Bab 17

44.2K 1.9K 3
                                    

Hari sudah hampir petang waktu Dara berjalan memasuki gedung perusahaan Zevan yang sudah mulai sepi. Dia disambut ramah oleh seorang resepsionis yang terlihat sedang bersiap-siap akan pulang. Sepertinya dia sudah tahu siapa yang akan Dara cari karena dia langsung mengatakan bahwa Zevan masih berada diruang kerjanya sekarang. Tanpa menunggu waktu lama, Dara langsung memasuki lift dan menuju ruang kerja kekasihnya itu berada.

Aroma harum kayu manis menyeruak dari pai apel yang ada dalam kotak makan yang Dara pegang, dia sengaja membawakan makanan ini untuk dinikmati bersama Zevan disela-sela kesibukan mereka. Sedikit kebersamaan seperti ini selalu dia nanti.

"Kamu mengerti kan yang saya maksud?" samar-samar Dara bisa mendengar suara Zevan dari celah pintu ruang kerjanya yang sedikit terbuka. Cewek itu membuka pintu di depannya dengan pelan, berusaha tak mengeluarkan suara sedikitpun. Disana, di depan meja kerjanya Zevan sedang bersandar sambil membolak balik berkas di tangannya bersama sekretaris cantik yang terlihat berdiri terlalu dekat dengannya, ikut memegang berkas itu.

"Hai!!! Kamu disini?" Zevan mengangkat wajahnya dari berkas itu begitu mendengar suara sepatu Dara yang sengaja dia ketukkan dengan nyaring, berusaha mengalihkan perhatian dua orang di depannya. Sekretaris yang Dara tak ketahui namanya itu langsung menjauh satu langkah dari Zevan.

"Iya. Ganggu ya?" tanya Dara sambil sekali lagi melirik Sekretaris Zevan yang terlihat berusaha menyibukkan diri dengan membereskan berkas yang ada di atas meja bosnya itu.

"Ngga kok. Ini juga udah selesai kok," mata cewek cantik itu membulat saat menyaksikan bos idolanya yang tanpa sungkan menampakkan kemesraan mereka di depannya. Zevan meraih pinggang Dara, menarik cewek itu mendekat dan mengecup puncak kepalanya.

"Saya permisi dulu pak. Laporan ini akan saya revisi sekali lagi," dengan muka memerah, sekretaris itu berjalan menuju pintu dengan cepat, merasa malu dengan adegan mesra didepannya.

"Aku bawain kamu kue." Dara mendekatkan kotak makan yang dia bawa pada Zevan yang langsung mengambilnya dan mencubit isi di dalamnya. Dara tersenyum melihat selera makan Zevan yang tak pernah berkurang.

"Hape kamu rusak ya?" tanya Dara saat mereka berdua sudah duduk santai sambil menghabiskan sisa-sisa pai apel. Zevan yang bersiap memasukkan suapan terakhir ke mulutnya otomatis berhenti, dan memandang cewek disebelahnya yang sepertinya sudah selesai makan dan menunggu penjelasan darinya karena seharian ini memang Zevan sangat sibuk dengan pekerjaannya.

"Aku lihat sih baik-baik aja hapenya," Dara mengetukkan kakinya sambil memandang Zevan menunggu penjelasan. "Kok ngga ada kabar sama sekali sih?"

"Kamu sendiri, kenapa ngga nanyain kabar duluan?" balas Zevan.

"Sekarang aku disini nyamperin kamu. Kalo aku ngga kesini? Ada niat ngga kamu nyariin aku?"

"Tadinya sih kalo kamu ngga kesini, aku ada niat buat nelpon kamu." Dengan sengaja Zevan melipat tangan didadanya dan memandang Dara dengan tatapan menantang, sengaja membuat cewek didepannya ini marah. Dia menyukai saat kekasihnya ini marah dan menyemburkan omelannya, entah kenapa.

"Jadi, Cuma nelpon? Ngga ada niat buat nyamperin aku?" Dara mulai mencebikkan bibirnya, sesuai dengan yang Zevan tunggu. Setelah ini dia yakin, cewek itu pasti akan mulai menaikkan nada suaranya. Dengan sengaja Zevan mengangkat bahunya, berusaha mempercepat reaksi Dara yang sangat dia tunggu.

"Ooooh...gitu ya. Ya udah kalo kamu ngga ada niat buat nyamperin aku, ngapain juga aku kemari. Kamu mungkin udah merasa cukup ditemani sama sekretaris cantik kamu itu. Kalo gitu, aku pulang sekarang ya. Udah kenyang juga kan?" diluar dugaan ternyata, Dara bukannya marah, dia malah tersenyum pada Zevan dan bangkit berdiri bersiap meninggalkannya. Memberi kecupan singkat di sudut bibir Zevan dan bergegas berjalan sebelum Zevan sempat menahannya.

Did I Love My Maid (Silver Moon series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang