[ DISCONTINUED ]
Wonwoo, a desperate man who is good at making ramyeon with all of his past and sins.
One day, light come to his life but he doesn't know whether he should let it go or try to let it flow.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
nb: 1900+ words
Langkah Wonwoo semakin pelan di tengah dirasnya hujan yang turun ketika subuh menjelang. Ia membiarkan sepatunya basah, pun jacket biru yang ia kenakan. Banyak hal yang ia rasakan saat iniㅡsedih, bingung, marah dan menyesal. Terutama karena kemarin, di hari peringatan kebakaran ia tak singgah ke pemakaman Saera untuk sekedar meletakkan bunga. Marigold yang menggantung di pagar tadi malam sudah berakhir di tempat sampah, setengahnyaㅡbagian kelopak bahkan berakhir di selokan.
Yoora tetap terjaga, memperhatikan gelagat pria yang lewat di depan rumahnya melalui jendela kamar. Enggan untuk memanggil, dia hanya berpangku tangan untuk menyaksikan. Wonwoo kembali seperti saat pertama kali mereka bertemu duluㅡpria itu suka berada di bawah hujan ketika hatinya sedang tidak dalam kondisi baik. Yoora juga tidak mengerti mengapa banyak hal terjadi ketika Wonwoo pindah kemari dan memutuskan untuk berhenti berdagang. Hingga saat ini kejadian ganjil itupun belum menemukan titik terang.
Pada awalnya Yoora hendak menyusul Wonwoo, memberikannya payung sebagai pelindung tapi tidakㅡkarena ia tahu Wonwoo pasti marah. Perubahan mencolok yang dialami Wonwoo kini nampak sia-sia, pria itu kembali menjadi penyendiri dan tak banyak bicara hanya dalam kurun waktu satu malam.
Langkah Wonwoo terhenti ketika ia melewati jalan rumah Yoora untuk ketiga kalinya. Ia memegang lututnya, mengusap tetesan air yang terus menuruni garis wajahnya yang sendu. Binar itu benar-benar lenyap ditelan remang cahaya lampu. Bahkan seolah alam pun ikut menjadi saksi bagaimana keadaan pria ituㅡmatahari enggan muncul digantikan dengan awan kelabu yang membawa pilu.
Yoora tak beranjak hingga eksistensi Wonwoo hilang sepenuhnya. Hujan belum reda, ditambah lagi ujian juga sudah di depan mata. Waktunya akan berkurang untuk sekedar bertukar sapa karena Yoora akan lebih banyak menghabiskan waktu di perpustakaan dan di rumah temannya untuk belajar bersama.
Berbeda dengan Wonwoo, setelah puas berada di bawah guyuran hujan dan pulang, ia beranjak menuju tempat kerja di pagi buta. Ia menyerahkan surat pengunduran diri karena ia masih punya etika. Untuk ke depan, Wonwoo tidak ingin lagi menyusahkan Paman Ahn karena pegawai malas sepertinya seringkali absen untuk hal sepeleㅡbegitu kata Wonwoo. Paman Ahn lebih baik mencari pengganti yang lebih kompeten dari dirinya sehingga pekerjaan yang ada dapat terus berjalan sesuai semestinya.
Wonwoo tidak tahu, apakah ia akan menyusahkan Seungcheol lagi dengan kembaliㅡyang pastinya iya. Satu-satunya tempat kerja yang tak akan pernah memecat Wonwoo ialah bar Seungcheol dengan profesi sebagai penyortir wine. Tapi apa lagi yang bisa Wonwoo temukan jika kembali? Bangunan bar masih belum diperbaiki sama sekali dan Seungcheol juga masih mengurus banyak hal terkait kehidupan pribadi bersama putrinya dan juga memperbaiki bisnis yang dijalani.
"Kau akan bekerja dimana lagi, Nak? Aku tidak masalah kau ijin beberapa hariㅡtoh sisa yang belum terurus selama ini bisa kau tangani dengan baik."