Bab 5

70.6K 2.5K 19
                                    

Kesenangan Baru

Zevan POV

Pria setengah baya di depanku ini masih terlihat kaku seperti dulu, tapi tak membuatku lantas merasa takut dan terintimidasi padanya. Apa yang dia akan bicarakan malam ini. Pastilah itu hal yang penting, karena dia tak mungkin memanggilku hanya untuk beramah ramah denganku.

"Kamu terlihat sehat-sehat saja Zevan," apa maksud kata-katanya ini ingin menyindirku? Apa dia berusaha mengatakan bahwa aku bisa hidup dengan baik setelah apa yang terjadi pada kami?

"Apa yang ingin anda bicarakan dengan saya?" tanyaku tanpa membuang waktu. Aku ngga mau lama-lama berada di dekatnya. Dia terlihat sedikit menghela nafas dan mulai bicara.

"Saya ingin kamu bertunangan dengan Tari." aku merasa nafasku tiba-tiba terasa sesak, tapi hanya sesaat, karena didetik berikutnya aku mulai bisa menguasai diriku kembali. "Sudah cukup lama waktu yang saya berikan padamu untuk datang kembali pada Tari, tapi sepertinya penantian saya sia-sia."

"Saya tak akan memohon pada anda untuk menolak pertunangan ini, tapi yang anda harus tahu, saya tak akan pernah mencintai Tari." Ucapku dengan nada dingin padanya. Hidupku sudah lama hancur dan terasa hampa, jika sekali lagi aku harus merasakannya, aku pasti bisa menjalaninya. Aku sudah menutup hatiku serapat-rapatnya sejak kejadian itu, kupastikan tak ada seorang pun yang dapat membukanya. Hidupku seperti boneka, yang sesuka hati mereka atur dan aku hanya menurut tanpa berusaha berontak, karena hanya akan menjadi usaha yang sia-sia.

"Lantas? Apakah saya yang harus memohon padamu?" senyum sinis menghias wajahnya yang sudah mulai penuh dengan kerutan dimana-mana. "Kalau bukan karena Tari, sudah lama saya akan menghancurkanmu dan keluargamu itu Zevan. Kamu terlalu angkuh."

"Terserah anda mau mengatakan apa, atur saja semuanya. Saat hari pertunangan itu tiba, saya akan datang. Permisi." paling ngga aku masih berusaha bersikap sopan sebelum beranjak pergi meninggalkannya.

***

Aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling rumah yang masih nampak sepi, kemana cewek itu? Padahal ini jam dia kerja mestinya kan? Sudahlah, lebih baik aku segera berenang saja, cuaca rasanya sudah semakin panas apalagi sesudah pertemuanku tadi malam dengan pria itu. Aku masih merasa panas bahkan sampai sekarang.

Akupun beranjak menuju halaman belakang, dan melepaskan kaos yang masih kukenakan dan juga celana pendekku hingga sisa celana renang saja.

Tatapanku jatuh pada satu sosok yang sedang berbaring dihamparan rumput tak jauh dari kolam renang, cewek itu. Dia terlihat nyaman disana dengan headset ditelinga, seakan tak peduli dengan matahari pagi yang menyengat tubuhnya. Apa dia ngga takut kulitnya gosong? Tapi warna kulitnya sudah gelap juga sih. Zaman sekarang para cewek-cewek berlomba untuk memutihkan kulit, tapi cewek yang satu ini malah cuek dengan kulit sawo kematangan miliknya itu.

"Hei!!!!!!" teriakku, jus jeruk sepertinya enak sebagai teman berenangku.

"Hei!!!! Lo!!!" teriakku sekali lagi begitu tak dapat respon sedikitpun darinya. Apa sih sebenarnya yang dia lakuin? Ini kan masih jam kerja, tapi malah dia santai-santai begini. Dia pikir aku menggajinya untuk santai? Dasar cewek aneh!

***

Dara merasa kehangatan yang menyinari wajahnya tiba-tiba hilang, perlahan dia membuka matanya untuk mengintip sedikit. Matanya kontan langsung melotot begitu mendapati pemandangan luar biasa didepannya, dia langsung melepaskan headset yang dia pakai dan mengangkat tubuhnya untuk berdiri, hingga matanya sejajar dengan leher jenjang cowok yang sedang berdiri menaunginya. Zevan berdiri disana masih dengan celana renangnya dan rambut yang masih basah. Tangannya dia lipat di dada bidangnya menutup sediki perut six packnya. Luar biasa sempurna memang keseluruhan cowok ini.

Did I Love My Maid (Silver Moon series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang