Update'an kedua coy!! Happy Reading :)
.
.
.Matt menggeram marah ketika mengetahui apa yang kembali menimpa Yerim karena ulah laki-laki bernama Jeon Jungkook. Rasanya ia benar-benar ingin menghancurkan Jungkook sampai ke dasarnya. Hatinya menjadi resah mengingat ia tidak bisa melindungi Yerim secara langsung. Ia hanya bisa mengirim beberapa pengawal untuk mengikuti Yerim dari jarah jauh dan memastikan bahwa wanita yang dicintainya itu dalam keadaan aman.
Email dari Woo Bin kembali menghiasi kotak masuknya. Matt membuka email itu dengan penasaran. Lalu sebuah senyum terbit usai Matt membaca apa yang tertera di email itu.
" Let's show you who I am, Jeon Jungkook! "
*-*-*-*-*
Yerim menggerakkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri dengan Gabriel dalam gendongannya. Anak laki-lakinya itu menangis usai meminum susu. Entah karena apa, hingga kini tangisan Gabriel sangat sulit di hentikan.
Yerim rasanya ingin gila. Menjadi seorang mahasiswi dan seorang ibu di waktu yang bersamaan bukanlah hal yang mudah. Buku-buku yang Yerim gunakan untuk mencari bahan tugas akhirnya terbengkalai di meja belajar sejak tadi. Ia terlalu sibuk untuk menenangkan Gabriel yang sejak tadi rewel tak berhenti. Ia begitu iri pada ibu-ibu lainnya. Dimana sang ayah bisa membantu menenangkan sang bayi jika rewel. Tidak seperti dirinya yang berusaha menenangkan Gabriel seorang diri.
Gong Yoo, Naeun, dan Woo Bin sudah sejak kemarin pergi ke luar negeri. Mereka meninggalkan Yerim dan Gabriel berdua saja karena ada pekerjaan yang tidak bisa di tinggalkan. Sejak kemarin juga Yerim sudah berusaha untuk menghubungi Matt. Baik melalui pesan, telpon, hingga video call. Namun tak satu pun usahanya membuahkan hasil. Hingga hari ini, Matt sama sekali tak diketahui keadaannya.
" Sssstt. Gabriel. Mama mohon tenang ya sayangku. Kita hanya berdua disini. Mama juga harus mengerjakan tugas, nak. Jadi mama mohon kerja samanya ya sayang. " ujar Yerim putus asa. Meski begitu, ia tetap menghujani Gabriel dengan ciuman. Hingga tiga puluh menit kemudian putranya tertidur.
Yerim mendesah lega. Pelan-pelan ia meletakkan Gabriel di box bayi, mencium keningnya sejenak lalu kembali ke meja belajarnya. Yerim tak langsung membuka bukunya dan kembali mengerjakan tugas akhir yang tak kunjung berakhir. Ia mengambil handphonenya dan berusaha untuk menghubungi Matt lagi. Walaupun pada akhirnya, tak ada satu pun panggilannya yang di jawab oleh Matt. Hal itu membuat Yerim merasa khawatir dan cemas bersamaan.
" Aku harap kau baik-baik saja, Matt. Dimanapun kau berada, aku harap kau tetap memegang janjimu padaku. "
*-*-*-*-*
Jeka menghadang langkah Yerim yang hendak memasuki ruang dosen untuk bimbingan terakhir sebelum ia melaksanakan sidang skripsinya. Perkataan Woo Bin tentang lebih cepat ia menyelesaikan kuliahnya, lebih cepat juga ia bersatu dengan Matt sangat di dengarkan oleh Yerim. Karenanya belum satu tahun ia kembali berkuliah, Yerim sudah akan melangsungkan sidang skripsi. Beruntung penelitian skripsinya di Kanada dulu dapat membantu skripsinya yang sekarang. Alhasil Yerim bisa menyelesaikan kuliahnya lebih cepat dari waktu yang di tetapkan ayahnya.
Kembali pada sosok Jeka yang menghadang langkah Yerim. Laki-laki itu menyodorkan sebuah undangan yang ditujukan untuk Yerim dan orang tuanya.
" Datanglah keacara ulang tahun perusahaan ayahku. " ucap Jeka. Yerim mengangkat sebelah alisnya lalu tersenyum sinis.
" Bagaimana jika aku tidak mau ?! " tanya Yerim sarkas.
" Kau harus datang! Aku mempersiapkan sebuah hadiah untukmu. " pinta Jeka. Ia pun memaksa Yerim untuk menggenggam undangan yang ia berikan.
" Aku tunggu kedatanganmu. " ujarnya lalu pergi meninggalkan Yerim.
" Dasar gila! " umpat Yerim lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju ruang dosennya untuk bimbingan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIMITLESS [Sequel STAY.3]
Random[Sequel STAY.3] Tentang Matt yang baru pertama kali merasakan jatuh sejatuh-jatuhnya dalam cinta kepada seorang Kim Yerim. Sekarang telah dimulai. Aku yang tidak memiliki batas. Lihatlah dunia yang akan terungkap. Kita akan menjadi satu. Aku butuh p...