Epilog

28.8K 2.4K 276
                                    

Sejak kami kembali dari perayaan lahirnya putra pertama Seungmin dengan Ara, Changbin terlihat menghindar untuk bicara denganku. Tiap kali aku memulai topik, Changbin pasti dengan sengaja mengalihkan fokusnya pada Yebin. Sejak tadi aku tidak mengerti, apa yang sebenarnya terjadi.

"Kenapa sih?" Aku menahan lengan Changbin setelah laki-laki itu menidurkan Yebin dikamarnya.

Changbin berbalik sambil mengisyaratkanku untuk tetap tenang. Dia khawatir Yebin akan terbangun dan mendengar pembicaraan kami.

"Apanya yang kenapa?" tanya Changbin setelah kami masuk ke kamar.

"Dari tadi siang kamu keliatan ngehindarin aku. Aku ada salah ya?" Kalau memang benar aku berbuat salah, seharusnya Changbin mengatakannya padaku sejak awal.

"Nggak ada kok," balasnya tak acuh, dia mulai berlalu dari hadapanku menuju tempat tidur untuk berbaring.

Aku mengembuskan napas sebal sambil membuntutinya menuju tempat tidur kami.

"Kita bukan anak muda lagi yang harus nebak-nebak kesalahan yang kita buat. Kamu tinggal bilang kalo aku punya salah dan aku akan memperbaiki diri. Jangan sampai karena alasan sepele kita jadi berantem dan bikin Yebin jadi kepikiran," ucapku tegas yang langsung disambut dengan tatapan tajam dari Changbin.

"Aku nggak bilang kamu salah kan? Untuk apa kita berantem kalau kamu nggak buat kesalahan?"

"Changbin,"

"Aku mau tidur duluan." Changbin memotong kalimatku lalu memilih mengakhiri pembicaraan kami secara sepihak.

Aku tau betul kalau Changbin sangat membenci perdebatan diantara kami. Tapi kalau dia sendiri yang memunculkan konflik tapi tidak memberi tau titik terangnya, cara apa lagi selain berdebat seperti ini?

Jangan sampai kejadian dimasa lalu kami terulang hanya karena Changbin tidak mau mengatakan apa yang membuatnya marah.

"Aku tidur di kamar Yebin." Moodku jadi berantakan karena Changbin.

Namun ternyata, Changbin malah meraih pergelangan tangan sampai membuatku tak bisa menahan keseimbangan dan terjatuh diatas ranjang. Kedua mataku membulat ketika Changbin tiba-tiba merubah posisinya menjadi diatasku.

"Fine, aku jelasin." Dia terlihat pasrah.

Sejujurnya aku tidak bermaksud menjadikan alasanku untuk tidur di kamar Yebin supaya Changbin buka suara. Tapi kalau ternyata laki-laki itu menganggap demikian, aku tidak masalah. Dengan begitu aku tidak perlu mendesaknya untuk menjelaskan alasan kenapa seharian ini dia menghindar dariku.

"Aku cemburu," ungkapnya yang langsung membuat dahiku berkerut heran.

"Cemburu? Kenapa memangnya?"

"Seharian tadi kamu lebih sering ngobrol sama Eunho. Kayaknya pembicaraan kalian seru banget ya? Sampai Yebin sama aku dicuekin," ujar Changbin mengakui.

Aku diam sejenak, memikirkan kembali apa yang aku lakukan seharian ini terutama ketika menghadiri perayaan yang diadakan Seungmin dan Ara.

"Ah jadi karena itu." Kini aku ingat dan benar kata Changbin. Seharian ini aku lebih sering berbincang bersama Senior Eunho.

"Jadi begini. Senior Eunho pindah ke perusahaan baru sejak dua tahun yang lalu. Karena kita jarang bertemu, makanya tadi aku ngobrol banyak sama dia. Ya berbagi cerita aja. Tapi aku nggak sadar kalau ternyata aku sampai nyuekin kamu dan Yebin. Aku minta maaf ya?" Tanganku terangkat untuk menangkup wajah Changbin. Dia diam, seperti menimang permintaan maafku.

"Jangan khawatir, Senior Eunho udah menikah kok. Sekarang dia lagi menunggu anak pertamanya lahir. Lagipula orang yang aku cintai sekarang ada dihadapanku."

Yang tadinya menangkup wajah Changbin, kini beralih mencubit gemas kedua pipi Changbin. Aku tak bisa menahan senyumku ketika melihat kedua telinga Changbin mulai memerah, tersipu karena ucapanku barusan.

"Yena," panggil Changbin, aku tidak tau harus bagaimana mengatakannya. Tapi kalau Changbin sudah memanggilku dengan tatapan serius seperti itu, rasanya jantungku ingin meledak karena terlalu gugup.

"Ya?"

"Kayaknya Yebin butuh teman main ya?" Mendengar pertanyaan Changbin, aku langsung tertawa. Sepertinya aku tau maksud perkataan Changbin yang satu ini.

"Kalau aku mau nambah tiga lagi boleh?" tanyaku. Sejujurnya aku tidak benar-benar serius tentang hal itu.

Changbin tertawa, "Kok banyak banget ya?"

"Gen kamu bagus. Sayang kalau di sia-siain," tawa Changbin semakin keras setelah mendengar jawabanku.

"Anything for you, babe." Aku tak menjawab lagi karena setelah itu kami saling menautkan bibir. Ciuman kami semakin intens lalu berlanjut pada tahapan yang lebih serius. Sebuah malam yang indah sekaligus melelahkan untuk kami berdua.








❤️






the end



Karena belum bisa move on, akhirnya Ana memutuskan untuk menuliskan chapter singkat ini. Semoga kalian suka ㅠㅠ

Terima kasih untuk semua pembaca Somebody to love • Changbin !

Makasih juga buat temen-temen yang udah kirim support melalui dm ke Ana. I love you aaallll Ana bakal terus bikin cerita terutama dengan cast member skz kok! Tenang ajaa~

Oh iya, mampir juga yuk ke work terbaru Ana. Castnya kali ini Hyunjin! Tapi tenang, gak kalah seru kok sama cerita yang ini *pede*

 Castnya kali ini Hyunjin! Tapi tenang, gak kalah seru kok sama cerita yang ini *pede*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekali lagi terima kasih, dan aku cinta kalian

Revision date: 15/09/2020

somebody to love • changbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang