Bab 6

60.3K 2.2K 8
                                    

Dia Milikku

Malam minggu, seperti malam-malam biasanya, Silver Moon selalu ramai pengunjung. Zevan menarik tangan Dara menuju table favoritnya yang sudah dia pesan untuknya dan Dara malam ini. Cewek itu diam saja sambil terus mengedarkan pandangan matanya kekeramaian sekitar. Tak berapa lama, datang 3 cowok seumuran Zevan yang penampilan mereka sebelas duabelas dengan cowok itu, tampan, modis juga langsung menarik perhatian para wanita disekitar mereka.

Salah seorang yang berwajah oriental mengambil duduk di sebelah Dara, membuat cewek itu sedikit menggeser duduknya, mendekat ke arah Zevan. Sedangkan yang 2 orang duduk di depan mereka, dan memandang Dara menyelidik.

"Mainan baru lo?" tanya cowok yang berwajah oriental, pada Zevan yang sudah mulai menyesap tequilanya. "Beda dari yang biasa nih. Kenalin, gue Alan.." dia menyodorkan tangannya pada Dara yang disambut cewek itu.

"Gue Andra.. dan ini Nino." cowok yang berkacamata dan terlihat paling ramah juga menyodorkan tangannya dan menepuk bahu cowok satunya yang paling pendiam berwajah dingin.

"Gue Dara" Dara memperkenalkan dirinya sambil mengamati wajah mereka satu persatu tanpa perasaan risih sedikitpun karena dia memang terlihat berbeda dari para wanita yang berpenampilan luar bisa, yang sebagian besar terlihat seperti sedang berlomba memperlihatkan lekuk tubuh mereka dengan pakaian mini dan juga kekat, disini.

"Tumben lo ngajak cewek Van, biasanya lo paling malas ngajak cewek-cewek lo itu." tanya Alan penuh selidik sambil menatap Dara dari ujung rambut sampai ujung kaki.

"Menikmati masa bebas gue sebelum...lo tau kan." Zevan menyodorkan segelas tequila pada Dara yang dibalas dengan pelototan dari cewek itu. Zevan meraih pundak Dara dan mendekatkannya pada tubuhnya sendiri untuk menyodorkan minuman itu langsung kebibirnya. "Jangan bilang lo belum pernah minum," bisiknya langsung di telinga Dara. Membuat wajahnya langsung merona dengan jantung yang berdegup semakin kencang saat merasakan nafas Zevan membelai lehernya.

"Lo mesti nambahin uang lembur gue." desis Dara pelan sambil merebut gelas itu dari tangan Zevan. Cowok itu tersenyum puas melihatnya yang langsung menenggaknya dalam satu tegukan. Dia cukup tangguh, pikirnya.

Zevan memanggil seorang pelayan yang lewat di depan mereka dan memesan beberapa jenis minuman lagi padanya.

"Gue liat kali ini selera lo putar arah ya?" Alan masih terang-terangan menatap Dara dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan alis terangkat. Masih heran dengan Zevan yang biasanya, dia tahu selalu bersama dengan cewek-cewek cantik juga modis. Bukannya Dara ngga cantik, dia manis tapi penampilannya jauh berbeda dari type cewek Zevan sebelum-sebelumnya.

"Bosen gue sama yang bening-bening. Pengen nyoba yang coklat kriuk-kriuk sekarang." ledek Zevan sambil ikut memandang Dara yang terlihat cuek, seolah ngga mendengar apa yang kedua cowok disebelahnya itu bicarakan.

Coklat kriuk? Dia pikir gue kripik? Sialan rutuk Dara dalam hati.

"Gimana kerjaan lo No? Masih belum bisa menangin tender sama perusahaan asing itu?" Zevan beralih pada Nino yang sejak tadi diam saja. Dia menggeleng,

"Masih belum berhasil. Susah banget buat ngeyakinin itu bule buat make jasa perusahaan gue."

"Gue coba bantu deh, kemarin gue baru nandatanganin kontrak sama perusahaan itu. Ntar kita kesana sama-sama," Zevan menyesap tequilanya pelan-pelan. Dara memperhatikan cowok itu, dia cukup tertarik mendengar percakapan mereka. Yang dia tau selama ini cowok itu cuma pengagguran yang hanya duduk manis dirumah sambil menikmati segala fasilitas serba ada yang disediakan orang tua.

"Bisa kerja juga ternyata." celetuknya tanpa sadar dan langsung menutup mulutnya begitu melihat keempat cowok disana langsung menatapnya. "Lo ngomong apa barusan?" Zevan menarik tubuh Dara mendekat menyisakan jarak hanya sekitar 10 cm diantara mereka. Membuat Dara bisa merasakan aroma mint bercampur bergamot juga coriander, aroma yang selalu membelai indra penciuman Dara setiap dia dekat dengan Zevan.

"Apa maksud ucapan lo?" Zevan menatap manik mata Dara yang balas menatap padanya menantang.

"Gue pikir lo ngga bisa kerja. Santai aja sih kerjaannya." jawabnya santai , membuat Zevan gemas padanya. Dia memegang dagu cewek itu dan melumat bibirnya cepat. Kontan membuat Dara terkejut dan refleks mendorong Zevan hingga cowok itu menjauh.

"Gue pikir bibir lo sepedas omongan lo, ternyata manis juga." Zevan menjilat bibirnya yang masih basah akibat ciumannya bersama Dara sambil tersenyum mengejek pada cewek itu.

"Apa-apaan sih! Bego!!!" pekik Dara setelah dengan nafas memburu sehabis menenggak 3 gelas langsung vodka didepannya, berusaha menghilangkan rasa bibir Zevan yang masih menempel di bibirnya, dan beranjak turun menuju dance floor sambil menyembunyikan mukanya yang sudah semerah kepiting rebus.

***

Zevan POV

Permainan semakin menarik. Aku masih tertawa saat Alan melemparkan seiris lime ke arahku, aksiku barusan membuat mereka terkejut. Baru kali ini ada cewek yang berani meneriakiku "Bego" di depan mukaku langsung. Benar-benar kejutan bagi mereka dan bagiku juga sebenarnya. Aku nggak pernah menyangka bibir tipisnya semanis itu, membuatku harus mengecapnya sekali lagi dan tanpa kata-kata "Bego", cuma untuk memastikan bahwa bibirnya memang manis.

"Dapet tuw cewek dimana sih lo Van? Unik dia," bisa kulihat Alan memperhatikan Dara yang sudah asyik bergoyang dan hanyut dalam musik yang semakin malam, semakin menghentak. Rambut ikal panjangnya terkibas mengikuti gerak tubuhnya yang terlihat lincah.

"Nemu dijalan," jawabku asal masih memperhatikan Dara yang kini makin larut dalam suara musik yang semakin menghentak.

"Cewek spesial. Lo serius mau jadiin dia pelepas stres menjelang tunangan lo?" Nino menyelidik, "kalo lo cuma mainin dia, mending buat gue aja. Lo masih bisa cari yang lebih cantik dari dia."

"Wah...wah....Gawat nih Van. Diincer Nino tuh," Andra mulai nimbrung. Terus terang aku kaget mendengar Nino bicara begitu. Setahuku dia paling jarang tertarik pada cewek diantara kami berempat. Dan sekarang dia tertarik pada Dara? Entah kenapa aku merasa harus waspada padanya. Cewek itu sudah jadi milikku. Aku ngga akan menyerahkannya pada siapapun termasuk sahabatku sendiri. Aku baru menemukan kesenanganku sekarang.

"Lo boleh ngincer cewek gue manapun, asal jangan yang satu ini." jawabku sambil tersenyum tipis.

"Dia jauuuuh dari tipe kalian bro...masa direbutin sih?" kami belum sempat menjawab pertanyaan Andra karena Dara tau-tau sudah berjalan mendekati kami. Wajah dan lehernya berkeringat, dia mengibas-ngibaskan tangan didepan wajahnya saat melewatiku, membuat aroma manisnya menguar menggoda dihidungku. Kurasa bukan cuma rambutnya yang beraroma manis, tubuhnya juga.

"Sini balikin ikat rambut gue!! Panas tau," tangannya mengulur ke depan wajahku yang hanya kujawab dengan tepukan ditangannya. Cemberut, dia menyepol rambutnya sembarang membuat beberapa helai rambut terjuntai menghias lehernya.

Sadar Zevan....dia cuma pembantumu bisik suara dikepalaku.

Sepertinya Dara mulai mabuk, bisa kulihat mukanya yang memerah dan beberapa kali kulihat dia menyandarkan kepalanya di sofa yang kami duduki. Cewek ini sepertinya penuh kejutan yang membuatku makin penasaran untuk memilikinya.

"Bawa pulang gih, kasian anak orang Van. Tepar tuh dia," ucap Andra menyenggol tanganku sambil meletakkan kaleng soft drink miliknya, berniat membantuku membawa Dara pulang.

"Nanti dulu lah, gue mau santai dulu. Lagian, malam ini, dia milik gue sepenuhnya." sahutku mengingat uang lembur yang tadi sudah kuberikan padanya. Aku menenggak minumanku langsung dari botolnya, malas menuang ke gelas lagi. Rasanya sama saja,

"Kasian anak orang," desis Nino membuatku langsung melotot padanya. Peduli apa dia sama Dara? Terserah aku mau pulangin dia kapan.

"Ahhh.....itu urusan gue."

Did I Love My Maid (Silver Moon series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang