(COMPLETED)
Siapa sangka hubungan yang dirajut selama setahun akhirnya kandas begitu saja, belum lagi masalah-masalah lain yang terus datang menghampiri Akela Senarita secara bertubi-tubi berhasil menghancurkan tembok pertahanan yang gadis itu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Halo, untuk awalan part 22 masih sama seperti yang lama. Yang berbeda itu akhiran part 22 yang bukan menjadi ending cerita ini.
Jadi selamat membaca buat kamu :)
-DISTRUTTO 22-
"Bi Ijah!" teriakan Akela terdengar nyaring hingga seisi rumah tersalurkan, gadis itu terasa ingin menangis mengingat jarum panjang sudah mengarah pada angka sembilan sedangkan yang pendek mengarah pada angka sepuluh. Waktunya tinggal sepuluh menit sebelum Rega datang menjemput, belum lagi baju dan segalanya belum ia persiapkan.
Wajah Akela terlihat dua kali lebih jelek karena kantung mata yang terlihat membesar dan mata yang membengkak lantaran ia menangis semalaman, semalam setelah memastikan kedua sahabatnya pulang, Akela kembali bertemu Nakula dan menanyakan perihal pernikahan Mamanya dan lagi-lagi ia kecewa karena Nakula menyembunyikannya. Gadis itu membenci dirinya yang tidak bisa mendapatkan informasi mengenai keluarganya sendiri.
Langkah Akela terhenti saat melihat Rega yang berbaring di ruang santai, cowok itu terlihat dua kali lebih tampan karena memakai hoodie kebanggaannya.
"Kela?" panggil Rega buru-buru bangun dari sofa tempat ia tadi berbaring.
Rona merah menjalar sampai ke telinga gadis itu, niatnya tadi untuk mencari bi Ijah dan menanyakan perihal tidak membangunkannya pagi ini malah bertemu Rega yang ia tidak sangka sudah datang ke rumahnya.
"Kamu cari bi Ijah?" tanya Rega teringat teriakan Akela tadi.
Reflek, Akela mengangguk.
Rega berjalan mendekati Akela, membelai rambut gadis di hadapannya lembut. "Bibi hari ini enggak masuk."
Akela memiringkan wajah bingung. "Terus? Kok bisa masuk?"
Tangan Rega bergerak membelai mata Akela, Nakula sudah menceritakan perihal mata membengkak Akela, Nakula jelas mengetahuinya karena tangisan sang adik terdengar sampai kamarnya. "Tadi pagi ditelepon Nakula, dimintai tolong jagaiin kamu juga."
Mata Akela melotot. "Jadi kamu dari pagi di sini?"
Rega hanya mengulum sebuah senyum.
"Maaf, ya. Aku kira Bibi datang, semalam udah diingatin buat bangunin aku. Aku juga salah karena susah bangun," ucap Akela malu.
Rega kembali duduk di sofa, matanya masih setia menatap Akela. "Mandi sana, aku tungguin. Udah ngabarin Mama juga kok kalau pertemuan kali ini waktunya diundur."
Secarik senyum kembali terbit di wajah Akela. "Okay, jangan bosan nungguin aku." Setelah itu ia bergegas mandi. Membongkar lemarinya habis-habissan.
Pulang nanti pasti Nakula merepet karena kondisi kamar yang layaknya kapal pecah, salahkan Akela yang ingin terlihat sempurna di depan calon mertua. Pilihan Akela jatuh pada dress merah selutut yang brokatnya bertebaran di sekitar bagian pinggang hingga ke bawah, ia berusaha menampilkan kesan yang baik.