-----happy reading-----
"Gua seneng liat lu senyum cil"
Aku melihat ke arahnya, apa aku saja yang salah dengar atau memang dia memanggil ku
"Cil? " Tanyaku.
Ia menoleh "bocil" Dia tersenyum memperlihatkan sederetan gigi nya
"Kenapa lu panggil gua bocil" Tanyaku, lagi.
"Lu cepat banget ya lupanya"
"Lupa apa? "
Lagi lagi dia tersenyum, mendekat kearahku dan
Cup!
Dia mencium puncak kepalaku, ralat, luka operasi waktu kecilku. Luka itu kudapat sama bermain sepeda bersama ardhi, waktu itu aku pertama kalinya belajar sepeda dan pertama kalinya jatuh dari sepeda dan sialnya kepalaku terkena ujung trotoar mengakibatkan pendarahan di kepalaku, akhirnya aku mendapat luka itu.
Tunggu
Apa dia
"Adi" Ia mengangguk sebagai jawaban kalau dia memang orang yang kumaksud
Aku tersenyum dan langsung memeluknya
Biar ku jelaskan sedikit, ardhi alvino adalah tetangga ku waktu tinggal bandung, dia sahabatku satu satunya, memang dari sejak kecil aku tidak ingin memiliki teman hingga sekarang teman ku juga hanya satu, mitta. Setiap hari aku dan ardhi pergi kesekolah bersama, melakukan semuanya bersama, dia temanku, sahabatku, musuhku, abangku, dan dia bisa jadi papa untukku. Tapi setelah kejadian aku jatuh dari sepeda, semuanya berubah. Aku tidak diperbolehkan untuk keluar rumah, aku tidak lagi main bersama ardhi, dan saat kedua orangtua ku dan bang davin meninggal, kami memutuskan untuk ke jakarta dan memulai hidup baru. Begitulah singkat nya.
Ia melepas pelukannya, melihat dari ujung sepatuku hingga ujung rambutku lalu tersenyum lagi
"Lu banyak berubah ya, kemana penampilan feminim lu"
Ya, dulu aku sangat feminim layaknya wanita pada umumnya yang memakai rok, aku sengaja mengubah penampilanku agar tak seorangpun yang mau berteman denganku
"Itukan waktu masih kecil, sekarang udah beda" Tegasku
"Gua suka lu yang dulu cil, yang kalem, yang manja, yang bawel dan yang slalu minta yuppi ke gua" Ia tertawa
"Apasi ga jelas banget deh" Aku berjalan dan duduk di salah satu kursi panjang yang terbuat dari semen.
Menyandarkan kepalaku ke tembok yang dingin, ini sudah maghrib dan udara diatas sini mulai dingin kurasa
Ntah dari kapan dia, ardhi, sudah duduk disebelahku
"Ngantuk ya cil" Aku menggelengkan kepalaku
Ia menarik kepalaku dan meletakkan kepalaku tepat diatas pahanya, "tidur aja, gua tau lu cape"
Memang benar aku lelah sekali hari ini, apalagi dengan mengingat kejadian dirumah sakit tadi membuat kepalaku terasa sedikit sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Someone
Teen FictionBenci menjadi awal dari sebuah kisah dan cinta, hanya butuh waktu saja untuk kedatangannya. Cerita ini ditulis untuk mengenang kisah kisah indah yang terlewatkan begitu saja. Aku harap kalian bisa merasakannya walau hanya dari kata kata yang aku t...