Wonwoo terus-menerus mengukir senyumnya sepanjang perjalanan melintasi jajaran pohon maple, sesekali menggumam pelan lantaran nada beberapa lagu mendadak melintas di otaknya. Pukul tujuh pagi tadi, pria itu meminjam ponsel Yoora untuk menelepon bar Seungcheol dan memberitahu si pemilik bahwa Wonwoo tidak pulang semalam. Omelan Seungcheol bak ocehan burung─dan Wonwoo mengabaikan setiap kata yang terucap. Dia tahu alur bisnis wine Seungcheol sedikit melambat di awal bulan karena pada masa itu Seungcheol lebih memilih menyetok ulang koleksi minuman mahal yang ia tempatkan di bar. Jadi, setidaknya Wonwoo bisa bernapas lega.
Sial, Wonwoo semakin berharap uangnya cukup untuk membeli ponsel supaya hidupnya yang terlantar menjadi sedikit lebih mudah. Keinginannya semakin berapi-api, lalu ia ingat dirinya kini hanyalah pengangguran.
Menyedihkan.
Sore ini, meskipun langit tidak menampakkan lembaran awan cirrus yang biasanya menutupi seberkas sinar matahari, udara yang berhembus tidak terlalu dingin. Awal bulan memanglah waktu yang pas bagi Wonwoo merealisasikan keinginannya untuk piknik di bukit. Selain karena ia mendapat teman baru untuk berbagi, Wonwoo juga sekaligus bisa pergi ke suatu tempat yang ia kunjungi secara rutin.
Lain halnya dengan Yoora. Matanya tak tampak memperhatikan jajaran pohon maple maupun para pengguna trotoar lain yang ikut melintas, ataupun sekedar menatap anak-anak yang bermain sepatu roda. Dia punya pikiran lain dalam benaknya ketika melihat Wonwoo yang selalu asik dengan dunianya sendiri.
Dari tempat Yoora berdiri, ia melihat bekas berwarna merah tepat di dekat tulang selangka dan leher pria jangkung yang berjalan beriringan dengannya.
Tipis─tapi begitu membekas.
Yoora begitu terganggu dengan pemandangan tersebut, alih-alih menyimpan pertanyaan seperti apa dia punya kekasih dan menyembunyikan kenyataan yang ada, dia justru berpikir mengenai hal apa yang sekiranya Wonwoo lakukan tadi pagi ketika dirinya berangkat ke kampus.
Hei, bekas merah seperti itu tak hanya berarti bekas sesuatu yang tabu, bukan? Bisa saja itu bekas gigitan serangga─mungkin.
"Kau ingin bertanya sesuatu?" Wonwoo menginterupsi dengan santai. "Aku tahu kau memperhatikanku. Apa ada yang aneh?"
Yoora mendengus pelan─sedikit ragu untuk bertanya karena takut menganggu privasi Wonwoo. "Tidak ada, hanya saja piknik kali ini rasanya kurang memuaskan. Kita hanya patungan untuk membeli dua kotak bento."
Yoora mengabaikan apa yang tertanam dalam benaknya, sekedar mengalihkan pembicaraan untuk menepis jauh rasa penasarannya terhadap Wonwoo yang kini menenteng satu kantong plastik berisi bento, minuman dan beberapa camilan lainnya. Tapi matanya tak bisa berbohong. Sesekali Yoora melirik kembali ke arah leher Wonwoo dimana bekas merah tersebut tercetak menutupi warna kulitnya yang kontras.
KAMU SEDANG MEMBACA
STRANGER
Fanfic[ DISCONTINUED ] Wonwoo, a desperate man who is good at making ramyeon with all of his past and sins. One day, light come to his life but he doesn't know whether he should let it go or try to let it flow.