12. Masa Sih?!

31 7 0
                                    

Sampe di depan rumah Inem, Parez memberhentikan motornya dan membuka kaca helmnya.

"Disini?"

"I-iya ka. Makasih ya," sahut Inem gelagapan sambil melepas helm.

"Sama sama. Balik dulu ya"

"Iya, hati hati ka"

The first time Inem dianter pulang sama si Terang. Dia akan langsung mencatatnya di diary booknya, jangan sampe terlewatkan karena ini sangat penting.

Parez pun mengangguk dan menurunkan kaca helmnya kembali lalu memutar balik arah motornya, kemudian pergi.

Walaupun Parez belum terlalu mengen Inem tapi setidaknya Parez masih mau ngomong meskipun agak ngirit.

Setelah Inem masuk ke dalam rumahnya, benar saja ia tidak melihat pangkal hidung abangnya.

"Ma, abang mana?"

"Ngelamar kerja"

"Buset tumben tumbenan tuh orang bener biasanya juga kaga"

"Jangan kaya gitu, itu abangmu sendiri"

"Kan biasanya dia cuma main game abis itu main bareng temen temennya"

"Kalo anak cowo biasanya luarnya gitu, tapi dalemnya dia lagi ngelakuin sesuatu"

"Alah untuk dia mah beda"

"Udah sono mandi, bau badan kamu"

Inem pun langsung meninggalkan Mamanya yang lagi di dapur sedang memasak. Saat Inem masuk kamar mandi ia mencibir.

"Pantesan anaknya begitu, lah emaknya aja begitu"

Kenapa Mamanya Inem tidak menanyakan "Siapa yang mengantarmu pulang tadi nak?." Karena Mamanya Inem lagi di dapur dan dapur mereka letaknya di belakang maka Mamanya tidak mendengar suara motor di depan rumahnya.

Tapi emang agak sedikit hmmm itu--pasti tau lah--ga boleh ngatain orangtua soalnya :v

---

Besoknya di sekolah, Inem melangkahkan kakinya ke kelas dan baru saja memasuki kelas Iyel sudah menatapnya sambil tersenyum mistis.

"EKHEM EKHEM"

Inem menyampirkan tasnya dan duduk bersender di kursi menghiraukan Iyel yang pura pura batuk.

"Bisa kali cerita"

Iyel membuka suara lagi karena ucapan pertamanya tadi dianggap angin lewat.

Inem menghembuskan napas pelan lalu dia mengahadap temannya itu. Dia juga seharusnya berterima kasih karena Iyel lah dia dapat pulang dan juga sedikit lebih dekat dengan si Terang.

Iyel sudah memangku tangannya di kedua pipinya dengan senyum anehnya itu.

"Dianterin sampe rumah dengan selamat sentosa. Trus dia pulang. Selese"

Untung keadaan di kelas sepi cuma ada dua anak cewe dan satu cowo. Belum termasuk Iyel dan Inem.

"Serius? Ga ada adegan kaya pas ada polisi tidur langsung peluk atau dia ngebut biar lu peluk dia, kek gitu?"

"Kaga lah. Lu kata hidup gue dramatis kaya di ftv apa, yeuuu"

"Ah ga seru. Replay replay"

"Goblok. Lu kata gue mainan bisa di replay"

"Manusia juga bisa kok. Kaya lu suka lagi sama orang yang sama trus balikan sama mantan. Itu kan replay juga"

"Bodo anying"

LIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang