Chapter 16

57 12 0
                                    

Ada saatnya dimana waktu mengajakku untuk mengakhiri segalanya.

-Nathan Alexander.

***

Author'POV

Pria dengan mata birunya sedang berdiri dibalkon dengan berbagai pikiran yang berkecamuk di kepalanya.

"Nathan..." Panggil seorang perempuan.

"Apa tidak sebaiknya kamu kembali ke New York?" Tambah perempuan itu yang sudah berdiri di kanan Nathan.

"Apakah jika aku kembali tanpa apa-apa dia mau menerimaku kembali?" Jawab Nathan.

"Dia mencintaimu Nathan..." Ucap perempuan itu menatap sendu Nathan.

"Aku tahu itu Dania." Jawab Nathan.

Perempuan itu adalah Dania,mantan kekasih Nathan.

"Lalu? tunggu apa lagi?!" Tanya Dania dengan nada kesal.

"Apakah kamu lupa dengan penyakitku ini Dania?" Ucap Nathan.

"Kembalilah ke New York, maka aku akan mencarikan pengobatan terbaik untukmu." Jelas Dania.

"Tidak Dania, aku bisa mengobati penyakit ku sendiri." Tolak Nathan.

"Lagian penyakitku ini hanya penyakit biasa, dan hanya perlu kontrol setiap seminggu sekali." Tambah Nathan.

"Jangan meremehkan penyakit Nathan!"  Jengkel Dania.

"Sudahlah Dania, aku kemari hanya ingin membantumu lari dari perjodohan itu da--"

"Tapi perjodohan bodoh itu sudah berhasil kamu batalin Nathan! Sekarang kembalilah ke New York!" Potong Dania dan Nathan langsung menatapnya dengan tajam.

"Yasudah terserahmu saja.." Kata Dania sebelum melangkah keluar.

"Aku kemari masih memiliki satu tujuan Dania." Ucap Nathan langsung membuat langkah Dania terhenti.

"Menggantikan posisi ayahmu sebagai CEO?" Jawab Dania.

"Ya!"

"Tapi dengan menjadi CEO, kamu akan menghabiskan waktu berbulan-bulan di Italia Nathan!" Jelas Dania.

"Apakah kamu sama sekali tidak memikirkan perasaan perempuan yang masih setia menunggumu di New York? Dan bahkan kamu meninggalkannya setelah berpelukan denganku? jadi pikirkan baik-baik Nathan, kesempatan hanya datang satu kali!" Ucap Dania tersenyum kecut.

"Dan ingat satu hal, kamu sudah menghancurkan hatinya, Nathan!" Setelah mengeluarkan kalimat-kalimat yang mampu menusuk hati Nathan, Dania langsung melenggang keluar.

Kalimat yang keluar dari mulut Dania itu sungguh manyakitkan untuk Nathan, dan lagi-lagi Nathan tenggelam dalam pikirannya.

<Flashback On>

Pria paruh baya itu sudah yakin dengan keputusannya sendiri, bahkan dia sangat-sangat yakin.

"Jadi bagaimana Nathan? apakah kamu bersedia menggantikan ayahmu ini?" Tanya pria paruh baya itu -ayah Nathan.

"Tapi Nathan masih sekolah." Jawab Nathan.

"Itu bisa di urus, sekarang tinggal kamu jawab ya atau tidak."

"Akan Nathan pikir-pikirkan dulu."

"Jangan terlalu lama, dan ayah harap kamu bersedia, karena ini demi masa depan kamu."

SINNATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang