Bab 2

102K 4.3K 16
                                    

Gue Zevan!!

Zevan menghempaskan tubuhnya ke atas sofa empuk dan memandang ke langit malam yang penuh bintang melalui pintu kaca disebelahnya. Pandangan matanya kosong dan beberapa kali dia terlihat menghembuskan nafasnya berat. Teringat kejadian tadi siang membuat kepalanya kembali tiba-tiba pusing.

Flashback

"Kamu pikir dengan kabur seperti ini bisa menyelesaikan masalah? Kamu ngga bisa pergi dari aku Zevan." Zevan terdiam saat Tari, cewek yang dia hindari selama beberapa tahun ini, menemuinya tepat saat Zevan akan pergi meninggalkan kota ini.

"Lalu, mau kamu aku gimana? Balik sama kamu dan kita terusin hubungan yang ngga mungkin bisa diterusin ini?"

"Memang itu kan satu-satunya pilihan buat kita?" Tari memegang tangan Zevan sambil menatap ke dalam mata hitam cowok itu. Nampak Zevan menghindari tatapan tari dan melepaskan tangannya dari cewek itu.

"Satu-satunya pilihan untukku, bukan untukmu. Biarin aku pergi Tari." pinta Zevan lirih. Tari menggeleng, ia tak mau melepaskan Zevan begitu saja setelah apa yang cowok itu lakukan padanya. Zevan harus membayar semuanya.

"Aku mau kamu. Dan Aku ngga akan melepaskan kamu. Ingat itu," walau terdengar lembut, tapi Zevan tahu pasti cewek yang duduk di depannya ini tak terbantah. Zevan hanya beranjak dan melepas tiket pesawat yang akan membawanya pergi dari kota ini dan melemparkannya ke depan Tari.

"Percuma aku pergi, toh kamu akan tetap menemukanku kemanapun aku pergi"

Flashback end

"Arrrrrrrrgh!!!!!!" prangg!!

Dengan kesal Zevan melemparkan vas bunga yang berada tak jauh dari sampingnya dengan penuh emosi. Hidup yang dia pikir sudah nyaman disini ternyata kembali kacau dengan kehadiran Tari. Cewek itu seperti mimpi buruk yang menghantui hidupnya selama 4 tahun ini, dan Zevan benci setiap mengingatnya. Ia ingin benar-benar melepas bayangan Tari dari hidupnya. Harus pergi kemana lagi? Harus berbuat apa lagi agar cewek itu melepasnya. Sudah cukup bagi Zevan selama tahun ini dia hidup bepindah-pindah tempat demi menghindari tari dan selalu berakhir seperti hari ini. Tari selalu berhasil menemukannya.

" Gue butuh pelampiasan," bisik Zevan seraya beranjak dari tempatnya dan berjalan menuju mobilnya.

***

Dara memacu motornya semakin cepat saat dilihatnya langit yang tadinya berbintang mulai menggelap dan udara semakin dingin. Tinggal beberapa kilometer lagi, Dara akan segera sampai rumah tanpa perlu basah karena hujan. Namun niatnya untuk sampai rumah secepat mungkin harus ditunda dulu, karena mobil yang berjalan didepannya tiba-tiba berhenti mendadak dan Dara nggak bisa menghindarinya. Alhasil, motor Dara dengan mulus menghantam bagian belakang mobil itu.

"Sialan!!!!" hujan yang sedari tadi berusaha dia hindari, akhirnya turun juga dengan deras. Tanpa berusaha melepaskan helmnya, Dara mendekat ke arah penumpang mobil itu yang juga sudah berniat keluar. " Emang ini jalan punya nenek lo? Seenaknya aja brenti di tengah jalan!!" cerocos Dara panas. Cowok yang tadi keluar dari kursi penumpang kini sudah berdiri di depannya dengan pandangan tajam.

Cewek ini, pikirnya sambil mengamati badan mungilnya dari ujung kepala sampai kaki pendek yang kini sudah dihentak-hentakkan oleh pemiliknya.

"Mana sopir lo?"

Zevan POV

Hari ini benar-benar kacau dan menyebalkan! Aaaaarrgh!!! Sial! Niat untuk melepaskan stress setelah berdebat dengan Tari tadi siang sepertinya harus dibatalkan. Dan aku terjebak disini menghadapi cewek galak yang sekarang sedang marah dan menghentakkan kakinya di depanku. Walau hampir setengah mukanya tertutup kaca helm yang sedikit terlihat kebesaran di tubuhnya itu, tapi aku masih bisa mengenalinya. Cewek yang pernah mengomel padaku di minimarket.

Did I Love My Maid (Silver Moon series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang