06

7.2K 767 5
                                        

Suara deru laju mesin mobil menjadi pendamping perjalanan malam ku kali ini. Untuk pertama kalinya aku naik mobil sedan keluaran sebuah brand ternama negeri ini. Dan aku yakin ini bukanlah sembarang mobil, hanya orang dengan pendapatan teratas saja yang bisa memilikinya.

Suasana malam kota cukup sepi sekarang. Hanya ada beberapa mobil yang melaju dan bus terakhir yang mengangkut beberapa penumpangnya yang sudah terlihat lelah dari aktifitas mereka seharian.

Tepat disebelahku seorang pria dengan kemeja yang 3 kancing teratasnya sengaja ia buka dan lengan bajunya yang ia gulung sampai siku sedang fokus membawa laju mobil yang kami tumpangi menyusuri jalanan ibu kota.

Tak ada obrolan berarti diantara kami, karena aku tidak tahu siapa dia.

.
.
.
.

Sebelumnya.

Malam ini jalanan seperti biasa, tidak ramai namun tidak juga sepi. Bisa terlihat dari beberapa pelanggan yang sedari tadi keluar masuk toko. Bahkan di meja luar ada beberapa pelanggan yang sedang asik menyantap makanan ringan sambil berbincang dengan lawan bicara mereka.

Begitu juga dengan kami bertiga. Aku berjaga di meja kasir, Mark yang sibuk mondar-mandir membawa nampan berisi makanan atau minuman, sedangkan Pak Doyoung tengah asik berkutat dengan berbagai peralatan dapur, bumbu, dan minuman tentunya. Salah satu daya tertarik dari sajian disini adalah santapan buatan Pak Doyoung, tidak jarang banyak pembeli yang 'kecewa' jika bukan beliau yang membuat langsung makanannya.

Sejak perkenalan tidak langsung antara aku dan Taeyong, kini dirinya lebih sering mengunjungi toko. Bukan hanya untuk sekedar makan atau menikmati kopi hangat. Terkadang aku menjadi pendengar setianya akan kesibukannya sebagai seorang trainee.

Aku akui, jika aku adalah seorang pemilik agensi hiburan akan aku loloskan langsung dia dan ku debutkan secepat mungkin. Bagaimana tidak, tidak semua orang memiliki wajah sesempurna dirinya. Rahangnya tegas, hidung mancung, mata yang tidak terlalu besar namun tidak juga kecil, dan setelah aku perhatikan ada sebuah bekas luka dibagian bawah mata kanannya yang menjadi daya tarik sendiri dari seorang Lee Taeyong.

Mark pernah bilang padaku, jika dirinya pernah melihat Taeyong pagi-pagi sekali datang ke kantor agensinya hanya untuk berlatih. Bahkan lebih pagi dari pegawai disana. Dan tidak jarang juga ia baru keluar dari kantor agensinya lebih larut dari waktu toko kami tutup. Bisa aku simpulkan bahwa dia adalah seorang pekerja keras.

Tapi wajah dan badannya agak sedikit tidak sinkron. Dengan wajah yang begitu sempurna, aku rasa berat badannya dibawah rata-rata pria kebanyakan. Badannya sedikit kurus, bahkan aku bisa dengan jelas melihat tulang dipergelangan tangannya. Belum lagi urat-urat tangannya yang mencuat dari permukaan kulitnya menandakan bahwa ia terlalu banyak mengeluarkan energinya untuk berlatih namun lupa untuk mengisi tenaganya.

"Kau sudah selesai berlatih?"

Taeyong yang sedikit telihat lebih pucat dari biasanya hanya mengguratkan sedikit senyum untuk membalas pertanyaanku.

"Wajahmu pucat, biar aku buatkan teh hangat."

Bruk.

"TAEYONG!"

Belum ada 5 langkah aku beranjak dari tempat duduk, Taeyong sudah terjatuh ditanah. Badannya lemas sekali, wajahnya bahkan jauh lebih pucat dari ia datang tadi. Suhu badannya pun lebih tinggi.

"MARK! MARK LEE!"

Aku tidak mungkin meninggalkan Taeyong yang tidak sadarkan diri sendirian di luar toko. Mau tidak mau aku harus berteriak memanggil Mark untuk mendapatkan pertolongan.

Lost | Jung Jaehyun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang