Chapter 6

93 29 6
                                    

Jika senyumku bagaikan candu untukmu, maka senyummu bagaikan warna dihidupku.

-Nathan Alexander.

***

Nathan'POV

Entah kenapa hari ini gue ngerasa dapet semangat baru lagi setelah gue kenal Sindi. Dan gue akan mencoba ngelupain dan buang jauh-jauh kenanganku bersama Dania.

"Oi bang!" Teriak Nitha di telingaku. Nitha itu adik gue dan satu-satunya keluarga yang masih peduli denganku, tidak seperti kedua orang tuaku yang selalu sibuk dengan pekerjaannya dan tidak pernah ada waktu untukku dan Nitha.

"Budek lama-lama telinga gue kalo tiap pagi diteriakin mulu!" Cibir gue.

"Salah siapa tiap pagi ngalamun mulu, masih mikirin Kak Dania ya?" Tanya Nitha.

"Gak! ngapain mikirin orang kayak Dania."

"Udah ngaku aja." Goda Nitha.

"Atau jangan-jangan udah ada pengganti kak Dania ya? siapa bang cerita dong!" Tambah Nitha.

"Gak tahu juga, masih bingung sama yang gue rasain." Jawab Nathan.

"Gini bang! kalau semisal masih ada rasa sayang sama kak Dania, udah mending fokus move on dulu dan jangan cari cewek lain yang ujung-ujungnya bakal abang sakitin nantinya." SaranNitha.

"Udah deh Nitha mau berangkat dulu, gara-gara abang Nitha pagi-pagi jadi bucin!" Cibir Nitha berjalan keluar dari mansion, dan membuat Nathan memikirkan dan mencerna perkataan adiknya itu.

"Ah bodo, pusing gue." Ucap Nathan.

~~~

Author'POV

Setelah Nathan memakai sepatunya dan dirasa sudah siap untuk ke sekolah, Nathan langsung berangkat dengan mobil sportnya.

Citt.

Decitan ban mobil Nathan terdengar nyaring di seluruh penjuru sekolah.

"Hei! Nathan." Sapa Cika yang tidak digubris Nathan.

"NATHAN!" Teriak Dhani.

"Kenapa?" Jawab Nathan.

"Kalau Dhani aja dijawab, hih nyebelin!" Cibir Cika langsung pergi dari hadapan Nathan dan Dhani.

"Eh nat, lihat adek gue nggak?" Tanya Dhani.

"Mana gue tahu? orang gue juga habis nyampe." Jawab Nathan mengedikan bahunya.

"Aduh dimana itu an--" Kata Dhani khawatir.

"Morning babang emez!" Heboh Vido dan Haikal barengan.

"Jijik!" Pekik Dhani.

"Najis" Pekik Nathan.

Mereka berempat langsung masuk ke sekolah, dan seperti biasa mendapatkan banyak pujian dari para kaum hawa.

"Gemez liatnya."

"Ganteng banget."

"Aduh bisa meleleh gue lama² liat mereka."

"Gak usah dilihatin, gue colok mata kalian!" Kata Cika tiba-tiba.

"Ih! apaan coba, orang dia juga bukan siapa² lo." Kata salah satu perempuan.

"Ngelunjak ya lo!" Kata Cika dan melayangkan tangannya didepan perempuan tadi.

Hap

Tangan Cika berhasil ditangkap oleh seseorang.

"Udah gue bilang! jangan suka semena mena sama orang lain!" Kata Sindi dengan nada datarnya.

"Gak usah ikut campur ya lo!" Bentak Cika.

"Gimana gak ikut campur kalau temen gue mau Lo tampar!" Jawab Sindi.

"Yaudah sini Lo aja yang gue tampar!" Kata Cika dan langsung melayangkan tangannya ke wajah Sindi.

Hap.

Lagi-lagi ada seseorang yang menahan tangan Cika.

"NATHAN!" Pekik Cika.

"Kalau Lo berani nampar dia,liat aja apa yang bakalan gue lakuin ke lo!" Kata Nathan mengancam.

"Apaan sih lo belain dia?!"

"Dia itu gak ada apa-apanya dibandingin sama gue nat!" Tambah Cika dan membuat Nathan mengepalkan tangannya.

"Iya emang Sindi gak ada apa-apanya dibandingin sama lo! tapi satu hal yang harus lo tau! Sindi itu lebih sempurna dibandingin sama lo!" Kata Nathan menekankan kata sempurna.

"Sempurna apanya?! cewek miskin aja lo bilang sempurna!buka mata lo nat! lihat betapa menjijikannya dia!" Balas Cika.

"Jika Sindi menjijikan? terus bagaimana dengan cewek yang memakai rok ketat diatasi lutut, tiga kancing bajunya sengaja dibuka, dan selalu menyombongkan dirinya sendiri? hah!" Kata Flower membuat Vido dan Haikal terbahak-bahak.

"Kurang ajar! lihat aja apa yang bakalan gue lakuin ke kalian berdua!" Ancam Cika.

"Kalau lo berani nyakitin adek gue! lihat aja dihari esok apa yang bakal gue lakuin ke lo bahkan seluruh keluarga lo yang akan menanggung akibatnya!" Kata Dhani mengancam balik, dan membuat Cika menelan salivanya dengan susah payah.

"Inget perkataan gue dan Nathan!" Kata Dhani berseringai licik dan langsung pergi dari hadapan Cika, disusul ketiga temannya.

"Rasain!" Pekik Sindi tertawa sinis.

"HAHAHA!" Tawa seluruh kaum hawa meledak setelah melihat kejadian itu.

"DIAM KALIAN!" Bentak Cika.

~~~

Sedikit dulu ya readers,author lagi mager^^
Mager ngetik hehe:v
Klik 👇👇

SINNATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang