09 ─ Cherry

1.6K 339 14
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Wonwoo menemukan Seungcheol terbaring di atas sofa usang sudut ruangan rumahnya, bersama dengan sereal dan susu yang masing-masing ada di kotak berbeda. Pria itu tidur dengan tangan terlentang, sebelah kakinya menggantung bebas di lantai. Dengan wajah kusut yang tak bisa ditolerir lagi, Seungcheol yang notabene seorang bos kini terlihat layaknya tunawisma. Bahkan jas yang biasa ia pakai kini tak melapisi tubuhnya, berganti dengan setelan training biasa tanpa brand terkenal. Ferarri mahalnya juga tak nampak di depan rumah menandakan ia kemari hanya dengan berjalan atau mungkin yang lebih mustahil menaiki angkutan kota.

"Hyung," bisik Wonwoo lirih, tanpa menekan tubuh Seungcheol ataupun mendekatkan diri seraya mencari jawaban mengapa pria itu ada disini.

Pintu rumah Wonwoo memang tak pernah dikunci. Lagipula maling mana yang akan masuk rumah kecil yang isinya hanya sebatas keperluan bertahan hidup sehari-hari?

Wonwoo merasa dirinya terlalu menyusahkan Seungcheol, bukan kali ini saja tapi setiap waktu. Mungkin Seungcheol sudah ada disana sejak beberapa jam yang lalu entah melakukan apa untuk mengurangi rasa bosan. Tidak ada televisi di rumah dan radio usang bukanlah tipe Seungcheol yang suka barang-barang milenial.

Dan sereal?

Seungcheol tahu betul makanan apa yang disukai Wonwoo sejak dulu. Makanan berbahan dasar tepung gandum rasa cokelat dipadukan dengan susu segar setengah dingin memang fenomenal dalam jalan hidup mereka berdua. Sederhana tapi begitu bermakna.

Wonwoo lalu meletakkan payung lipat milik Yoora yang ia bawa lantaran hujan benar-benar datang tepat ketika mereka pulang dari bukit menaiki bus pukul sembilan malam. Sekarang sudah jam sepuluh, alih-alih beristirahat Wonwoo justru menemukan pilu di hatinya semakin merambat ketika melihat Seungcheol. Kakinya menekuk dan Wonwoo diam tepat di sebelah sofa. Tangannya mulai meraba lengan kekar pria yang lebih tua darinya itu dengan lembut. Matanya memanas kembali.

"Aku pulang," nada bicaranya terdengar getir. "Aku menemui Saera, Hyung." Lalu dengan satu gerakan jarum detik jam bergulir ke kanan, saat itulah Wonwoo tertunduk lesu dan menyembunyikan kepalanya di antara lengan Seungcheol.

Seungcheol jelas terbangun karena ada pergerakan yang tiba-tiba menambah beban berat di atas tubuhnya. "Wonwoo, kau dari mana saja?" Meskipun masing terlihat linglung, Seungcheol berusaha bangkit dan meraup Wonwoo dalam dekapannya.

"Aku menunggumu sejak jam tujuh karena Yeji baru tidur," ujar Seungcheol─setengah terlelap karena waktu istirahatnya ia gunakan untuk merawat putrinya yang tengah sakit di rumah.

"Apa dia sudah membaik?"

"Ya, demamnya sudah turun dan kau tahu─dia anak yang hebat. Dia tidur cepat, jadi aku masih punya waktu untuk menemuimu kemari."

Wonwoo tertawa hambar, mengusap wajahnya yang mendadak berair karena sisi lemahnya muncul. "Aku tak lebih baik darinya ketika menghadapi situasi yang buruk."

STRANGERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang