Chapter 14

60 18 12
                                    

Takdir mempertemukan segalanya, termasuk kamu, aku, dan dia.

-Nathan Alexander.

***

Sindi'POV

Tak pernah terbayang di pikiranku jika harus melihat adegan menyakitkan itu.

"Hiks..kenapa Nathan..." Lirihku sambil menahan rasa sesak di dada.

Sekarang yang bisa aku lakuin adalah, hanya duduk di sebuah cafe kecil yang menurutku sangat pas untuk melampiaskan amarahku

<Flashback on>

Setelah Nathan mengantarkanku sampai rumah, ternyata dia belum juga pulang dan malah masih asik ngobrol sama Flower.

Karena aku tidak begitu tertarik dengan obrolan mereka, akhirnya aku memutuskan untuk beranjak menuju kamarku.

Tapi saat aku hendak masuk ke kamar, langkahku terhenti karena ada yang mencekal tanganku.

"Nathan, kenapa?" Kataku saat menyadari orang yang menahan tanganku.

"Mau kemana?" Bukannya menjawab Nathan malah bertanya.

"Mandi." Jawabku.

"Yaudah ayo." Ucap Nathan menarik tanganku menuju kamar mandi.

"Mau kemana?" Tanyaku polos.

"Katanya mau mandi?"

"Hah?"

"Mandi bareng Sindi."

"APA?!"

"Hahahaha" Tiba-tiba Nathan tertawa.

"Lah lo ngapa malah tertawa gitu?"

"Itu mata gak usah melotot-melotot juga kali, gue cuma bercanda Sindi." Ucap Nathan sambil menunjuk muka ku.

"Apaan sih ah." Kataku dan berjalan menuju kamar mandi, tapi langkahku lagi-lagi terhenti kerena....

"Sindi..." Panggil Nathan.

"Apa lagi?!"

"Aneh lo!" Ucap ku saat Nathan hanya diam.

"I love you." Ucap Nathan tiba-tiba.

Deg.

"Hah?" Tanyaku dengan polosnya.

"I love you." Ulang Nathan.

"Gak usah bercanda Nathan."

"Gue serius Sindi."

"Apaan sih lo, aneh deh."

"Di tolak ni?" Tanya Nathan.

"Ee..gw..gw it--"

"Kalau gak siap jawab sekarang gak papa, gue bakal nunggu." Lirih Nathan dan berjalan keluar kamar.

"Nathan."

"I love you too" Jawabku dan langsung lari masuk kamar mandi.

<Flashback off>

Tak terasa air mataku menetes begitu saja. kenapa hidupku selalu seperti ini, disaat sejenak merasakan kebahagiaan diwaktu yang sama pula aku merasakan sakit yang luar biasa.

"Harusnya waktu itu gue tolak aja." Gumam ku.

"Sindi?" panggil seseorang tiba-tiba.

"Devan." Ucapku.

"Kok sendirian Sin? Nathan mana?" Tanya Devan.

Devan emang udah tahu segalanya, karena aku selalu berbagi cerita dengannya dan udah menganggapnya seperti kakakku sendiri.

"Hei! kok ngalamun sih." Kata Devan membuyarkan lamunanku.

"Eh.. kenapa van?"

"Ada masalah ya? coba sini cerita."

"Gak kok, gak ada yang perlu diceritain." Ucapku dengan senyuman palsu.

"Gak usah fake smile gitu, kalau ada masalah berbagi dong Sin jangan dirasain sendiri, oke?"

"Tadi aku ketemu Nathan di taman."

"Lah terus?"

"Tapi dia gak sendiri."

"Maksud lo?"

"Dia pelukan sama mantannya, Dania." Ucapku membuat Devan terkejut.

"Salah lihat kali lo."

"Gue gak salah lihat Devan, dia juga udah jelasin."

"Ya ampun Sindi, baru juga tadi pagi jadian, udah ada masalah aja."

"Udahlah, gue nyesel terima dia."

"Mau gue anter pulang aja?" Tawar Devan.

"Iya."

"Yaudah ayo, jangan sedih-sedih, semua masalah ada solusinya."

"Makasih van." Jawabku dan kita jalan beriringan menuju parkiran.

~~~

Vote^^
komentarnya📌

SINNATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang