DS-18

1 0 0
                                    

-----Happy Reading----

Kepala Tafia sudah ingin meledak sekarang, sedari tadi disuguhi rumus rumus Fisika yang membuat matanya meredup.

Pelajaran Fisika dijam pertama sangatlah sial, membuat moodnya buruk, ditambah lagi tadi pagi dia harus kejar kejaran dengan Rayen karna cowok itu melepaskan tali sepatunya. Menyebalkan!

"Woy Tafia! Suram amat sih itu muka lu" ucap Mitta sambil membereskan alat tulisnya.

"Udah istirahat?"

"Udah lah, makanya jangan mikirin Rayen mulu lu"

Tafia berdecak malas lalu berjalan keluar kelas "Eh lu mau kemana ", Gadis itu hanya mengangkat jempolnya saja

Ia butuh mengistirahatkan badannya, padahal tadi malam Tafia tidak begadang, tapi tidak tahu kenapa rasanya ia sangat lelah. Tafia membuka pintu yang terhubung langsung ke rooftop sekolah, tempat paling tepat untuk bolos.

Baru saja ingin menutup mata untuk tidur, bangku yang ia duduki bergerak cepat membuatnya jatuh mencium lantai.

"Hahahahah kasian amat sih jomblo ya makanya cium lantai"

Ah , Tafia hafal dengan suara itu . "RAYENNN!!!! GUA BUNUH LU!!"

Ia langsung bangkit dan mendaratnya cubitan bon cabe ke pinggang Rayen

"A-aww sakit bego! Tafia lep-aww anjing"

"Rasain mampus!!"

"Iyaiya damai gak lagi janjii " Rayen mengangkat jarinya membentuk V, barulah Tafia melepaskan nya.

"Ngapain sih lu ganggu orang mulu kerjanya"

Ia mendengus kesal melihat cengiran Rayen.

"Lu kok bolos?" Tanya Rayen.

"Ngaca bego"

"Haha galak banget sih, gua kan udah sering bolos, lu kenapa ikutan bolos piaa"

Daripada menjawab pertanyaan tidak bermutu itu, Tafia lebih memilih untuk duduk dipembatas gedung sambil memejamkan matanya, menghidup udara siang ini yang tidak terlalu terik.

"Ada masalah?" Tanya Rayen, lagi.

"Rayen, gua mau nanya" Dia langsung menoleh menatap Tafia yang terlihat murung. "Apa?"

"Kematian itu apa?"

Rayen tertegun, lalu ia menggenggam tangan mungil itu sembari tersenyum ke arah Tafia.

"Kematian itu adalah hari dimana lu merasa dicintai semua orang taf, semuanya bakal nunjuki rasa sayangnya" Jelasnya.

"Tapi cuma sehari, sisanya terlupakan. Iyakan?" sekali lagi, Rayen dibuat tertegun dengan perkataan Tafia.

"Itu hanya berlaku untuk teman atau orang biasa, kalau orang yang mencintainya pasti ia akan mengingatnya terus"

Rayen mengusap keringat dikening Tafia. "Bahkan kalau ia tulus, ia akan mengorbankan dirinya sendiri untuk orang yang dicintainya"

Sekarang gantian Tafia yang merasa gelisah melihat tatapan intens cowok itu.

"Udah biasa aja tuh muka tegang amat kaya malam pertama" kekeh Rayen.

"Ihh mesum lu! Jauh jauh sana" Tafia langsung mendorong Rayen menjauh

--------------

"Tafia kenapa baru pulang?"

Langkah nya terhenti ketika mendengar suara berat yang berasal dari ruang tengah. Tafia menoleh, ternyata Ayah nya.
Sampai sekarang Tafia masih belum bisa akrab dengan Ayahnya, gengsi nya terlalu besar.

Dear SomeoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang