(COMPLETED)
Siapa sangka hubungan yang dirajut selama setahun akhirnya kandas begitu saja, belum lagi masalah-masalah lain yang terus datang menghampiri Akela Senarita secara bertubi-tubi berhasil menghancurkan tembok pertahanan yang gadis itu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jangan lupa putar video di atas ya, semoga kamu ikut terbawa suasana :)
-DISTRUTTO 16-
Sejak dari parkiran, Akela berlari tanpa tentu arah, dirinya terlalu takut untuk menoleh, mengingat masih banyak murid yang tadi ikut menonton masih berkeliaran. Saat berbelok, gadis itu menabrak Nakula. Melihat adiknya, dahi Nakula mengerut.
"Lo kenapa? Bukannya gue suruh tunggu di depan?"
Melihat Nakula, mata Akela mulai memerah."Kula."
"Kenapa?"
Akela memeluk abangnya erat, tangan kanannya masih menggenggam erat foto mamanya. Di satu sisi ia tidak percaya tapi di satu sisi lagi bukti sudah berada di tangannya.
"Kita ke Restoran Mama, ya?"
Badan Nakula menegang. "Nanti aja, gue lagi capek."
Akela menggeleng keras, butiran air perlahan jatuh di pipinya. "Gue mau sekarang!"
Gigi Nakula bergemelatuk, ia tau kalau menolak permintaan Akela sama aja bohong, gadis itu tetap akan pergi ada atau tanpa dirinya. Helaan napas keluar dari mulut Nakula, ia menarik tangan Akela. Nakula tau ada sesuatu yang terjadi sehingga adiknya bertingkah seperti ini.
Sepanjang jalan Akela tetap menangis, gadis itu baru berhenti mengeluarkan air mata saat restoran milik mamanya terlihat di ujung jalan.
Nakula tau, kesalahan terbesar adalah membawa adiknya ke sini tapi gadis itu cepat atau lambat pasti akan mengetahuinya.
Keduanya menunggu di kantor tempat Mamanya bekerja, salahsatu karyawan mengatakan Mama Akela itu sedang keluar dan baru akan kembali sebentar lagi.
Pintu ruangan terbuka, Mamanya datang diikuti seorang pria yang wajahnya persis seperti laki-laki yang berada di dalam foto yang Kei berikan. Keduanya tampak mesra, Mama Akela memeluk lengan pria itu tanpa tau bahwa kedua anak kandungnya sedang melihat.
"Akela?" rasa terkejut sangat kentara di wajah Mama mereka.
Suara tamparan menggema di ruangan milik Ana, wanita itu tidak habis pikir dengan mulut anak perempuannya yang begitu lancang mengatakan hal seperti itu.
"Mama!" Nakula tidak terima adiknya diperlakukan begitu.
"Bawa adikmu keluar, Nakula!" desis Ana geram.
Akela menunduk, kemudian tertawa dengan suara sumbang. "Akela selalu mengerti kalau Mama sibuk sampai Akela kekurangan kasih sayang tapi jangan kayak gini, Ma! Akela gak mau keluarga kita hancur, Akela enggak akan ngambek lagi kalau Mama sibuk. Tapi Mama lepasin Oom ini, jangan jadi perusak, Ma!"