Seokjin menyeka peluh keringatnya setelah nyeri itu mereda. Ia kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.
Ia juga mengacuhkan kesehatannya. Karena ia berpikir bahwa dirinya hanya kelelahan saja.
"Pagi ahjussi." sapanya ramah pada salah satu pekerja yang usianya sekitar 50 tahun sedang mengaduk semen.
"Jin. Kamu kenapa terlambat?" tanyanya.
Seokjin melipat lengan bajunya, lalu ia mulai membantu pria tersebut mengaduk semen.
"Tadi aku mengantar Haru ke sekolah barunya." jawabnya.
"Wah-wah. Sekarang Haru sudah sekolah." sahutnya senang.
"Iya, ahjussi. Kasihan juga kalau Haru ikut denganku bekerja, atau tinggal di rumah sendirian. Jadi lebih baik, aku sekolahkan saja." jawabnya.
"Kau memang ayah yang baik. Meski kau bukan ayah kandungnya. Tapi kau mendidik anakmu dengan sangat baik, Jin." pujinya.
"Ah. Tidak juga ahjussi." jawabnya malu-malu.
"Hei! Jangan ngobrol saja! Kerja-kerja! Atau gaji kalian saya potong!" teguran itu berasal dari seorang mandor yang mengawasi pekerjaan mereka.
Seokjin hanya tersenyum, lalu mereka berdua diam dan melanjutkan pekerjaannya.
Mandor mereka terkenal pemarah dan pelit. Jika pekerjanya melakukan kesalahan sedikit saja, ia langsung main potong gaji.
Seokjin adalah salah satu pekerja yang ulet. Dan pekerjaannya selalu selesai seperti yang diperintahkan.
Bagi Seokjin. Ia harus mendapatkan uang agar bisa menabung untuk Haru. Sejak kehadiran Haru dalam hidupnya. Ia menjadi lebih dewasa. Ia tidak boros seperti dulu. Ia selalu memiliki penghitungan sendiri untuk menyisihkan apa saja yang diperlukan.
Setelah selesai mengaduk semen. Ia melanjutkan pekerjaannya dengan mendorong kereta kecil berisi batu koral.
Hari menjelang siang. Cuaca juga cukup terik. Seokjin merasa kepalanya agak berat. Pandangannya sedikit kabur, langkahnya juga terlihat oleng.
Beberapa pekerja melihat Seokjin yang agak limbung. Mereka segera menghampirinya yang tiba-tiba terduduk lemas.
"Jin. Kamu kenapa?" tanya pria tidak berambut padanya.
"Wajahmu pucat sekali. Kamu sakit, Jin?" itu pertanyaan dari pria tua yang tampak beruban padanya.
"Pusing." keluhnya lemah.
Dua orang pekerja membantunya untuk berdiri. Seokjin benar-benar merasakan tubuhnya sangat lemas. Ia juga tidak tahu, kenapa tubuhnya sangat berbeda hari ini, tidak seperti biasanya.
-
-
-Di kamar Hotel. Sejeong menyendiri sambil memandangi televisi yang memberitakan tentang keindahan gunung Fuji.
Ia tiba-tiba teringat akan keinginan anak bungsunya yang ia usir sejak tiga tahun lalu.
"Eomma. Nanti kalau Jin berhasil memenangkan olimpiade matematika. Ajak liburan ke Jepang ya."
"Kenapa tidak ke Negara lain saja? Misalnya...ke Eropa"
"Jin suka liat pemandangan di gunung Fuji. Aku ingin merasakan sauna di sana seperti apa. Aku juga ingin melihat patung-patung anime."
"Ya sudah. Nanti kalau kau berhasil menang olimpiade matematika. Eomma dan appa akan mengajakmu liburan ke sana."
![](https://img.wattpad.com/cover/130872653-288-k820477.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
"The Regret" (YoonJin Brothership)
FanficKim Seokjin diusir oleh kedua orangtuanya karena kesalahan yang tidak pernah dilakukannya. Sedangkan Yoongi melampiaskan semua kesalahannya kepada adiknya. Diusianya yang masih 17 tahun, seharusnya ia menjalani masa-masa Sekolahnya dengan baik da...