Prolog

31.1K 1.6K 26
                                    

"Mas Tama, bisa pulang sekarang? Vano demam, Mas. Dari tadi dia nangis terus."

"Maaf, Ai, kamu atasi dulu ya. Naura lagi tampil di acara pentas seni di sekolahnya, dia ingin aku menyaksikannya."

"Tapi Mas...."

"Pliss, Ai...bantu aku. Kalau perlu bawa aja Vano ke rumah sakit."

"Mas!"

"Sudah ya Ai, Naura lagi tampil. See you."

Ponsel ditutup suaminya tanpa peduli dengan keresahan hatinya saat ini. Sakit hatinya karena berulang kali diperlakukan seperti ini. Dia istri satu-satunya saat ini, tapi dia lebih merasa sebagai istri kedua saja. Karena segala sesuatu selalu dinomorduakan oleh suaminya. Ya perhatiannya, juga waktunya.

Apakah acara pentas seni itu lebih penting dari anaknya yang sedang sakit?

Selalu begitu. Dia dan anaknya adalah nomor sekian setelah mantan istri dan anak mereka. Sebenarnya apa sih mau mereka? Kalau memang masih ingin bersama, kenapa dulu harus berpisah? Kenapa harus menyeretnya masuk ke dalam hidup mereka?

Cukup sudah! Dia tak akan membiarkan dia dan anaknya diperlakukan seperti ini terus-menerus. Jika mereka ingin bersama lagi, silahkan saja! Aku juga berhak bahagia dengan anakku. Buat apa punya suami tapi rasa janda. Lebih baik menjanda saja sekalian. Mungkin lebih baik.

Lihat saja mantan istri suamiku. Dia tak perlu kerja keras menghidupi dirinya. Dia hidup bak sosialita dengan uang tunjangan dari suamiku. Sementara aku yang mengurusi semua kebutuhan suamiku, malah tak mendapatkan perhatian penuh. Bahkan rumah yang kami tinggali lebih kecil dari rumah yang diberikan ke mantannya itu. Fix! Menang banyak tuh jendes.

Gimana kalau kami tukar posisi saja.

17052020

PERNIKAHAN BAYANGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang