❤ 09

16.3K 2.2K 107
                                    

Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat. Hari ini tepat dua bulan usia penikahan kami. Aku dan Changbin memang menikah, tapi keseharian kami tidak seperti suami-istri pada umumnya. Aktivitas kami begitu normal, sekedar bertemu untuk sarapan bersama lalu bekerja dan kembali bertemu di apartemen Changbin pada malam hari.

Tapi terkadang Changbin pulang terlambat sehingga melewatkan jam makan malam. Selama beberapa kali, kami pernah tidak saling bertemu karena kesibukan di kantor. Dalam satu kasus, Changbin bisa pulang larut dan harus berangkat lebih pagi keesokan hari, atau sebaliknya, aku yang seperti itu.

"Besok aku keluar kota, ada yang perlu diurus."

Sama seperti hari-hari sebelumnya, kami sedang menikmati sarapan bersama. Mendengar ucapan Changbin aku tersentak. Kabar barusan terlalu mendadak untuk kuketahui.

"Berapa lama?" tanyaku.

"Satu minggu," balas Changbin yang saat itu langsung membuatku terdiam. Satu minggu itu bukan waktu yang sebentar, bagiku malah terlalu lama.

Changbin meletakkan sumpit, lalu beralih meraih ponsel yang ada disebelahnya. Dia terlihat mengetik sesuatu diatas layar, lalu tak lama setelah itu, dia memberikan ponselnya padaku. Membuatku lantas menatapnya penuh tanya.

"Tulis nomor kamu. Biar bisa aku telpon," katanya seolah menjawab kebingunganku.

Ah, aku sampai lupa kalau selama ini kami tidak pernah berhubungan lewat telepon. Anehnya, kami berdua sama-sama tak sadar kalau belum pernah membagi nomor telepon masing-masing. Aku menerima ponsel Changbin untuk mengetik nomorku disana serta tak lupa untuk menamainya.

"Kalau gitu selama kamu pergi, aku ke apartemenku ya?" tanyaku meminta izin.

Aku tidak pindah atau menjual kembali unit apartemenku karena tau pernikahan ini hanya sementara. Akan sulit menemukan unit apartemen lagi nantinya. Lagipula, setiap satu minggu sekali aku masih pulang ke unitku untuk sekedar bersih-bersih atau beristirahat sejenak disana.

"Kenapa memangnya disini?" Changbin menerima ponsel yang aku kembalikan, lalu menatapku.

"Terlalu besar. Bakal kerasa banget sendirinya." Harus aku akui, tempat ini sangat besar untuk kuhuni sendirian. Lain cerita kalau Changbin, dia sudah terbiasa dengan tempat ini.

"Yaudah," sahutnya pasrah tanpa bertanya lebih jauh. Dia lanjut menyantap sarapan, begitu juga denganku.

00

Hari kedua setelah kepergian Changbin untuk urusan bisnis. Yang biasanya sarapan bersama Changbin, mulai kemarin aku berangkat lebih pagi untuk mampir ke minimarket di sebrang kantor membeli sarapan. Dibandingkan dengan kantin, tentu jajanan di minimarket lebih bervariasi.

Sebelum berangkat, Changbin bilang kalau dia akan meninggalkan mobilnya karena ada Hansol yang mengantar. Dia juga bilang untuk berjaga-jaga kalau aku perlu sesuatu yang membutuhkan kendaraan. Changbin bahkan mengizinkanku menggunakan mobilnya untuk pergi ke kantor. Meskipun begitu, aku tetap pergi dengan bus karena jarak dari apartemenku menuju kantor lebih dekat. Orang kantor mungkin akan panik kalau melihatku menggunakan mobil Changbin nantinya.

somebody to love • changbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang