❤ 02

22.2K 2.9K 688
                                    

Langit masih sama seperti kemarin, ramai oleh gerombolan awan gelap yang siap menurunkan hujannya kapan saja. Sepertinya kali ini aku harus siap membawa payung.

Pagi ini, aku sedang memanaskan air untuk menyeduh teh ketika tiba-tiba bel unit apartemenku berbunyi. Aku menoleh, siapa yang bertamu sepagi ini? Jarum pendek pada jam dinding bahkan belum menyentuh angka tujuh.

Sambil merapihkan kemeja dan menyisir pelan rambutku yang sedikit beratakan dengan jemari, aku berjalan menuju pintu.

"Iya tunggu sebentar," teriakku ketika bel berbunyi untuk kedua kalinya.

Begitu membuka pintu, secara reflek mulutku terbuka lebar hingga tak dapat menutup kembali dengan sendirinya. Mataku membulat sempurna, aku terkejut bukan main ketika melihat laki-laki di hadapanku yang datang bertamu sepagi ini.

Ini bukan mimpikan? Kenapa Seo Changbin datang ke tempat tinggalku? Ada apa ini? Apa aku akan dipecat karena bertemu dengan Seungmin kemarin?

Ah! Aku tidak tau!

"Boleh aku masuk?" suara beratnya menyadarkanku yang sedari tadi tak bereaksi.

Meski masih tak percaya dengan kehadirannya, aku pun dengan gugup mengangguk. Mempersilahkan Tuan Seo Changbin memasuki unit apartemenku yang kecil ini.

"Silahkan," aku bergeser. Changbin melangkah masuk, sedangkan kedua pengawalnya menunggu di luar.

Sebelum duduk menghadap dengan Changbin, aku lebih dulu menyiapkan dua cangkir teh hangat untuk disajikan. Aku tidak tau apa maksud kedatangan Changbin kemari. Yang jelas, ekspresi wajahnya yang serius benar-benar membuatku seperti berada dalam posisi genting. Suasana ruangan ini mendadak menegang.

"Perkenalkan, aku Seo Changbin," sebenarnya tanpa perlu memperkenalkan diri, aku sudah mengenalnya, "ada beberapa hal yang mau aku bicarakan. Kamu Jung Yena, kan?"

Aku mengangguk membenarkan. Dari dalam jasnya, Changbin mengeluarkan amplop putih berbentuk persegi panjang. Disaat itu aku menelan ludah kuat-kuat karena amplop itu memiliki bentuk yang sama persis dengan surat pengunduran diri. Hal ini semakin membuatku dilanda panik.

"Kamu pasti tau kabar kalau aku akan menikah minggu depan, bukan?" tanyanya sambil menatapku tajam. Tatapan yang sama seperti yang aku lihat dalam artikel kemarin.

"Tentu. Kami sebagai karyawan di perusahaan turut bergembira mendengar berita bahagia ini. Ngomong-ngomong, selamat atas pernikahanya!" Demi menutup rasa gugupku, aku akhirnya bertingkah bodoh seperti ini.

"Terima kasih. Tapi sebelum itu aku harus menerima persetujuan dari pihak wanitanya terlebih dahulu." Changbin menyerahkan amplop putih tadi kepadaku.

"Apa ini?" benar saja, sepertinya aku akan dipecat. Tapi apa salahku?

"Kontrak nikah."

Alisku tertaut heran, mataku beralih menatap Changbin. "Kontrak nikah? Maksudnya?"

"Kamu yang akan aku nikahi," jawabnya datar namun berhasil membuat jantungku berhenti berdetak saat itu juga.

"Ya?"

Tunggu, ada apa ini? Kenapa? bagaimana bisa? Sungguh, ada banyak sekali pertanyaan dalam benakku saat ini. Rasanya aku ingin Changbin menamparku. Barang kali semua ini hanya mimpi.

"Ceritanya panjang dan rumit. Aku nggak punya banyak waktu untuk jelasin ke kamu sekarang." Wajahnya yang semula tak berekspresi, kini terlihat khawatir, "Dengar Jung Yena, aku cuma punya waktu sampai besok. Jadi tolong tanda tangani suratnya paling lambat malam ini. Asistenku akan-"

"Tunggu!" Changbin menghentikan kalimatnya, dia menatapku.

Aku benar-benar tidak mengerti situasi ini. Bagaimana bisa tiba-tiba seorang CEO perusahaan tempatku bekerja datang bertamu, lalu ia memintaku menandatangani kontrak pernikahan yang telah dibuatnya? Apa ini? Kenapa jadi mirip drama dan novel-novel yang sering aku jumpai?

somebody to love • changbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang