4

13.5K 1.4K 66
                                    

Gitu buka wattpad rupanya udah kelebihan target...makacih semua...

Maaf baru liat hari ini soalnya semalam bawaan ngantuk terus, jadi ya tiduuuurr aja seharian kecuali pas berbuka puasa.

Gitu baca komen, hmmm...si Tama habis kena bully hahahha...rasainlah suami egois dan gak peka.

Oce, makacih votenya ya n cekidot

Hari senin seperti biasanya Aileen bersiap berangkat ke kantor. Dia memang tidak berhenti bekerja walaupun telah menikah dan punya anak. Dia hanya tak ingin bergantung sepenuhnya dengan suami. Apalagi melihat situasi rumah tangga mereka yang kurang baik dari awal. Untunglah Rosi bekerja di rumah. Rosi menjalankan bisnis online produk aksesori dari batu-batuan yang sudah cukup terkenal di dunia maya. Pelanggannya sudah banyak bahkan mencapai Malaysia dan Singapura. Pegawainya ada sepuluh orang. Tiga orang yang mengurus pesanan pelanggan, sisanya membantu membuat aksesori.

Untung saja rumah warisan orangtuanya besar, jadi bagian belakang rumah dipakai untuk mengerjakan pekerjaannya. Tadi dia menitipkan Vano kepada Rosi supaya dia bisa bekerja.

Sudah tiga hari dia tidak pulang ke rumahnya. Dan dia juga mematikan ponselnya. Masa bodoh dengan suaminya apakah meneleponnya atau tidak.

Aileen baru saja duduk di ruangannya sebagai asisten adik iparnya, ketika pintu di dobrak oleh Tama.

Tama menutup pintu dengan membantingnya. "Permainan apa yang sedang kau lakukan!"

Aileen dengan tenang menatap langsung bola mata suaminya. "Tidak ada." Jawabnya datar. Padahal saat ini jantungnya sedang bergemuruh. Tama paling bisa mengintimidasi orang.

"Kau menonaktifkan ponselmu. Mas tidak bisa menghubungimu sama sekali. Kau bahkan tak datang ke acara ulang tahun Naura." Bentak Tama.

Yap, ternyata hanya karena tak datang ke ulang tahun anak kesayangannya dia jadi murka. "Jadi, Mas marah-marah hanya karena aku tidak datang ke pesta ulang tahun Naura?"

"Mas juga cemas dengan kalian karena kau tak bisa dihubungi."

"Terima kasih. Tapi tidak cukup cemas untuk bergegas mendatangi kami untuk melihat apakah kami baik-baik saja."

"Apa maksudnya itu?" Ucap Tama dengan nada kesal.

"Tidak ada maksud apapun. Pikirkan saja sendiri."

"Kau yang keluar dari rumah, ingat? Mas tak pernah menyuruhmu pergi. Mas bahkan kemarin menyuruh kalian pulang."

"Sudahlah, Mas. Bahkan Mas sendiri gak ada di rumah kan selama tiga hari ini?"

Tama terdiam sebentar kemudian berkata, "Mas ada urusan penting."

"Urusan penting apa sampai menginap di rumah mantan istri." Dengus Aileen. Aileen tahu dari Dwi saat Dwi datang ke rumah Rosi dan keceplosan mengatakan Tama sedang di rumah mantan istrinya.

Tama gugup. "Mmm...Naura kurang enak badan dan ingin Mas temani."

Aileen tertawa terbahak-bahak hingga membuat Tama heran. "Mas bisa menemani Naura saat tak enak badan, tapi Mas tak punya waktu untuk sekedar melihat Vano di rumah sakit? Mas memang ayah yang luar biasa."

"Bukan begitu, Ai." Bantah Tama.

"Kalau kami tidak ada artinya bagi Mas, untuk apa kami ada di hidup Mas. Lebih baik kita bubar saja." Ucap Aileen sambil bersusah payah menahan air matanya yang akan keluar. Tak sudi dia menangis di depan pria keras kepala ini.

Tama menggebrak meja. "Kamu jangan ngomong sembarangan, Ai! Mas gak akan pernah menceraikan kamu. Camkan itu!"

Aileen berdiri dengan mata menatap nyalang suaminya. "Tapi aku tak ingin pernikahan seperti ini! Mas lebih berat ke mereka daripada kami!"

PERNIKAHAN BAYANGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang