03 ─ Name

2.3K 404 63
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Di tengah malam yang dingin, ketika lebih dari setengah populasi manusia sudah terlelap dalam alam mimpi, kerusuhan kecil tampak terlihat di dekat pintu masuk sebuah bar. Dentum musik samar terdengar, terhitung sudah ada lima gadis hanya dengan balutan kain tipis memasuki ruangan dengan kelap-kelip lampu yang menyala redup. Jauh berbeda dengan keadaan di dalam ruangan bar, kawasan sekitar yang hanya terdapat jajaran rumah tak berpenghuni terlihat mencekam tanpa cahaya. Hanya bulan sabit yang menggantung menjadi satu-satunya penerangan.

"Kau akan kubayar dengan harga tinggi," ujar seorang pria dengan setelan jas mahal dan cerutu yang nyaris habis di antara jari telunjuk dan jari tengahnya. Kepulan asap memenuhi pandangannya ketika bara api semakin mengikis habis tembakau yang ia hisap. "Bermalamlah dengan Paman, bocah."

Harapan bahwa pria muda yang ada di hadapannya akan menerima tawaran menggiurkan harus dikuburnya dalam-dalam. Dengan senyuman tipis si pria muda lantas menjawab, "Aku tidak menerima tawaran apapun. Jadi, selamat malam." Pria muda itu menundukkan pandangannya, sedikit membungkuk lantas meringsut menjauhi pintu bar tanpa memperdulikan tatapan menohok dari pria setengah baya yang menatapnya tak percaya.

"Cih! Bocah munafik. Kau berkeliaran di tempat seperti ini tapi bersikap jual mahal," ujar si pria setengah baya, memutar tubuhnya untuk memandang punggung pemuda yang baru saja berlalu di hadapannya. "Kenapa? Kau hanya melayani golongan wanita?"

Langkah pria muda itu terhenti, "Aku hanya melayani satu orang disini, Paman. Jadi, hentikan saja fantasi gilamu dan cari yang lain."

Dan percakapan itupun berakhir dengan dengusan kasar dari si pria tua, membiarkan jarak dan gelap menelan tubuh pria muda yang hendak ia ajak bersenang-senang.

  ─────  







"Halo?"

"Kau absen hari ini. Kau sakit?"

Di seberang sana, Jooyoung menanyakan alasan mengapa Yoora tak mengikuti kegiatan tambahan di luar jam kelas. Mata kuliah hari ini berakhir lebih awal, lantas kegiatan setelahnya biasa diisi oleh hiburan untuk melepas stres bagi Yoora dan teman-temannya. Akan tetapi Yoora sengaja melewatkannya karena ia sudah memutuskan untuk kembali mengunjungi pria penjual ramyeon kemarin. Kantong plastik hitam yang ia lihat semakin membuat pikiran Yoora gila karena penasaran. Seluruh kemungkinan benda apa yang pria itu bawa sudah ia tulis dalam buku catatan mininya. Mulai dari ayam potong, daging sapi, pakaian, barang-barang dari minimarket, dan masih banyak lagi.

Tapi yang terus terbayang hanyalah potongan tubuh manusia dari segala kemungkinan yang ada.

Persetan memang dengan Seokmin, ingin rasanya Yoora melempari kepala temannya itu menggunakan sepatu agar otaknya normalnya kembali dan rasa sukanya terhadap film sadis bisa hilang seketika.

STRANGERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang