Chapter 11

78 20 2
                                    

Disetiap pertemuan akan ada perpisahan, dan disetiap kesedihan akan ada kebahagian.

-Sindi Francesca.

***

Author'POV

Seorang perempuan dengan santainya jalan menuju minimarket dan masih memakai pakaian tidurnya.

"Sejuknya jalan-jalan pagi." Gumam perempuan itu.

"Andaikan waktu bisa diputar kembali, pasti sekarang aku bisa santai kayak gini, dan gak perlu kerja keras." Gumam perempuan itu lagi tersenyum miris.

"Tapi kayaknya juga gak mungkin, haha miris banget hidup gue."

Setelah perempuan itu membeli semua bahan-bahan yang ia butuhkan, ia langsung jalan menuju rumahnya.

"Sindi!" Kata seseorang memegang pergelangan tangannya.

"Eh Nathan."

"Lo mau kemana?" Tanya Nathan.

"Em ini mau pulang." Jawab Sindi.

"Gw anter?" Tawar Nathan.

"Gak usah nat, deket kok rumah gue." Kata Sindi.

"Tidak terima penolakan." Ucap Nathan dan Sindi akhirnya mengalah.

"Lo suka banget ya maksa-maksa orang?" Kata Sindi saat sudah naik dimotor Nathan.

"Cuma sama lo." Jawab Nathan santai dan berhasil membuat jantung Sindi berdetak dua kali lipat.

"Kenapa? kok diem Sin?"

"Eh..eh gapapa." Jawab Sindi gugup.

"Kok gugup sih? bercanda tadi gw." Ucap Nathan, dan entah kenapa Sindi merasa kecewa.

'Mikir Sin mikir! mana mungkin Nathan suka sama lo! secara lo itu gak selevel sama dia!' Batin Sindi.

"Kalau gue beneran gimana?" Ucap Nathan saat sudah membaca apa yang dipikirkan Sindi.

Oh iya, Nathan itu punya kelebihan yang bisa baca pikiran orang lain, dan yang tahu kelebihan Nathan cuma Dhani, Vido, Haikal, Nitha.

"E..em..em ya gapapa, emangnya kenapa?" Jawab Sindi yang lagi-lagi gugup.

'Ya ampun Sindi kenapa jadi gugup gini! mana Sindi yang dingin.' Batin Sindi membuat Nathan tersenyum.

"Udah jangan dingin-dingin, gue suka lo yang gini, hangat."

Blush.

Pipi Sindi rasanya panas dan memerah seperti kepiting rebus.

"Udah ah diem!" Pekik Sindi.

"Kenapa? gue suka kalau pipi lo merah gitu." Ucap Nathan dengan polosnya.

"Itu rumah gue yang catnya warna putih." Kata Sindi menunjuk rumahnya dan sekalian mengalihkan pembicaraan.

"Iya gue tau."

"Lo buntutin gue ya?" Tanya Sindi saat sudah turun dari motor Nathan.

"Kalau iya kenapa?" Ucap Nathan.

"His nyebe--"

"Sindi! Parah lo pagi-pagi udah ninggalin gue aja, gue khawatir sama lo, gue kira lo diculik." Crocos Flower saat menemukan Sindi didepan rumah.

"Kalau Sindi diculik, ngapain penculiknya gak culik lo sekalian?" Sinis Nathan.

"Ya kali aja penculiknya lebih suka sama Sindi dari pada gue." Kata Flower.

SINNATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang