16. Tetangga

19 6 0
                                    

Percayalah bahwa kita harus percaya :)

---

Empet POV

Suasana kelas tidak terlalu rame karena laper yang melanda jadi lagi pada makan. Gue lagi asik asiknya makan donat hasil dari comotan bekel Iyel. Merasakan sensasi rasa dari donat itu. Rasanya enak sekali! Apalagi gratis!.

Sedang mengunyah dan mengelap sudut bibir yang terkena donat, tiba tiba ada suara yang mengintrupsi kami semua.

"Permisi.... ada yang namanya Hiera Karmila?"

Sontak semua penghuni di kelas yang mendengarnya menoleh ke sumber suara, termasuk gue. Terpampang cowo berkulit putih, mata agak sipit, hitung mancung, bibir merah yang seksi, dan rambut hitam legamnya seperti iklan duta sampo. Walaupun hanya kepalanya yang menyembul di pintu.

Oh dia.

Lalu setelah melihat cogan itu, kini semua mata terarah ke gue semua. Mereka menatap gue bingung. Gue yang merasa namanya dipanggil, berdiri dan menghampiri cowo itu. Sekalian menghindar dari tatapan mereka yang risih juga. Gue yakin abis ini banyak yang menanyakan siapa sosok cogan itu. Pasti!

"Ini kunci rumah kamu. Mama kamu tadi nitip ke aku," ucapnya memberikan kunci rumah gue.

"Makasih ka," kata gue yang baru aja mau melangkah tapi terhentikan.

"Tunggu, Hm.... nanti pulangnya bareng aku, kamu dititipin ke aku"

"Oh yaudah"

"Nanti ke kelas aku aja kalo kamu udah keluar"

"Iya"

"Yaudah aku balik. Belajar yang bener, jangan main mulu"

"Iya elah"

Huft... sungguh bawel memang dia. Untung ganteng coba kaga, ga gue apa apain.

Mamah sama papah selalu begitu, kalo pergi tanpa pamit. Udah gitu nitipin anaknya ke tetangga mulu. Kan kasian mereka kerepotan. Walaupun mamah papah udah temenan sama mereka dari kecil tapi kan masih ga enak ya. Berasa ga punya orangtua :(

Yah... bukannya gue ga suka sama tetangga gue tapi tetep aja gitu risih. Lagian kan yang temenan dari kecil mamah papah bukan gue sama adek gue.

Udah gitu nih ya tetangga gue itu punya anak tiga tapi laki semua. Mamah sih ga nitipin gue dirumahnya, tapi kalo makan pasti bareng. Gue sama adek gue disuruh kerumahnya dan itu sangat canggung gais. Gue akui mereka sangatlah baik, termasuk anak anaknya.

Puja kerang ajaib! Wajah anak anak mereka tampan semua. Setiap gue kerumah mereka rasanya mau mimisan trus meper di dada mereka. Trus bilang "dede ga kuat maz."

Diantara mereka bertiga yang paling deket sama gue yang anak kedua. Dia Sain Melven. Umur dia selisih satu tahun sama gue. Dia kakel gue, dia sekolahnya sama kaya gue.

Gue masuk ke kelas lalu duduk di tempat gue tadi. Tatapan para manusia dari tadi ga lepas ke gue. Demen amat emang ya bocah ngeliatin gue. Gue natap ke arah Iyel, yang ditatap naikin alisnya keatas. Tau nih gue pasti minta penjelasan siapa cogan yang tadi datengin gue. Huh! Dasar kepoan!.

"Ck! Gausa pelototin gue. Kalo mau nanya ngomong aja tahiq"

"Tadi siapa?," tanya Qorry duluan. Nah kan bener dugaan gue!.

"Kakel kita"

"Bukan itu be--

"Maksudnya, dia siapa lu?," sela Pale ke Iyel. Gini lah resiko punya temen kepo pasti di sidang mulu kalo deket sama orang, apalagi cogan.

LIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang