LIMITLESS 2

1K 102 1
                                    

" Bolehkah aku mendekati Yerim ? "

Matt terpaku di tempatnya ketika pertanyaan yang ia lontarkan tak mendapat jawaban yang memuaskan. Krystal hanya tersenyum lalu bangkit berdiri. Sebelum pergi Krystal menepuk puncak kepala Matt dua kali. Respon yang sungguh menggantung bagi Matt.

Akhirnya dengan langkah lesu, Matt berjalan menuju kamarnya. Ia merebahkan diri diatas ranjang besar miliknya dan terdiam sambil menatap langit-langit kamarnya. Teringat akan nomer telpon Yerim yang diberikan Mr. Liam, Matt pun bergegas mengeluarkan handphonenya dan mengetik pesan untuk Yerim.

+642xxxxxxxxx
Aku akan menemuimu lagi

Usai mengirimkan pesan tanpa nama tadi, Matt kembali menyimpan handphonenya. Berusaha acuh walau hatinya gundah.

+6423xxxxxxxx
Siapa ?

Matt bangkit dari pembaringannya setelah mendapat balasan dari pesan yang ia kirimkan pada Yerim.

Matthew William

Oh,
Kau rupanya.

Ya,
Istirahat lah.

Oke.

Matt tersenyum samar. Keinginan terpendamnya selama ini akhirnya terkabulkan. Jangankan saling mengirim pesan, menyimpan nomer Yerim di kontaknya saja tak berani.

Matt berjalan mendekat kearah cermin besar di dekat walk in closetnya. Ia memandang dirinya dengan mengernyitkan dahinya.

" Sepertinya aku lebih tampan dari Jason. " ucap Matt sambil membetulkan rambutnya.

" Seharusnya aku dekati Yerim dari awal. " lanjut Matt.

" Ah! Dasar Matthew pengecut!! " cela Matt pada dirinya sendiri. Matt melangkahkan kakinya memasuki walk in closet untuk berganti pakaian. Ia sama sekali tak menyadari jika Krystal sejak tadi mengamatinya dari celah pintu. Dan tentu saja menahan tawanya ketika mendengar Matt mencela dirinya sendiri.

" Tidak ada kata terlambat untuk mencintai, nak. "

*-*-*-*-*

Makan malam di mansion William dengan 3 personil lengkap. Ada Kris, Krystal, dan Matt di meja makan. Matt tampak tak fokus dalam makannya. Dan hal itu tak luput dari perhatian Krystal.

" Daddy dengar, dikampusmu ada mahasiswi yang di drop out karena hamil. Benarkah itu ? " tanya Kris memecah keheningan. Matt meneguk ludahnya dengan kasar.

" Benar daddy. " jawab Matt, terdengar gugup.

" Baguslah. Hal yang seperti itu menjatuhkan nama kampus. Baiknya memang di keluarkan. " bahu Matt melorot lesu. Respon yang berbeda dari yang Krystal berikan.

" Tapi kan sayang, daddy. Minggu depan seharusnya ia sidang skripsi. " Matt berusaha untuk mengutarakan pendapatnya.

" Itu salahnya sendiri. Salah siapa terjun dalam pergaulan bebas. Merugikan diri sendiri kan akhirnya. " cibir Kris. Telinga Matt panas rasanya mendengar cibiran Kris untuk Yerim. Ia merasa tak terima, sekalipun ia tak memiliki hubungan apa-apa dengan Yerim.

" Aku selesai. " ujar Matt lalu bangkit dari duduknya. Mengabaikan tatapan heran Kris dan senyum samar Krystal, Matt berjalan tergesa ke kamarnya. Mengambil jaket, dompet, juga kunci motornya. Setelahnya ia pergi meninggalkan mansion keluarga William.

*-*-*-*-*

Lagi-lagi Yerim terpaku mendapati Matt di depan pintu apartmentnya. Secara otomatis, Yerim memiringkan tubuhnya untuk memberi jalan Matt masuk ke apartmentnya. Membuat Matt tersenyum lalu melangkah kedalam apartment Yerim.

" Kau sudah makan malam ? " tanya Matt setelah mendudukkan dirinya di sofa.

" Belum. Aku baru saja akan keluar mencari makan. " jawab Yerim. Matt menelisik pakaian Yerim. Memang seperti pakaian pergi.

" Delivery order saja. Tidak baik perempuan keluar malam. " ujar Matt lalu mengeluarkan handphonenya untuk menghubungi delivery order sebuah rumah makan.

" Kau ingin makan apa ? " tanya Matt. Ia menatap Yerim yang masih berdiri di tempatnya sejak tadi.

" A-aku ingin Pizza. " jawab Yerim terbata. Matt mengangguk. Ia berkonsentrasi pada handphonenya. Beberapa detik berselang, Matt menyimpan handphonenya diatas meja dan memandangi Yerim.

" Kau tidak pegal berdiri terus ? " mendapati Matt bertanya demikian, Yerim pun refleks mendudukkan dirinya di sofa.

" Apa kau ingin keluar dan membeli pizza tadi ? " tanya Matt.

" Eum. " jawab Yerim disertai anggukan.

" Kau sangat menginginkan pizza ? " Matt kembali bertanya dan Yerim kembali mengangguk.

" Apakah itu yang namanya mengidam ? " lagi-lagi Matt kembali bertanya.

" Mungkin saja. " jawab Yerim ragu.

" Apa selama ini kau sering mengidam ? " Matt bertanya dengan mata yang fokus menatap Yerim.

" Sepertinya baru kali ini aku menginginkan sesuatu secara menggebu. Bisa di bilang mengidam mungkin. " jawab Yerim.

" Ah baguslah kalau begitu. " gumam Matt.

" Kenapa ? " kali ini Yerim balik bertanya.

" Karena aku belum terlambat untuk membantu menuntaskan apa yang kau idamkan. " jawab Matt penuh ketulusan. Dan Yerim menyadari hal itu.

" Ada yang ingin aku tanyakan padamu. " ujar Yerim.

" Tanyakanlah. " pinta Matt.

Yerim terdiam sambil menatap wajah Matt.

" Aku dan kau tak pernah dekat sejak dulu. Bahkan bicarapun tak pernah. Lalu kenapa sekarang kau seperti ini ? Maksudku, kenapa kau begitu perhatian padaku ? Apa karna kau mengasihaniku ? " tuntas sudah apa yang sejak pagi Yerim tahan dalam hatinya. Ia memfokuskan pandangannya pada Matt yang tampak tenang usai mendapat pertanyaan darinya.

" Apa jika aku menjawab, karena aku menyukaimu sejak lama, kau akan percaya ? "

.
.
.
.
.

Update dikit joss!! Gapapa ya gengs updatenya dikit tapi sering. Karena aku nyolong waktu buat nulis sih. Kalo panjang takutnya ga keburu dan ga dapet feelnya.

Tapi gimana nih ? Udah mulai dapet pencerahan belum sama inti cerita LIMITLESS edisi terbaru ? Tebak-tebak dikit gapapalah wkwkwk.

Selamat menantikan part selanjutnya ya. Jangan lupa vote dan komennya. Thank you :))

LIMITLESS [Sequel STAY.3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang