Bab 12

51K 2.1K 9
                                    

Dara POV

" Lo bisa pergi kalo lo ngga suka"

Apa barusan dia memintaku pergi? Bukankah itu 'password'ku untuk pergi dari sisinya? Ngga, bukan itu maksud dia.

"Lo minta gue pergi?" bisikku di bibirnya yang masih menempel di bibirnya. Dia menggeleng.

"Ngga, gue Cuma kasih lo pilihan. Lo mau pergi?" giliran aku yang menggeleng yang langsung disambutnya dengan ciuman yang makin liar dan panas. Lidahnya memaksaku membuka bibir ini dan dengan pasrah aku membukanya. Aku menyukai ciuman ini, entah kenapa. Pertahanan diriku runtuh dan aku membalas ciumannya. Dia mendesah, menarik rambutku dan beralih menciumi leherku. Bisa aku rasakan dia memberi tanda kepemilikannya disana. Ya, aku memang miliknya sejak malam saat dia mengatakan bahwa aku adalah miliknya. Dia memilikiku hanya sampai dia memintaku untuk pergi darinya. Dia sudah membayarku, dan aku menyerahkan diriku untuk dirinya miliki. Perih memang mengakui kenyataan ini, tapi aku terjerat dengan perasaanku sendiri. Membiarkan diriku melemah dan menyerah padanya.

Zevan POV

" Arrrghh.." jeritku frustasi melepas Dara dariku, aku harus menghentikannya sekarang, atau aku tak akan bisa menahan hasratku darinya. Matanya sayu memandangku dengan bibir yang membengkak, rambut acak-acakan dan beberapa tanda merah dilehernya bekas perbuatanku. Apa yang kulakukan? Kenapa aku tak bisa menahan diri? Dia bisa pergi karena perbuatanku ini.

"Gue mesti nganterin lo pulang sekarang, udah malam." Aku mengajaknya berdiri dan membawanya meninggalkan taman belakang rumahku. Dia membeku seolah teringat sesuatu,

"Motor gue masih di parkiran hotel," bisiknya. Whaaat? Dia naik motor dengan pakaiannya ini? Apa yang dia pikirin sih?

"Tar gue nyuruh orang buat ngambil motor lo, lo bisa nyetir?" dia mengangguk. Bagus.

"Lo bawa mobil gue malam ini, gue ngga mau ngerepotin Mang Daman malam-malam gini" aku menyerahkan kunci mobilku padanya. Mana mungkin aku tega membiarkannya naik motor malam-malam begini. Sepertinya aku perlu ke dealer besok, bonus akhir tahun ini harus ditambah.

***

Nadia memandang Dara dengan penuh selidik, memandang adiknya itu dari ujung kaki sampai kepala dan sesekali memandang benda merah yang terparkir manis di halaman rumah mereka. Dara saja masih belum mengerti kenapa Zevan memberi, yang lebih tepat memaksa memberinya, mobil ini. Dara tak mau begitu saja menerinyanya, ini pemberian yang terlalu besar baginya. Dia berkata pada Zevan bahwa dia hanya meminjamnya, meminjam tanpa jangka waktu yang ditentukan.

"Mobil siapa yang lo bawa?" tanya Nadia kepo, dia heran melihat penampilan Dara kini yang jadi lebih "terawat". Bahkan Nadia melihat baju-baju bermerk, parfum mahal, sepatu dan segala jenis perawatan wajah dan tubuh yang Nadia tahu pasti berapa harganya. Kini, dia malah melihat Dara mengendarai mobil pulang kerumah.

"Mobil dinas gue" jawab Dara malas, Nadia mengikutinya masuk ke dalam kamar.

"Gue liat lo sekarang jadi lain. Lo masih kerja di sana kan? Atau lo udah kerja di tempat lain?" berondong Nadia membuat Dara gusar dan menghempaskan pantatnya ke atas kasur dengan kasar.

"Sejak kapan sih lo tertarik ngepoin gue? Mau gue kerja dimana kek, lo juga ngga pernah peduli kan?" Nadia terdiam dengan jawaban Dara, yang dia katakan memang benar. Nadia bahkan tak tahu dimana kantor adiknya itu berada. Selama ini dia terlalu sibuk dengan dirinya sendiri.

"Pergi deh lo, gue mau istirahat nih" Dara membuka pintu kamarnya, menunggu Nadia untuk pergi meninggalkan kamarnya. Nadia keluar sambil masih memandang Dara penuh selidik, sepertinya sudah saatnya dia mulai belajar memperhatikan adiknya ini.

Did I Love My Maid (Silver Moon series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang