❤ 30

18.4K 2.4K 693
                                    


"YENA NYEBELIN! YENA NGESELIN! AKU NGGAK MAU PULANG!" aku melongo ketika seseorang diujung sana justru memakiku.

Aku menjauhkan ponsel dari telinga untuk memastikan kalau seseorang disebrang sana memang Changbin. Tapi kenapa saat ini seperti bukan Changbin yang berbicara?

"Halo? Changbin? Ini kamu?"

"Iya lah! Masa Kang Eunho. Kamu nggak ngenalin suara seksi aku emangnya?" responnya barusan berhasil membuatku menghela napas panjang. Sepertinya ada yang tidak beres.

"Kamu dimana?"

"Kasih tau nggak yaaa."

"Changbin kamu mabuk. Jawab aku, kamu dimana?"

"English please!" aku memijat pelipis frustrasi, minum seberapa banyak dia ini?

"Where are you now?" tanyaku dengan penuh penekanan disetiap katanya.

Changbin tertawa, cukup keras sebelum akhirnya menjawab pertanyaanku. "Oh! Aku ditempat yang indah banget. Banyak bidadarinya!"

Bicara sama orang yang sedang mabuk memang sebuah kesalahan besar. Aku berdecak, lalu bangkit untuk mencari jaket sebelum pergi menjemput Changbin yang sedang mabuk itu.

"Halo? Maaf kalau tidak sopan, aku pelayan bar disini. Sepertinya tuan ini sangat mabuk, tolong datang kemari." Hampir saja aku memutuskan panggilan. Sang pelayan pun memberi tau alamat bar tersebut dan memintaku untuk datang menjemput Changbin.

Aku melesat ke tempat itu dengan menaiki taksi, tak peduli hari semakin larut mendekati tengah malam. Aku khawatir karena Changbin mabuk seorang diri, tidak bersama Hansol atau orang lain yang dipercaya untuk menemaninya.

Beruntung lokasi bar tak terlalu jauh dari gedung perusahaan sehingga mudah sekali menemukan tempat ini. Begitu aku masuk, suasana ramai dengan dentuman musik keras langsung menyambutku.

Tentunya tempat ini dipenuhi dengan wanita berpakaian seksi yang menggoda laki-laki mabuk. Aku tersenyum sinis, pantas saja Changbin bilang banyak bidadari disini.

Dengan susah payah aku menembus kerumunan orang-orang yang sedang menari dengan brutal untuk menuju meja bar yang terletak diujung ruangan. Tak sulit mencari Changbin, karena dia satu-satunya yang sudah tidak sadarkan diri diantara orang lain yang ada disana.

"Oh hai, apa kamu orang yang ditelpon tuan ini?" tanya pelayan tersebut sesampainya aku disana.

Aku mengangguk, "Iya. Terima kasih sudah mengabariku," balasku sambil membungkukkan tubuh. Pelayan tersebut hanya melempar senyum, lalu kembali menuangkan minuman untuk pelanggan lainnya.

Aku menggeleng ketika memandangi Changbin yang sudah tak sadarkan diri karena pengaruh alkohol ini. Aku tak menyangka kalau Changbin akan memiliki pikiran pergi ke bar untuk mabuk-mabukkan. Apa yang salah dengannya sampai memutuskan pergi ke tempat ini? Changbin bukan tipe pemabuk.

Dengan hati-hati aku mulai meraih tangan Changbin untuk dilingkarkan dileher. Tapi ternyata gerakan tersebut membuat Changbin kembali terbangun dan langsung menatapku kaget detik itu juga.

"Ooh! Ada bidadari lagi!" katanya langsung heboh.

Aku menatapnya kesal, "Iya aku bidadari! Cantik, kan?"

Changbin mengangguk dengan semangat. "Cantik! Tapi kok wajah kamu ada tiga?"

"Biar kamu puas," jawabku sambil tersenyum, namun disisi lain juga menahan marah.

Tak mempedulikan tawanya, aku langsung merangkul Changbin. Dengan susah payah pula aku membopong tubuhnya yang cukup berat untuk menembus keramaian yang ada.

somebody to love • changbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang