LIMITLESS 9

849 71 4
                                    

Happy Friday
Kemarin lupa update, padahal udah ada ceritanya hehehe.
So, happy reading ya.
.
.
.

Matt  gelisah di dalam kamarnya. Sejak ia pulang dari apartemen Yerim malam itu, tak ada satupun kabar yang Matt terima dari wanita hamil bertubuh mungil itu. Puluhan bahkan mungkin ratusan pesan yang Matt kirimkan padanya sama sekali tak mendapat jawaban. Telpon pun percuma karena Yerim juga tak mengangkatnya. Matt pun memutuskan untuk tidak menuruti perkataan Yerim. Ia mengambil dompet, handphone, dan kunci mobilnya, lalu bergegas pergi ke apartemen Yerim.

Ketika sampai di ruang keluarga, Matt kembali tak sengaja bertemu dengan Kris. Melihat Matt yang berjalan dengan tergesa dan raut wajah cemas, Kris sudah tau kemana putra bungsunya itu akan pergi. Sedangkan Matt, ia sama sekali tak menghiraukan Kris. Ia hanya terus berjalan hingga sampai di luar mansion.

Selama perjalanan, Matt terus merapalkan doa dan permohonannya kepada Tuhan. Meminta agar ketakutannya tak menjadi kenyataan. Ia yakin Tuhan pasti tau bagaimana ia tak ingin kehilangan Yerim. Ia benar-benar telah jatuh hati pada wanita itu. Dan ia sama sekali tidak tau bagaimana hidupnya tanpa seorang Kim Yerim.

*-*-*-*-*

“ Yerim!! Kim Yerim!! Aku mohon buka pintunya!!! Yerimmm!! “ seru Matt sambil menggedor pintu apartemen Yerim dengan tidak sabaran. Semakin tidak mendapat sahutan, Matt semakin kencang memukul pintu apartemen Yerim.

“ Maaf anak muda. “ sapa seorang nenek yang entah dari mana datangnya sudah berdiri di samping Matt.

“ Ah, maaf. Saya pasti mengganggu anda. “ pinta Matt penuh sesal.

“ Tidak. Tidak apa. Apa kau mencari nona Yerim yang sebelumnya tinggal disini ? “ tanya nenek itu
“ Iya, benar. Apakah anda tau dimana Yerim ? Saya sejak tadi mencoba mengetuk pintunya. Tapi tidak ada sahutan. “ ujar Matt

“ Kau bukan mengetuknya, nak. Tapi kau menggedornya. “ ucap sang nenek membenarkan perkataan Matt. Mendapat sahutan seperti itu, Matt hanya bisa menggaruk dahinya.

“ Aku tidak tau dimana nona Yerim berada. Yang aku tau, pukul 1 dini hari tadi nona Yerim berpamitan padaku dan mengatakan akan berpindah tempat tinggal untuk sementara waktu. “ tutur sang nenek.
Matt berusaha menahan kakinya untuk tetap berdiri. Rasanya begitu lemas ketika mengetahui apa yang ia takutkan akhirnya terjadi. Yerim, pergi darinya.

*-*-*-*-*

“ Daddy!! Daddy!! “ teriak Matt penuh amarah ketika memasuki mansion keluarga William.

“ Daddy!!! “ Krystal yang tengah memasak di dapur pun bergegas menemui Matt. Begitu juga dengan Kris yang langsung keluar dari ruang kerjanya.

“ Ada apa Matt ? “ tanya Krystal. Dilihatnya Matt menghampiri Kris dengan tatapan penuh amarah.

“ Daddy menyuruh Yerim pergi dariku kan ? Daddy mengusir Yerim kan ? “ tuduh Matt. Krystal langsung mengarahkan tatapannya pada Kris.

“ Apa itu benar Kris ? “ Krystal turut bertanya.

“ Aku memang mengusulkan hal itu pada Yerim. Dan dia mengabulkannya. Aku tidak memaksanya. Ia memang ingin pergi darimu. “ jawab Kris. Membuat Krystal menatap Kris tak percaya. Ia mengalihkan perhatiannya pada Matt yang hanya terdiam sambil memandang Kris penuh kekecewaan.

“ Kalau bukan karena perkataan daddy semalam - - YERIM TIDAK AKAN PERGI DARIKU!!!! “ bentak Matt. Tubuhnya bergetar karena marah dan sedih. Bahkan ia tak peduli lagi jika air mata telah mengalir di pipinya.

“ Aku sangat mencintainya, dad!! Aku sangat mencintainya!!! Kenapa daddy setega ini padaku ? Kenapa ? Apa salahku pada daddy ?! “ seru Matt. Krystal menangis tersedu di tempatnya. Ia turut merasakan kesedihan yang Matt rasakan. Kehilangan orang yang amat dicintai bukanlah hal yang mudah bagi setiap manusia.

“ Aah. Daddy ingin aku menjadi seperti yang daddy inginkan bukan ? “ tanya Matt. Kali ini tersungging senyum sinis di wajahnya.

“ Baiklah. Akan aku ikuti apa mau daddy. Menjauhi Yerim ? Sudah bukan ? Kalau begitu selanjutnya apa lagi ? Memimpin perusahaan ? Silahkan atur tanggalnya! Dijodohkan seperti kak Sophia dan kak Sean ? Silahkan pilih wanita mana yang mau daddy jodohkan denganku. “ ujar Matt. Kris masih terdiam di tempatnya. Masih menantikan apa lagi yang akan putranya katakan.

“ Dan mari kita lihat sama-sama. Apakah daddy bahagia setelah aku mengikuti mau daddy. Atau daddy akan menyesali semuanya. “ Matt berbalik dan pergi meninggalkan daddy dan mamanya yang masih terpaku di tempat mereka masing-masing.

“ Kau benar-benar tak berperasaan, Kris. “ ujar Krystal sebelum pergi meninggalkan Kris. Wanita cantik itu memilih untuk mengikuti Matt ke kamarnya.

Sesampainya di kamar Matt, Krystal langsung menghambur memeluk laki-laki yang tengah meringkuk di atas ranjangnya. Tubuh Matt bergetar karena tangisannya. Begitu juga dengan Krystal.

“ Maafkan daddymu, sayang. Maafkan dia. “ pinta Krystal. Ia takut putranya akan menyimpan dendam pada ayahnya sendiri.

“ Aku akan mengikuti semua keinginan daddy, ma. Aku tidak akan membantah. Tapi kenapa harus seperti ini ? Kenapa ia harus mengusik Yerim ? Yerim sedang hamil, ma. Bagaimana jika ia tertekan dan bayinya kenapa-kenapa ?! “ seru Matt. Ia tumpahkan segala kesedihannya pada sang ibu.

“ Ayo kita cari Yerim sama-sama, sayang. “ ajak Krystal
“ Aku sudah tidak punya muka ma, untuk mencari Yerim. Kehidupannya menjadi tidak tenang sejak aku hadir. Tapi aku sangat merindukannya, ma. Aku mencintainya. “ ungkap Matt.

Krystal hanya bisa diam sambil terus memeluk putranya. Dalam hati berdoa semoga wanita yang dicintai putranya baik-baik saja di luar sana.

*-*-*-*-*

Dalam persembunyiannya yang tenang, Yerim terduduk menatap langit. Bintang malam berkelap-kelip seolang tengah mengejeknya. Malam begitu cerah, bahkan angin berhembus membawa rasa segar. Tapi Yerim tak merasakan demikian. Ia justru merasa sangat sesak.
Hidupnya terasa hampa.

Tangannya perlahan menyentuh perutnya buncitnya. Kandungannya sudah memasuki usia 6 bulan. Itu tandanya sudah satu bulan lebih ia tak berjumpa dengan Matt. Rasa rindunya begitu menggebu. Tapi sekuat mungkin ia tahan. Ia tak boleh egois. Cinta yang ia miliki untuk Matt tidak boleh merusak hubungan ayah dan anak. Hanya ada satu keinginan Yerim untuk beberapa waktu kedepan. Ia berharap suatu saat bisa mempertemukan Matt dengan anak mereka.

“ Yerim, kau sudah makan malam ? “ tanya Wendy setelah menyusul Yerim yang lagi-lagi merenung di balkon lantai dua.

“ Sudah. Aku sudah makan. “ jawab Yerim. Ia tersenyum memandang sahabat yang selama ini menampungnya.

“ Kenapa kau suka sekali di balkon ? Kau tak takut masuk angin ? “ tanya Wendy sambil mengulurkan segelas teh hangat untuk Yerim.

“ Di balkon segar. “ jawab Yerim singkat. Selalu jawaban itu yang Yerim berikan setiap kali Wendy menanyakan hal yang sama.

“ Aku akan kembali ke Kanada beberapa hari. Kau mau ikut ? “ tanya Wendy. Bukan sekali Wendy menanyakan hal ini. Dan berkali-kali itu pula Wendy akan menemukan hal yang sama. Dan kali ini, Wendy pun yakin jawaban Yerim akan tetap sama.

“ Tidak. Kau pulanglah. Aku akan tetap disini. “ jawab Yerim sambil tersenyum. Dan Wendy hanya bisa menghela nafasnya.

Tuh kan.

.
.
.
.
.

Jangan lupa vote dan komennya.
Thank you :)

LIMITLESS [Sequel STAY.3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang