[Bab 9 : Need Your Blood]

1.1K 145 4
                                    

Aku terdiam memandangi pemandangan yang ada di hadapan ku saat ini.

Mencoba berfikir, apa yang harus aku lakukan untuk membuat Shania kembali baik-baik saja pada ku.

Ia hanya salah faham. Aku rasa ... Ada yang mempengaruhi nya.

Karena tidak mungkin jika ia tiba-tiba berada di hadapan ku dan Daniel saat keadaan lorong sedang ramai, dan ia terlihat sangat marah pada ku.

Tapi siapa?

Tiba-tiba dering telepon membuat ku terhenyak dari lamunan ku.

Dengan malas aku merogoh saku jaket rajut ku dan membawa benda tipis yang sudah ku tekan tombol hijau nya itu menuju salah satu telinga ku.

"Halo?"

"Eve, kau dimana? Bukankah kita sudah sepakat setelah jam pulang sekolah seharusnya kau sudah berada dirumah?" Selalu saja seperti ini.

Aku selalu diperlakukan bagaikan anak di bawah umur yang dibatasi waktu bermain nya.

Sejenak aku melirik jam tangan ku.

Waktu telah menunjukkan pukul 6:56PM.

Hanya terlambat 4 jam dari waktu ku pulang sekolah. Ya, hanya 4 jam.

"Baiklah, aku pulang." Kata ku menyerah.

Tidak, lebih tepatnya aku mengalah.

Mengalah kepada Victoria, kakak ku sendiri.

Aku benar-benar sedang tidak ada mood untuk beradu argumentasi dengan nya.

Dengan segera aku menutup telepon nya dan kembali memasukkan telepon ku ke dalam saku.

Aku meraih tas ku yang berada di kanan ku dan membawa nya pergi dari rooftop sekolah dan pergi menuju halte bus.

Selama di dalam bus, aku merasa bosan.

Kegiatan yang ku lakukan? Hanya mendengarkan musik dengan earphone kesayangan ku.

Memandang pemandangan dari balik jendela sambil melamun.

Ya ... Hanya itu.

Di dalam bus pun hanya tersisa aku, supir bus, satu orang wanita yang terlihat baru saja menyelesaikan pekerjaan yang sangat melelahkan karena terlihat jelas dari raut wajah nya dan satu orang pria dengan sweater hitam nya di kursi penumpang paling belakang.

Ia menundukkan wajah nya sedari aku naik bus.

Sepertinya ia tertidur.

Dan aku tidak memperdulikannya.

Aku kembali terdiam melihat lockscreen ponsel ku.

Dimana ia memperlihatkan foto ku saat kecil dulu bersama Ibu dan Ayah saat melakukan rekreasi di salah satu pantai. 

Kami menangkap banyak kerang disana, dan tentunya sangat membuatku bahagia.

Aku tersenyum seraya jari jemari tangan ku mengusap layar ponsel ku.

Secara tiba-tiba bus yang ku naiki melaju dengan oleng.

Ia melaju ke kiri dan ke kanan dengan tidak beraturan. Aku melepas earphone yang sebelum nya melekat di kedua telinga ku dengan sangat ketakutan.

"Astaga ada apa ini?!" Teriak seorang wanita yang sebelum nya tertidur di belakang ku.

"A-aku tidak tahu." Kata ku sama-sama ketakutan.

Ponsel ku terjatuh entah kemana.

Lampu yang berada di dalam bus pun berkedip-kedip. Aku benar-benar ketakutan sekarang.

Moonlight [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang