaketku.

00

Lima belas menit berlalu hingga akhirnya pintu lift terbuka. Kedua mataku menangkap sosok yang kukenal sedang menatapku penuh tanya. Sambil melangkahkan kaki keluar dari lift, Changbin akhirnya bersuara.

"Lagi ngapain?"

"Nunggu kamu," jawabku saat Changbin bertanya barusan.

"Kenapa nggak langsung masuk dan nunggu di dalem aja?" tanyanya lagi sembari memasukan kode hingga terdengar suara kunci pintu yang terbuka.

Aku sendiri tidak tau alasannya. Hanya merasa perlu menunggu Changbin disini, di depan pintu unit apartemen kami.

"Nggak tau. Pengen aja nunggu kamu," jawabku sambil menerobos masuk begitu Changbin membukakan pintu.

Meski Changbin tak membahas kejadian tadi, suasana diantara kami tiba-tiba berubah canggung. Terlebih lagi saat ini kami sedang duduk berhadapan untuk menyantap makan malam yang telah disiapkan sebelumnya oleh Changbin.

somebody to love • changbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang