Happy Reading :)
.
.
.
Matt jatuh terduduk setelah mendengar kabar yang dibawakan Wendy padanya. Tangannya yang masih memegang foto ia dan Yerim bergetar hebat. Melihat hal itu, Sophia dan Sean bergegas membantu Matt untuk berdiri.
" Bi-bisa kau berikan aku alamat dimana Yerim berada ? " tanya Matt dengan terbata. Sinar matanya memancarkan permohonan. Wendy pun mengangguk. " Yerim ada di Seoul Hospital. Kau harus kesana segera, Matt. " jawab Wendy.
Dengan setitik air mata yang terjatuh di pipinya, Matt tersenyum lalu mengangguk. " Kak, tolong hubungi Renjun. Minta ia siapkan jet pribadi untuk ke Seoul sekarang. " pinta Matt pada Sean. Sean pun mengangguk dan langsung menghubungi Renjun melalui handphone Matt yang ada di tangannya.
" Kami akan ikut denganmu, Matt. " ujar Kris. Mendengar itu, Matt mengalihkan pandangannya pada sosok sang ayah yang berdiri di belakang Krystal. " Tidak perlu. Untuk apa daddy bertemu perempuan tidak tau diri ? Seharusnya daddy senang dia koma. " tutur Matt. Kris hanya bisa memejamkan matanya, merasakan sakitnya penolakan yang Matt berikan kepadanya.
" Kami akan tetap ikut. Dengan atau pun tanpa ijinmu, Matt. " Final! Jika Krystal sudah bicara, tak ada seorang pun yang mampu menolaknya. Termasuk Matt. Walaupun jelas sekali, Matt tampak tidak menyukai keputusan ibunya. Namun apa daya, hari itu juga keluarga William berangkat ke Korea untuk menemui Yerim.
*-*-*-*-*
Setelah melewati waktu yang terasa sangat panjang, jet pribadi yang ditumpangi keluarga William pun bisa mendarat dengan sempurna di helipad Seoul Hospital. Bersyukurlah Kris yang mengenal dekat direktur Seoul Hospital, sehingga jet pribadi mereka bisa langsung mendarat disana.
Matt berjalan dengan tergesa mengikuti seorang perawat menuju ruangan Yerim. Di belakangnya mengikuti Krystal, Sophia, Sean, Kris dan juga direktur Seoul Hospital dokter Jung. Dokter Jung menarik lengan Kris untuk bicara sambil berjalan. " Kau bilang, pasien bernama Kim Yerim koma ? " tanya dokter Jung. " Eum. Sahabat Yerim sendiri yang bilang. " jawab Kris. " Setahuku, tidak ada pasien koma yang bernama Kim Yerim. " lirih dokter Jung pada dirinya sendiri yang tentunya tak bisa di dengar oleh Kris.
BRAKKK!
Matt membuka pintu di depannya dengan kasar, hingga menimbulkan bunyi yang cukup kencang. Meski begitu, seorang bayi yang tertidur diatas ranjang tak terkejut sama sekali mendengar bunyi yang kencang itu. Ia hanya menggeliat pelan, lalu kembali tertidur dengan nyenyak.
Tapi tidak dengan sang ibu yang kini berdiri mematung disisi ranjang sang bayi. Yerim terpaku di tempatnya. Ia semakin tidak bisa mencerna keadaan ketika Matt berjalan dengan cepat kearahnya lalu memeluk Yerim erat.
" Kau menemukanku. " ucap Yerim lirih. Ia membalas pelukkan Matt dan menangis di pundak pria yang menjadi ayah dari putranya. " Maafkan aku selama ini tak mencarimu. Aku benar-benar terpuruk setelah kau pergi, Yerim. " ungkap Matt. " Aku sudah tidak pergi lagi. Aku disini. " sahut Yerim. Matt mengangguk berkali-kali lalu mengecup bahu Yerim berkali-kali.
" Oooaakkkk.. Oooakkkk. " suara tangisan bayi menjadi penghenti momen melepas rindu Matt dan Yerim. Keduanya langsung memisahkan diri. Yerim bergegas mengambil Gabriel dari ranjangnya lalu menggendongnya. Matt pun mendekat kearah Yerim dan memandang sang putra dengan wajah berbinar.
" Kau akhirnya tau jika dia adalah anakmu ? " tanya Yerim. Ia masih bergerak kesana kemari untuk menenangkan sang putra. " Aku merasa bodoh selama ini tak menyadari ikatan batin aku dan si kecil. " sesal Matt. Ia mengarahkan telunjuknya untuk mengelus pipi Gabriel dengan pelan. Dan ajaibnya, Gabriel langsung berhenti menangis. Bahkan Yerim pun terkejut. Karena semenjak ia lahir, Gabriel terkenal sebagai bayi yang sangat sulit ditenangkan ketika menangis.
![](https://img.wattpad.com/cover/148375935-288-k227954.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LIMITLESS [Sequel STAY.3]
Random[Sequel STAY.3] Tentang Matt yang baru pertama kali merasakan jatuh sejatuh-jatuhnya dalam cinta kepada seorang Kim Yerim. Sekarang telah dimulai. Aku yang tidak memiliki batas. Lihatlah dunia yang akan terungkap. Kita akan menjadi satu. Aku butuh p...