Tidak semua orang tertawa karena bahagia, terkadang mereka tertawa hanya untuk menutupi luka.
-Sindi Francesca.
***
Author'POV
Wanita paruh baya dengan tatapan kosongnya tengah terduduk di bangku taman yang cukup luas itu, seutas kenangan yang cukup indah dan bahagia masih terbayang-bayang di kepalanya.
"Jika saja saat itu tidak terjadi, pasti aku akan sangat menyayangimu hingga kini."
"...tapi rasanya waktu berputar sangat cepat hingga tiba saatnya aku sangat membencimu."
Sedikit demi sedikit kedua pipinya mulai dibasahi oleh air yang keluar dari kedua mata indahnya. Matanya memang indah tapi tidak dengan hatinya.
Dengan kasar, ia tepis air matanya. Hanya satu yang terselip di pikirannya saat ini, dendam.
~~~
Setelah menghabiskan waktu bersama tadi malam, kini mereka semua sedang bersiap-siap untuk berangkat ke bandara.
"Udah siap semua?" Tanya Sindi.
"Iya eh tapi kurang Nitha." Jawab Flower.
"Kemana Nitha?" Tanya Alyssa.
"Gak tau juga tan, tadi kat-- itu dia!" Ucap Hilda.
"Pada nungguin gue ya?" Kata Nitha.
"Apaan si cebong, lama lo!" Sahut Vido.
"Em yaudah dad-mom kita berangkat dulu." Pamit Nathan.
"Hati-hati, harus saling menjaga satu sama lain oke?" Kata Alyssa.
"Terutama Nathan, jagain Sindi yang bener." Sahut Alexander.
"SIAP OM-TAN!" Ucap mereka serempak dan mobil mulai melaju menuju bandara.
Mereka semua sampai di bandara tepat pukul 08.35 dan tanpa menunggu aba-aba mereka langsung turun dari mobil dan masuk ke jet pribadi Denis yang sangat mewah itu.
"Denis! ini bener punya lo sendiri?" Tanya Flower heran dan Denis hanya mengangguk.
Mereka semua duduk di ruangan yang sangat besar dan terdapat banyak sofa dengan meja kecil di tengahnya.
"Kalian kalau mau istirahat tinggal masuk ke ruangan depan aja, di sana ada beberapa kamar yang udah aku siapin " Ucap Denis.
"Siap bos!" Jawab Dimas.
Mereka semua tertidur pulas di kamar masing-masing, karena dari New York menuju London membutuhkan waktu 6 sampai 7 jam.
Tanpa mereka sadari, waktu berlalu begitu cepat hingga mereka sudah tiba di tempat tujuan. Mobil mewah sudah terparkir berjejeran di hadapan mereka.
"Yuk!" Ucap Denis.
"Tunggu-tunggu, tapi ini mau kemana?" tanya Flower seperti orang bodoh.
"Aduh Flower! Ya jelas gue gak tahu, hehe." Hilda langsung mendapat jitakan dari Flower.
"Udah gue sewain hotel kali." Denis menengahi.
"Udah yuk buruan." kata Nathan.
Lagi-lagi Flower mengernyit, "Hah? Kemana Nat?" Nathan hanya menatapnya malas dan melanjutkan langkahnya menuju mobil.
"Woy! Jahat banget gue di tinggalin." rengek Flower.
Terlihat Denis sedang berbicara dengan beberapa orang berpakaian serba hitam, dan setelah orang berpakaian serba hitam itu membungkukkan sedikit tubuhnya, Denis berbalik menatap mereka semua.
"Yuk." ajak Denis, dan mereka semua segera mengendarai mobil masing-masing sesuai instruksi Denis.
Sesampainya di hotel, Sindi langsung merebahkan tubuhnya di ranjang king size tersebut seraya bergumam, "Ah akhirnya bisa rebahan."
"Ck! Main rebahan aja lo! Bantuin gue kek." kata Flower yang mendengar gumaman Sindi. Sindi memutar bola matanya dan berkata, "Aduh santai dulu kenapa sih, capek tau." Flower hanya berdecak.
Flower kembali melirik ke arah Sindi, "Cih cepet amat tidurnya."
Tak lama setelahnya ketukan pintu terdengar sangat keras, dengan gerakan malas dan segala umpatan, Flower berdiri menuju pintu.
"Apaan sih gang--eh Nathan, cari Sindi ya? Itu Sindinya tidur." ralat Flower saat melihat siapa yang bertamu di kamarnya.
"Hm..gue ganggu ya?" tanya Nathan.
"Eh i..iya enggak sih hehe."
"Oh ya udah." kata Nathan dan langsung melenggang pergi.
~~~
Nathan'POV
Setelah dirasa semua sudah selesai dan tertata rapi, terlintas pikiran untuk membelikan Sindi pakaian yang cocok untuk musim dingin di London hari ini. Tadinya sih mau ajak Sindi tapi itu anak udah keburu tidur.
Yap! Timing kita tidak pas untuk berlibur ke London. Tapi apa boleh buat? Udah sampai juga kan.
"Woy Nat! Mau kemana lo?" tanya Dhani yang melihat gue berjalan ke arah pintu keluar.
"Keluar bentar cari angin." jawab gue asal.
Vido melototkan matanya dan berkata, "Wah ada orang gila guys." gue mengernyit tidak mengerti dengan ucapan Vido.
"Kita masukin sekalian yuk ke kolam renang biar mampus itu anak." sahut Haikal.
"Apaan sih kalian, gue cuma mau keluar bego." jawab gue.
Dhani berdecak, "Lo pikir di London musim kemarau huh?!"
"Yang bener dong baju lo kalau mau keluar, bisa sakit lo bego!" tambah Vido. Gue melihat pakaian gue, dan yap! Gue bego banget mau keluar dengan baju oblong dan celana pendek.
"Cielah tinggal bilang ribet bener lo semua."
"Kita kan sayang babang Nathan, makannya kita peduli." ucap Haikal dengan puppy eyes nya. Jijik.
"Uluh-uluh Nathan unyu." tambah Vido.
"JIJIK WOY!!!" teriak Dhani terlihat kesal.
Kenapa jadi Dhani yang kesal sendiri, tapi bagus deh ada yang mewakili. Batin gue.
Gue sudah siap dengan pakaian yang serba tebal, "Oke gue keluar." pamit gue.
"Eh Nat tunggu!" panggil Vido, gue berbalik. "Apa?"
"Ini gue nitip id line gue.." gue mengernyit, bukan cuma gue, Dhani dan Haikal langsung menatap ke arah Vido.
"Ntar lo bagiin ke bule-bule cantik yang lo temuin di jalan hehe." lanjut Vido yang langsung mendapat jitakan dari Dhani dan Haikal.
"Oke! Tapi siap-siap aja kehilangan adek gue." jawab gue dan langsung berjalan keluar, belum jauh melangkah gue mendengar segala umpatan dari Vido yang membuat gue tersenyum puas.
Gue berjalan santai sambil menghirup udara dingin di London yang membuat gue merinding. Tiba-tiba mata gue menangkap sebuah toko, yang lebih tepatnya toko pakaian wanita.
Gue memasuki toko dan langsung mendapat senyuman ramah dari penjual. Saat gue sedang memilih-milih pakaian tiba-tiba ada seorang gadis muda mendekat ke arah gue.
"Nathan?!
Gue mengernyit, merasa tidak asing dengan gadis dihadapanku ini.
"Emily?"
~~~
Bantu vote ya guys🙋
KAMU SEDANG MEMBACA
SINNATH
Teen Fiction^^SLOW UPDATE^^ \\Follow dulu sebelum membaca// Menceritakan seorang gadis dengan berbagai hidupnya yang serba mengejutkan dan berliku liku. Tapi apakah dia bisa melewati semua rintangan hidupnya dengan kesendirian atau justru sebaliknya? Lebih ban...