Aileen tentu saja terkejut melihat Tama tiba-tiba sudah berada di kamarnya.
"Mas Tama...." Ucap Aileen sambil menelan ludah melihat ekspresi mengerikan di wajah suaminya. Memangnya aku salah apa ya? Harusnyakan aku yang pakai ekspresi seperti itu, batin Aileen jengkel.
"Ups...sorry, aku gak ikutan. Permisi dulu...silahkan lanjutkan." Ucap Rosi yang langsung mendapat pelototan dari Aileen. Rosi malah cengengesan dan pergi begitu saja meninggalkan Aileen.
Aileen berusaha tenang tidak mau terintimidasi tatapan marah suaminya, walau sebenarnya jantungnya sudah bergemuruh seolah dia sedang tertangkap berbuat salah.
Aileen berjalan mendekati tempat tidur anaknya dan meletakkannya perlahan. Kemudian membalikkan badan dan berhadapan langsung dengan suaminya.
"Kenapa balik?" Ucap Aileen sinis yang makin menyulut kemarahan Tama.
"Oh, kamu senang ya aku gak di sini. Biar kamu bebas bermesraan sama laki-laki lain, gitu!" Desis Tama.
"Kamu nuduh aku? Harusnya aku yang punya pikiran seperti itu. Kamu langsung melompat pergi setiap mantan istri kamu memanggil!" Ucap Aileen sambil menekankan kata mantan. Dadanya sudah naik turun karena emosi, teringat dia kemarin ditinggalkan begitu saja oleh suaminya.
"Jangan libatkan Celia dalam hal ini!"
Rasanya Aileen ingin menangis. Suaminya malah membela mantan istrinya, bukannya minta maaf karena kemarin sudah meninggalkannya dan ingkar janji.
"Kalau Mas bisa bermain-main dengan mantan Mas, aku juga bisa!" Ucapan Aileen malah membuat amarah Tama menjadi-jadi.
"Kau....aku tidak pernah bermain-main, Ai. Aku pulang bukan menemui Celia, tapi Naura!" Teriak Tama kesal.
"Oh, ya? Kenapa aku harus percaya sama pria yang suka ingkar janji."
Tama menyugar rambutnya frustasi karena Aileen tidak mempercayainya. "Tapi bukan berarti kau bisa selingkuh dariku!"
"Aku tidak serendah itu! Pria yang kau maksud itu sepupu Rosi. Dan kami tidak ada hubungan apa-apa. Jangan maling teriak maling!" Aileen mulai kesal dituduh yang bukan-bukan. Terfikirpun tidak di otaknya ingin selingkuh.
"Kau itu istriku, ingat itu!"
"Istri yang sering Mas abaikan, bahkan tega meninggalkannya dengan seorang anak kecil di negeri orang." Balas Aileen.
"Mas mengirim Dwi untuk menemanimu, ingat?"
Aileen tertawa sampai hampir tersedak. "Mungkin sebaiknya Dwi yang jadi suamiku. Kelihatannya dia bisa diandalkan menjadi suami siaga."
Rasanya Tama ingin mencekik istrinya, berani-beraninya dia berandai-andai bersuamikan pria lain, meskipun itu adiknya sendiri. Aileen sekarang sangat berbeda, dulu dia lebih banyak diam dan tidak pernah membantah, tapi sekarang terus saja melawannya. Memangnya apa yang salah? Selama ini dia tetap melakukan kewajibannya sebagai seorang suami dan kepala keluarga. Tapi Aileen selalu berfikiran negatif terhadapnya.
"Sayangnya dalam kenyataan kau itu istriku. Tak pantas kau membayangkan pria lain sebagai suamimu."
Dan Aileen terkejut saat tiba-tiba Tama menarik tangannya dengan kuat hingga tubuh Aileen membentur dada keras suaminya.
Aileen ingin marah tapi mulutnya malah dibungkam oleh mulut Tama. Tapi bukan ciuman mesra yang diterima Aileen, melainkan ciuman kasar yang seakan menghukum. Tentu saja Aileen berontak dan berusaha melepaskan diri, dia berusaha mendorong dada Tama, tapi tangan Tama yang memegang bahunya bagai cengkeraman besi.
"Ups...maaf mengganggu."
Mendengar seseorang bersuara, seketika Tama melepaskan Aileen dan menoleh ke arah suara dengan mata melotot ke arah Rosi.
"Aku mau ambil tas pakaianku. Aku tidur di kamar lain. Silahkan lanjutkan...." Rosi buru-buru mengambil tasnya dan kembali keluar kamar tanpa melihat ke belakang lagi. Dia takut melihat ekspresi marah Tama. Ternyata mengerikan.
"Kita pulang besok." Ucap Tama tegas setelah Rosi keluar.
"Bukannya masih dua hari lagi? Kenapa tidak kita habiskan saja waktu dua hari itu untuk liburan seperti rencana semula." Pancing Aileen. Dia ingin melihat tanggapan suaminya.
"Mas lagi banyak kerjaan."
Aileen mendengus. Malas bicara dengan suaminya, Aileen memilih diam. Dia sudah sangat mengenal suaminya, jika suaminya sudah memutuskan sesuatu maka sulit untuk dibelokkan. Mirip egois sih.
Aileen melepaskan tangan Tama yang masih memegang lengannya dan berjalan ke lemari, mengambil pakaian tidur, kemudian masuk ke kamar mandi. Aileen membersihkan diri dengan cepat. Saat dia keluar dari kamar mandi, dia melihat suaminya sedang menggendong Vano dan menimangnya. Mungkin Vano tadi terbangun. Jika melihatnya sedang seperti itu, siapa yang menyangka kalau Tama adalah orang yang sangat keras. Tapi saat menimang Vano dia terlihat sangat lembut dan kebapakan.
Tanpa mempedulikan Tama, Aileen membaringkan tubuhnya menyamping ke tempat tidur, menarik selimut hingga menutupi tubuhnya dan berusaha untuk tidur.
Kadang Mas Tama memang lembut dan perhatian, tapi kalau disinggung soal mantan istri dan anaknya, Mas Tama langsung seperti singa mengamuk. Hhh...nasib nikah sama duda cerai ya begini. Mana mantan istrinya dikit-dikit menghubungi suaminya. Padahal terkadang hanya persoalan sepele. Menyebalkan!
Saat Aileen hampir terlelap, Aileen merasa ada yang menggerayangi tubuhnya dan menciumi pelipisnya. Aileen bukannya merasa terganggu, Aileen tanpa sadar malah mendesah.
"Ai, Mas kangen."
Tubuh Aileen dibalikkan hingga telentang dan Aileen jadi terjaga sepenuhnya. Matanya menatap Tama yang nafasnya sudah menderu-deru.
"Mas..."
Mulut Aileen langsung disergap Tama sementara tangannya berusaha membuka pakaian Aileen. Aileen sebenarnya masih marah kepada Tama, tapi kalau Tama sudah menyentuhnya, Aileen langsung lemah dan menyambut cumbuan suaminya. Kadang dia dongkol melihat reaksi tubuhnya yang terlalu lemah terhadap Tama. Tama jadi merasa di atas angin.
Malam ini suaminya mencumbunya dengan sangat posesif. Seolah takut kehilangan dirinya. Berulang kali Mas Tama mengucapkan, 'jangan pergi, Ai' disela-sela cumbuannya. Hingga kami sama-sama mencapai puncak kemesraan, Tama meneriakkan namanya, bukan mantannya. Tapi suaminya memang tidak pernah meneriakkan nama mantannya setiap mereka bercinta.
Tama dan Aileen saling berpelukan setelah tubuh mereka terpuaskan.
"Mas, tidak bisakah kita di sini dulu. Aku ingin bersantai denganmu tanpa gangguan." Bujuk Aileen.
"Baiklah, Sayang. Masih dua hari lagi kan liburannya?"
Aileen tersenyum bahagia dan makin mengeratkan pelukannya ke tubuh suaminya.
Telpon Tama tiba-tiba berdering.
Astagaa...siapa yang menelepon selarut ini? Batin Aileen.
28052020
Silahkan marah sama Aileen
Aileen ini memang bego, gadak kapok-kapoknya
Dirayu dikit langsung lumer
Emosi juga lihat si Aileen
Kayak Author juga sih, kadang udah dibikin kesal setengah mati sama suami, eh...dirayu langsung maafin, trus baekan, besok2 gitu lagi...hahahha
Halaahhh....dasar suami istri😂
KAMU SEDANG MEMBACA
PERNIKAHAN BAYANGAN
RomancePRIVAT ACAK. FOLLOW DULU YA. Tiga tahun membina rumah tangga, membuat Aileen Syafa Zubairi sudah merasa cukup atas segala sikap suaminya yang masih terikat dengan mantan istri dan putrinya yang berusia 15 tahun, dari pernikahan pertamanya. Bahkan ha...