05 ─ Secret

1.9K 361 50
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Helaan napas samar bersahutan dengan suara hentakan pelan kaki Wonwoo yang duduk di kursi, membaca deretan kalimat yang tercetak di lembar koran dua hari yang lalu. Masih dengan aktifitasnya yang sama setiap hari─diam dan menunggu ada pelanggan yang singgah di kedai. Mungkin hari ini Tuhan berbaik hati padanya setelah kemarin Wonwoo berulang kali mengucap syukur yang tiada tara atas nikmat yang diberikan-Nya, sehingga Dia mengirimkan pelanggan lebih banyak daripada hari biasa. Tentu jika dibandingkan dengan kedai lain, milik Wonwoo tidak ada apa-apanya. Bahkan kedai dakjuk di seberang seringkali kehabisan produk olahannya ketika hari belum terlalu larut.

Hari kemarin seperti mimpi yang ia dambakan sejak masih kecil. Melihat festival awal bulan, tersenyum tanpa beban, apalagi ketika bahu Wonwoo saling bertabrakan dengan bahu orang lain di tengah keramaian─dia suka sensasinya. Untuk sesaat dia bisa menjadi orang normal, menjadi pribadi dengan jiwa yang bebas. Segala pikiran buruknya menguap, berbaur bersama udara malam kota yang melegakan.

Manik mata Wonwoo lantas berhenti di satu titik. Dari sekian banyak kalimat yang terpampang di koran, terdapat satu objek yang menarik perhatiannya.

Gambar halaman depan sebuah universitas, dengan judul berita perwakilan pertukaran pelajar yang akan dikirim ke Swiss minggu depan.

Tidak ada orang yang ia kenal di dalamnya tapi entah kenapa Wonwoo justru merobek lembaran koran tersebut lantas menyimpannya di saku kemejanya.

"Itu koran kemarin lusa."

Wonwoo berjingkat, menahan napasnya karena terkejut. "Yoora, Darimana kau datang?" tanyanya, melipat korannya kembali dan membalikkan badan.

Gadis yang ditanya justru tertawa, merubah posisinya yang semula ada di sebelah kepala Wonwoo menjadi berdiri tegak. "Kau sibuk dengan duniamu─seperti biasa, aku sudah berada disini sejak beberapa menit lalu."

Alih-alih merasa senang, Wonwoo justru tampak waspada. Ia bisa merasakan tatapan menusuk dari pedagang lainnya yang sadar akan kedatangan Yoora di kedainya secara tiba-tiba. Kenapa sih orang-orang suka sekali mencampuri urusan orang lain? Padahal kedai mereka tidak sepi pembeli dan mereka justru sibuk memperhatikan gerak-gerik Wonwoo hanya karena pria itu berbicara dengan seorang gadis.

"Pulanglah," dan kalimat itu kembali terucap.

Yoora memicingkan matanya, "Kenapa? Aku baru saja datang, kau terganggu?"

Wonwoo membatin, bukan Yoora yang membuat dirinya tidak nyaman dan dia tidak tahu harus bagaimana untuk membuat gadis itu mengerti. Sudah Wonwoo bilang kemarin malam bahwa selama ia menjaga kedainya, gadis itu tak boleh mengunjunginya apalagi berbincang banyak. Yoora tidak perlu datang kemari untuk bertemu karena mulai kemarin Wonwoo memutuskan bahwa dialah yang akan menemui Yoora terlebih dahulu─entah kapan.

"Lihat tatapan mereka─yang mencurigaiku," tukas Wonwoo. "Mereka mungkin mengira aku akan menyakitimu ketika kau datang dan mampu membuatku berbicara banyak seperti ini."

STRANGERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang