Bab 3

82.8K 4K 5
                                    

Saya minta maaf Dara,

Bingung!!! Itu satu kata yang paling tepat untuk menggambarkan suasana hati Dara saat ini. Cewek itu terlihat sedang mengacak-acak rambutnya sendiri sambil sesekali menggigit pensil yang dia pegang dengan gemas. Fira yang mendengar kasak-kusuk dari bilik sebelahnya, menghentikan kegiatannya mengetik dan menengok kesebelah. Meja Dara luar biasa berantakan, seberantakan rambut cewek itu yang bentuknya sudah acak adul tak beraturan. Fira tak habis fikir dengan temannya yang satu ini, diumurnya yang menginjak 23 sekarang, kelakuan Dara masih seperti anak belasan yang selalu melakukan apapun seenak jidatnya sendiri. Penampilannya pun tak bisa dibilang sesuai dengan umur dan statusnya sebagai karyawan diperusahaan tempat mereka bekerja ini. Celana kain yang panjangnya menggantung di atas mata kaki, yang terlihat kependekan ditubuh pendeknya, kemeja yang sudah menipis dibeberapa bagian karena sering dipakai dan wajah polos tanpa make up sedikitpun. Di luar dari penampilannya itu, Dara ngga bisa dibilang ngga cantik. Hanya Dara mengesampingkan perawatan dan juga penampilan untuk dirinya, sehingga kecantikan itu seperti tersimpan dalam kesederhanaannya. Fira tahu, keadaan ekonomi Dara yang membuatnya seperti ini.

"Ngapain lo? Ngga takut itu rambut rontok gara-gara lo acakin gitu?" tanya Fira sambil melempar sisirnya pada Dara yang memandangnya dengan tatapan memelas. "Kenapa sih lo?" tanya Fira lagi begitu tak mendapat jawaban dari Dara.

"Pala gue gatel." Bohongnya sambil nyengir kuda. Fira menghela nafas, cewek satu ini masih berusaha menyimpan masalahnya sendiri ternyata. Dara pura-pura menyibukkan diri dengan tumpukan berkas disampingnya, "lo mau bantuin gue ngerjain proyek PT. Nusa Prima?"

"Ngapain? Itu kerjaan lo. Ogah gue bantuin," Fira kembali kemejanya sendiri. Dara memfokuskan pikirannya kembali pada setumpuk tugas yang dari tadi dia telantarkan. Pikirannya memang kacau saat ini. Banyak angka yang berputar-putar disekeliling otaknya, membuat Dara kembali menarik rambutnya gemas. Angka-angka yang harus dia lunasi dan tanggung membuat matanya memanas dan tenggorokannya kering seketika.

Setelah mengambil nafas panjang, Dara berusaha keras memulai mengerjakan tumpukan berkas di depannya dan menyingkirkan sementara permasalahan yang mengganggunya. Bagaimanapun dia masih harus tetap bekerja dengan baik bahkan disaat ada masalah yang sedang mengganggunya saat ini.

***

Senyum tak pernah menghilang dari wajah Tari sejak Zevan menemaninya seharian ini. Cowok itu hari ini datang ke hotel tempat ia menginap dan mengajaknya jalan-jalan di kota yang baru pertama Tari kunjungi ini. Sesekali ia melirik cowok yang duduk diam disamping yang terlihat asyik sendiri dengan tab ditangannya. Tari mendekatkan tubuhnya untuk melihat apa yang sedang cowok itu lakukan dengan tabnya. Ternyata dia sedang bermain game disana yang membuat Tari sedikit sedih, Zevan lebih memilih game daripada dirinya. Tapi ia menghapus pikiran itu dari benaknya, bukan Tari namanya kalo dia menyerah begitu saja untuk mendapatkan hati Zevan sekali lagi.

"Kamu lapar ngga?" tanya Tari sambil mengambil tab dari tangan Zevan. Raut wajah cowok itu masih dingin terhadapnya.

"25 menit lagi jam 3. Artinya batas waktu aku menemanimu hampir berakhir. Aku anterin kamu ke hotel sekarang." Zevan memperlihatkan jam tangannya pada Tari dan mengambil tab dari tangan cewek itu lagi. Tari hanya diam waktu Zevan mengangkat tubuhnya, dan membawanya masuk ke dalam mobil yang terparkir tak jauh dari mereka.

Sesekali Daman, sopir pribadi Zevan, melirik tuan mudanya yang duduk diam dan terus berpaling menatap jalanan di luar seakan tak ada siapapun di sampingnya. Sedangkan Tari juga diam dan sibuk dengan pikirannya sendiri. Zevan sekarang bukan lagi Zevan yang dulu dia kenal. Cowok disebelahnya ini lebih mirip patung hidup baginya. Tak ada lagi tatapan hangat, senyum tipis tapi menyejukkan siapa saja yang melihatnya, suara dalamnya yang selalu berhasil menggetarkan Tari setiap dia memanggil namanya.

Did I Love My Maid (Silver Moon series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang