Sebelum baca ini, aku saranin baca chapter sebelumnya ya kalau kalian lupa hehe
-happy reading-
Setelah kejadian dirooftop kemarin, Tafia tidak lagi melihat Rayen, ya jelas saja ia tak melihat laki-laki itu karna ia baru saja masuk kesekolah. Kemarin ia demam tinggi, mungkin karna kecapean...
Atau karna sakit hati? Ah sudahlah.
Tafia memasuki kelas yang masih sepi, hanya beberapa siswa saja yang baru datang untuk mengerjakan tugas. Nyontek berjama'ah.
"Taf.. Lu kemana aja baru masuk?" tanya salah satu siswi yang bernametag Zalfa.
Tafia tidak menjawab, ntahlah mood nya hari ini sangat buruk, atau memang slalu buruk?
"Tafiaa!!!!!"
Ah suara itu, ia rindu suara cempreng itu
"Berisik!" ketus tafia.
Mita langsung berlari ke mejanya dan memeluk sahabatnya ini "Iiihhh!! Lu kemana aja sih baru nongol sekarang? Gua kangen tau!"
Tafia hanya berdehem saja, ia sudah kehilangan suaranya karna menangis seharian
Ceritanya dengan rayen
Cerita hidupnya
Kenyataan kalau ia harus berpisah dengan abangnya, iya Devin akan kuliah di Paris dan kerja di Perusahaan Ayahnya disana, dan Tafia? Akan tinggal bersama ayahnya, walau sudah menolak berkali-kali untuk tinggal sendiri, tapi Devin tetap tidak ingin meninggalkan adiknya sendirian dirumah, lebih baik tinggal dirumah ayahnya.
Waktu pulang dari sekolah kemarin, Devin mengajak ku kembali ke rumah itu, Devin sudah menceritakan semuanya, tentang hidup mereka yang slama ini ditanggung ayahnya walau dari jauh, tapi Tafia belum bisa terima kenyataan itu, kenapa ayahnya harus meninggalkan mereka berdua dan pergi, dan kenapa baru sekarang dia tau semuanya?
Hati yang hancur akan semakin hancur, ntah bagaimana cara memperbaikinya.
"Tafia!! Kok malah bengong sih" mita menepuk-nepuk pipi tafia.
"Apa?"
Mita membuang nafas gusar, harus banyak sabar emang ,"Lu kemana aja slama seminggu lebih ini?!"
"Lu cari gua?" tanya Tafia.
Plak!
Tangan mita sudah gatal sejak tadi ingin mengetuk kepala Tafia
"Lu gak tau apa gua panik cariin lu Tafia!! Gua kerumah lu tapi kosong gak ada oran---"
"Gua dirumah Ayah"
Kalau kalian lupa, Mita adalah sahabat Tafia sejak kecil, ia tau apa saja yang terjadi pada keluarga Tafia, dan tadi barusan dia bilang apa?
"Lu udah baik kan sama Ayah lu?" suara Mita mengecil, takut orang lain mendengar dan tak ingin Tafia tersinggung atas ucapannya.
Tafia menggeleng.
"Cerita sama gua taf.. Jangan di pendam sendirian, apalagi ngilang".
Tafia mengangguk dan menceritakan semuanya secara rinci, tak terasa kalau bel masuk sudah berbunyi dan..
"TAFIA TIA DARA! DARIMANA SAJA KAMU TIDAK MASUK 11HARI?!"
Ah kenapa harus pelajaran pak Manu sih batin Tafia, lalu setelahnya dia menyengir tidak berdosa.
"Eh bapak, kangen saya ya?" tanya tafia dan dihadiahi tatapan garang dari guru laki-laki yang mukanya sudah merah padam.
"KELUAR KAMU DARI KELAS SAYA! HORMAT DIDEPAN TIANG BENDERA SAMPAI JAM PELAJARAN SAYA SELESAI!"
Tafia menarik nafas dalam lalu beranjak dari tempat duduknya, "Pak mundur dikit"
"Berani kamu nyuruh-nyuruh saya?!"
"Bukan gitu pak, gantengnya kelewataan"
Tafia langsung berlari kelapangan setelah puas mendengar teriakan guru killer itu.
Huffttt
"Baru aja balik udah disuruh jumpai tiang bendera" gerutu Tafia sambil berdiri tegak didepan tiang bendera, mengangkat tangan kanan dan hormat menatap bendera.
Tanpa ia sadari seseorang yang jauh dari tempatnya tengah tersenyum, ah dia sangat merindukan gadis jutek itu.
---------------
Setelah dua jam lebih berdiri dibawah matahari yang sangat terang itu, akhirnya ia bisa istirahat. Dengan langkah santai nya ia menuju kantin, pasti Mita sudah disana
Dan ya, dia duduk disana dengan Angga yang notaben adalah pacarnya.
Kalau ada Angga pasti ada Rayen, tapi dimana dia?
Tafia mengedarkan pandangannya dan sampai pojok kantin ia melihat laki-laki itu tengah duduk dengan senderan bangku bersama team basket lainnya dan..
Chatrine?
Tafia mengepal tangannya kuat, kemarin Clara sekarang Chatrine, kenapa yang depannya huruf C itu menyebalkan?
"Taf! Woi! Benggong aja" tak sadar kalau ia sudah duduk dimeja Mita dan Angga.
"Apasih berisik" jawabnya.
"Gua kira lu bakal pingsan karna dihukum si Manukiller" ujar Mita.
"Lu kira gua vampire yang gak bisa kena cahaya matahari?"
Selamat! mood Tafia semakin buruk sekarang.
"Ya santai buk gak perlu emosi" giliran Angga yang bersuara sekarang.
"Bacot lu" Tafia bangkit dari kursi nya, dia sudah kenyang melihat drama receh Chatrine agar bisa berdekatan dengan Rayen
"Eh Dugong mau kemana lu" teriakan Angga sukses membuat Rayen menoleh
Saat yang sama tatapan mereka bertabrakan, dan Tafia yang memutuskan untuk segera pergi, "Diem lu kutil Anoa!"
Angga menoleh ke arah Rayen dengan tatapan lu berantem sama dia?
Rayen langsung mengikuti gadis dengan rambut yang diikat satu itu.
Dan meninggalkan Mita yang menatap Angga dengan ekspresi menahan tawa, begitu juga sebaliknya.
Tafia, gadis itu tidak tahu kalau ia sudah terbakar api cemburu. Dan Rayen? Tak tahu pada siapa hatinya berlabu.
---------------
Taman belakang, tempat yang jarang dikunjungi para siswa, dan tempat pertama kali Tafia bertemu Rayen
"Lagi flashback pertama kali jumpa gua ya?"
Tafia menoleh, Rayen.
"Ngapain lu"tanyanya datar
Rayen mendekat dan berdiri tepat didepannya, "Kan udah pernah gua bilang kalau taman belakang ini tempat gua, yang katanya ada hantu, terlalu ganteng sih gua kalau jadi hantu" Ujarnya dengan percaya diri.
Yang berada dihadapannya ini adalah orang yang menyebalkan, yang slalu kepedean, yang slalu membuat emosinya memuncak, yang ia..
Sayang?
"Terserah" Tafia beranjak pergi tapi langkahnya terhenti saat
"Lu masih jadi pacar gua Tafia..."
"...Lu lupa kalau gua yang menang pas tanding basket? Dan gua belum ada bilang putus" sambungnya.
Ada secebik kebahagiaan dihati Tafia karna mendengar itu, dan ada rasa sakit yang menjalar ditubuhnya karna ia hanyalah pacar dari taruhan mereka.
Tafia berbalik, "Gua bukan pacar lu, itu cuma taruh--"
"Tapi lu masa depan gua" potong Rayen.
Berbulan" ga update wkwk maap:(
Uda panjang belom? Kalau kalian vote aku bakal rajin up deh suer
Kangen sama rayen aku tuh wkwk
Salam penulis amatiran
Mrsynabila
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Someone
Teen FictionBenci menjadi awal dari sebuah kisah dan cinta, hanya butuh waktu saja untuk kedatangannya. Cerita ini ditulis untuk mengenang kisah kisah indah yang terlewatkan begitu saja. Aku harap kalian bisa merasakannya walau hanya dari kata kata yang aku t...