Bab 26

60.9K 1.9K 38
                                    

BAB 26

Didepan kamar berpintu putih itu, kedua orang tua Zevan, Andra, Alan, Nino juga Nadia berkumpul menunggu menit-menit menegangkan saat Dara tengah berjuang di dalam sana untuk melakukan proses persalinannya. Sedari tadi Reihan bolak balik berjalan di sekitar ruang bersalin, sangat jauh berbeda dari istrinya yang terlihat lebih tenang. Sedangkan ketiga sahabat Zevan terlihat santai sambil menikmati secangkir kopi hangat di tangan mereka masing-masing. Mereka bertiga masih berada di tempat kerja masing-masing saat Zevan menelpon mereka dua jam yang lalu. Begitu mendapat kabar bahwa Dara akan melahirkan, mereka langsung meluncur kemari. Nadia lebih memilih menyibukkan dirinya dengan menghubungi hampir setiap keluarganya dan mengabarkan perkembangan persalinan Dara.

Sementara itu, di dalam ruang persalinan, Zevan terus menggenggam tangan Dara yang berusaha mengejan mengikuti instruksi perawat juga dokter.

"Kamu pasti bisa sayang, sedikit lagi." bisik Zevan di telinga Dara saat melihat istrinya mulai kelelahan. Cengkraman tangan istrinya itu mulai mengendur, menandakan dia tak sekuat beberapa menit yang lalu saat diawal detik mereka memulai proses persalinan.

"Zevaaan, aku ngga kuat.." ucap Dara lemah. Zevan tak mau menyerah, dia yakin istrinya pasti bisa melewati proses menyakitkan ini.

"Kamu bayangin aja wajah putri kecil kita nanti, dia pasti cantik kayak kamu. Sekali lagi sayang, ayo.." Dara menarik nafasnya panjang dan sekali lagi mengerahkan seluruh kemampuannya hingga akhirnya suara melengking itu terdengar. Dengan penuh haru Zevan mengecup kening istrinya dan menatap putri kecil mereka yang telah hadir dan akan mengisi hari-hari mereka kedepannya.

Perawat membawa bayi mungil yang sudah selesai di bersihkan itu pada Dara dan Zevan. Ada setitik air mata mengaliri mata Dara saat menatap putri mereka. Dia memang mewarisi wajah Zevan juga dirinya. Zevan mencium putrinya dengan penuh kasih sayang tak lupa istrinya yang sudah sangat berusaha untuk melahirkan putri mereka.

"Hannania Danubrata. Selamat datang Nak,"

Dara terlelap beberapa saat setelah dia memberikan ASI pertama untuk Hanna. Mereka sudah dipindahkan ke ruang rawat inap yang lebih memungkinkan mereka untuk menerima kehadiran anggota keluarga mereka yang tak sabar untuk melihat anggota baru keluarga mereka.

"Wajahnya mirip kamu waktu bayi Van, hanya saja dia versi perempuannya." ucap Reihan sambil mengelus-elus pipi montok cucu pertamanya. Astrid tak bisa berkata apa-apa, terharu mengetahui bahwa bayi mungil didepannya ini adalah cucunya.

"Bibirnya mirip tante ya, cantiiik." puji Nadia, lebih terdengar dia memuji dirinya sendiri sambil mengangkat dengan hati-hati keponakannya.

"Ngga nyangka Van, diantara kita berempat, lo yang duluan jadi bapak." Andra menepuk-nepuk pundak Zevan.

"Gue pamit ya Van, masih ada yang mesti gue urus abis ini." Pamit Nino diikuti Alan yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya, menandakan bahwa dia juga harus segera menyelesaikan urusannya.

"Gue juga mesti balik Van, gue mesti jemput anak gue di tempat neneknya. Jaga Dara sama ponakan gue baik-baik ya." Nadia meletakkan kembali Hanna ke dalam box bayinya dan mengecup pipi bayi mungil itu sebelum beranjak meninggalkan ruangan diikuti oleh Nino, Alan dan Andra.

"Bunda juga pamit ya Van, biar Dara istirahat dulu. Selamat ya sayang," Astrid mengecup pipi Zevan setelah sebelumnya menghujani cucunya dengan ciuman.

"Kamu sekarang punya dua nyawa yang harus kamu lindungi Van. Ayah yakin kamu bisa menjalani peran baru kamu ini dengan baik,"

"Iya yah. Zevan pasti bisa melindungi mereka, dan membahagiakan mereka juga." Reihan memeluk putra tersayangnya sebelum mengajak istrinya meninggalkan ruang rawat inap Dara. Meninggalkan Zevan bersama istri dan putri mungil mereka.

***

"Makasih sayang, kamu telah berjuang demi putri kita." Dara mengusap-usap rambut hitam ikal putri kecil mereka.

"Aku bahagia memiliki kamu juga Hanna." Dara meraih tangan Zevan untuk diciumnya dengan penuh haru.

"Makasih juga buat kesabaran kamu untuk mendampingi dan mencintaiku Zevan." ucapnya yang dibalas pelukan oleh Zevan. Mereka berharap kebahagiaan ini tak akan pernah lekang dan terus bisa mereka rasakan sepanjang kehidupan mendatang. Bagaimanapun jalan yang akan mereka tempuh kelak, Zevan dan Dara hanya berharap mereka bisa terus melewatinya bersama-sama.

"Tak ada kisah yang akan selesai. Cerita hidup ini masih akan terus berlanjut,"

***

Did I Love My Maid (Silver Moon series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang