17 ─ Confess

1.4K 246 46
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Denting suara piring kentara terdengar ketika Jeonghan melahap satu suapan terakhir ravioli miliknya. Suasana restoran sore itu tidak terlalu ramai karena pemilik memang membatasi jumlah pelanggan yang datang untuk reservasi seorang pengusaha yang akan melakukan jamuan makan malam bersama kolega. Jeonghan menutup acara makannya dengan satu tegukan wine lalu atmosfer ketegangan kembali menyelimuti jarak diantara satu orang pria yang ada di hadapannya. Yang satu terlihat sama sekali tidak berselera, pasta carbonara di atas meja tidak tersentuh dan terlanjur dingin begitu saja.

Jeonghan sendiri dalam diamnya memperhatikan bagaimana gelagat pria itu bertindak. Tatapan matanya kosong padahal alunan musik yang terdengar di seluruh pelosok ruangan restoran membuat suasana hati menjadi gembira. Jeonghan tahu sebijak apapun kalimat yang ia akan ucapkan untuk nasehat tidak akan pernah dianggap, jadi ia lebih memilih diam dan menikmati sajian yang tersisa.

Desahan terakhir terdengar sebelum Jeonghan angkat bicara, ia memutus keheningan diantara keduanya. "Tanah dan rumah Seungcheol diberikan atas namamu, Wonwoo. Kalau kau tak ingin menempatinya kau bisa menjualnya dan aku yang akan membeli."

Lalu dalam sekejap Wonwoo mengangkat kepalanya, ia menatap Jeonghan dengan seksama. "Belilah, transfer uangnya ke rekening bank milik Hyung dan itu akan jadi bekal Yeji di masa depan."

"Aku butuh tanda tanganmu sebagai pihak ahli waris yang sah untuk kepentingan dokumen, tidak mungkin aku meminta tanda tangan putrinya yang bahkan masih jauh berada di bawah umur."



Bahkan Hyung juga sudah membuat warisan? Yang benar saja.



Wonwoo menegakkan tubuhnya di atas kursi dan menampakkan raut wajah marah. "Ini bahkan belum seminggu, Jeonghan, dan kau berani-beraninya tanpa etika membahas masalah finansial?"

Seolah merasa diterkam oleh kalimat Wonwoo, Jeonghan tersentak. Padahal ia berniat hanya untuk membantu, tapi Wonwoo justru keras kepala. Jeonghan menyadari wajar jika Wonwoo bersikap demikian hanya untuk melindungi diri dari perasaan terluka pasca kematian kakaknya, tapi jika terlalu larut itu akan sedikit berlebihan mengingat apapun yang terjadi saat ini tidak akan bisa membuat Seungcheol kembali.

Kendati demikian Jeonghan tetap berbicara tenang. "Sudah cukup kau menaruh rasa curigamu padaku, kita berdua sudah tahu semuanya." Lalu Jeonghan mendapat tatapan tajam dari lawan bicaranya. "Aku sengaja berada di antara kalian berdua dan bertindak seolah menjadi tersangka, kau tahu untuk apa? Untuk melindungimu dari obsesi Seungcheol."

Dan Wonwoo hanya diam mencermati.

"Aku bersikukuh melarangmu untuk mendekati gadis itu karena aku tahu Seungcheol tidak akan pernah suka."

Rasa tak percaya pada kenyatan yang sudah ada di depan mata masihlah ada, tapi meyakininya juga bukanlah hal yang ingin Wonwoo lakukan. Terlalu banyak informasi yang dia terima hingga mengakibatkan pikirannya buntu. Wonwoo tersesat dan masih tidak tahu dimana jalan keluar.

STRANGERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang