11 ─ Burning

1.5K 301 57
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Malam itu, Wonwoo merasa was-was. Bukan karena udara yang kelewat dingin ketika ia memutuskan untuk bermain kembang api di halaman belakang penginapan, tapi kepergian gadis si penyewa penginapan selama sepekan untuk karya wisata. Dia tidak tahu mengapa dirinya begitu khawatir, toh Yoora bisa menjaga diriㅡdan juga dia tak pergi sendiri, melainkan bersama rombongan yang terpisah di tiga bus kelas ekslusif.

Gadis ituㅡYoora juga tampak tak menikmati malamnya bersama Wonwoo. Pikirannya terus berlari mengingat paket yang sampai di halaman depan tanpa nama pengirim. Itu jelas bukan dari Wonwoo. Asumsinya begitu jelas, karena tak mungkin pula Wonwoo membeli barang tidak berguna disaat gaji bulanannya bahkan belum cair sepeserpun. Bahkan Wonwoo hanya membeli dua bungkus kembang api biasa untuk dirinya sendiri dan dan untuk Yoora.

"Apa yang kau pikirkan?" Wonwoo bertanya tiba-tiba dengan pikiran yang gusar. Nyala kembang apinya mulai meredup lalu lenyap tertiup angin, meninggalkan batangan kawat yang setengahnya masih mengeluarkan asap.

Yoora tidak segera menjawab. Baginya, memberitahu Wonwoo perihal paket misterius tidak ada gunanya. Pria itu juga pasti tidak tahu asal-usulnya. Puluhan batang kembang api mulai dari model dandelion, pistil dan piony, crosette, chrysantemum, palm hingga kembang api brocade yang harganya cukup menguras kantong.

Dan pengirim paketㅡentah kenapa menaburkan bubuk mesiu yang baunya menguar hingga keluar kardus.

"Tidak ada," gadis itu menjawab seadanya. "Aku hanya lelah dan belum packing apapun untuk karya wisata."

Wonwoo mendengus, pria itu merasa kesal karena tak mampu mencairkan suasana, "Kalau begitu jangan diamkan aku, tolong."

"Aku harus segera masuk, Won." Pada akhirnya Yoora memilih beranjak, ia menempatkan bungkus kembang api yang isinya masih tersisa di sebelah Wonwoo. "Aku lupa masih ada tugas yang belum kuselesaikan sebelum karya wisata. Pulanglah, sudah jam sepuluh."

Dengan langkah kaki pelan, Yoora berjalan meninggalkan Wonwoo yang masih bungkam. Hanya gumaman tak jelas keluar dari bibir ranum pria yang kini menatap hampa bungkus kembang api yang tak membawa kebahagiaan apapun malam ini. Perubahan Yoora ditangkap jelas oleh indra Wonwoo dan ia masih tidak mengerti apa penyebabnya. Padahal Wonwoo ingin membicarakan tentang cutinya untuk pulang ke rumah lama dan meminta pendapat tentang hal tersebut. Sayangnya itu hanyalah sebatas niat.

Wonwoo akhirnya pulang ke penginapannya yang tak jauh dari lokasi tempat penitipan hewan, menenteng bungkus kembang api yang entah kenapa masih dia bawa. Andai saja aku punya ponselㅡpikirnya. Kendati demikian dia tak habis akal untuk pergi ke tempat telepon umum dan menelepon Seungcheol. Barangkali Wonwoo akan merasa lebih baik ketika mendengar suara pria itu, berbasa-basi saja meskipun jam sudah menunjukkan waktu istirahat malam.

Detik demi detik berlalu tanpa jawaban, ponsel Seungcheol masih saja belum terangkatㅡWonwoo sudah sangat kesal setengah mati karena koinnya mulai habis. Banyak yang ingin ia utarakan, termasuk kembali bekerja menjadi penyortir wine di bar, sekedar cadangan barangkali siangnya ia bosan mengurus kucing di tempat penitipan.

STRANGERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang