Bab 14

47.8K 2K 2
                                    

Dara POV

Kalo aja bukan acara haul nenek, males banget aku ngumpul disini hari ini. Aku sebenarnya merasa benar-benar capek hari ini. Dari tadi aku menyibukkan diriku dengan membantu tante-tanteku membuat masakan untuk acara nanti malam. Hari ini aku minta izin pada Zevan untuk libur, dia sih oke-oke aja aku ngga masuk hari ini karena katanya dia akan full meeting seharian ini. Akhir-akhir ini Zevan emang lebih sering ke kantornya, dia jadi jarang di rumah. Aku bisa melihat ada sesuatu yang terjadi dengan perusahaannya, dia lagi giat-giatnya memenangkan beberapa tender dengan perusahaan besar. Dia juga jadi lebih serius belakangan ini, membuatku sering salah tingkah karenanya.

"Nadia mana Ra?" aku menghentikan lamunanku waktu merasa Tante Susi bertanya padaku. Seharian ini aku belum melihat Nadia, dia pergi pagi-pagi buta.

"Lagi hunting kali tan. Dia ngga bilang sih sama Dara,"

"Tahun ini kamu udah 24 ya Ra, kapan nih bawa pacar kemari. Tante-tante disini belum pernah liat kamu bawa cowok lho" mukaku kontan memerah. Pacar? Kalo orang yang berarti bagi kita itu bisa di sebut pacar juga ngga? Tapi antara aku dan Zevan belum pernah ada ungkapan yang mendekati definisi pacar.

"Ngga ada cowok yang mau jadi pacar Dara tan," sahutku malu.

"Masa sih Ra? Tante pernah liat kamu dijemput cowok malem-malem. Ganteng lagi orangnya, tante pikir itu pacar kamu." Ahhhh..iya, malam itu. Waktu Zevan minta aku buat menemaninya ke Silver Moon malam saat aku kehilangan keperawananku. Lagi-lagi mukaku memanas,

"Serius tan? Tante liat mukanya cowok yang jemput Dara? Dia tinggi kan?" aku ngga tau kapan Nadia muncul di pintu dapur. Aku langsung memelototinya, apa dia juga pernah liat Zevan?

"Iya. Anaknya tinggi, Dara cuma sebahunya dia." Nadia menepuk tangannya seolah menemukan sesuatu yang cemerlang dan balas memelototiku.

"Dia cuman temen Dara tan, bukan pacar." Sahutku berbohong, masa iya aku bilang sama mereka kalo cowok itu majikanku?

"Bohong lo, masa iya cuma temen? Gue liat kok dia rangkul-rangkulan sama lo?" kapan Nadia melihatku sama Zevan? " Lagian kalian mesra gitu. Siapa juga pasti nyangka kalian pacaran."

Jadi begitu ya, pandangan orang-orang kalo liat aku sama Zevan. Dari kontak fisik yang kami tunjukkan memang melebihi dari hubungan pertemanan. Tapi kami tak pernah menganggap hubungan ini lebih dari itu, tak pernah ada kata cinta juga ungkapan sayang dari mulut kami berdua. Jujur, aku terlalu menyukai hubungan ini tanpa berniat membuatnya lebih jauh lagi. Aku takut akan menyakiti diriku sendiri karena kenyataan yang sudah jelas di depan mataku.

"Lo liat gue dimana sama dia?"

"Gue liat lo masuk ke gedung perkantoran yang di jalan Meratus itu. Lo kerja disana Ra?" Nadia mulai menyelidiku rupanya. Apa dia mulai peduli sama adiknya ini? Aku tersenyum sinis memikirkannya.

"Iya. Gue kerja disana," sekali lagi aku berbohong. Bagus Dara, sekarang kamu jadi seorang pembohong ahli. Setelah ini pasti muncul kebohongan-kebohongan lainnya. "Perusahaan segede itu wajar aja kan kalo ngasih mobil dinas buat karyawan kayak gue," aku menjawab keraguannya mengenai mobil yang di berikan Zevan dulu.

***

Beberapa buah foto tersebar memenuhi meja kerja Hermawan saat ini. Wajahnya menegang menahan marah dengan nafas yang memburu. Di foto itu terlihat seorang cewek dengan berbagai ekspresi bersama seorang cowok. Dara dan Zevan.

"Brengsek!" dengan geram Hermawan menggenggam selembar foto yang memperlihatkan Zevan sedang memeluk Dara dari belakang. Semua foto ini diambil oleh orang suruhannya setelah beberapa waktu yang lalu ia mendapat laporan dari Tari bahwa Zevan sudah memiliki seseorang saat ini. Hermawan benci melihat raut sedih kembali merusak wajah cantik putrinya. Apalagi saat ini, keadaan perusahaan Zevan mulai membaik dan perlahan merangkak naik melebihi perusahaannya. Hal ini pasti akan mempersulitnya untuk menekan Zevan. Hermawan harus memikirkan cara lain untuk mengancam Zevan sekali lagi. Dan pilihannya jatuh pada seraut wajah cantik yang sedang tersenyum di foto yang dia genggam.

Did I Love My Maid (Silver Moon series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang