Desemberain adalah sebutan orang-orang ketika di bulan Desember ini hujan turun begitu rutin hingga tiap harinya. Meskipun musim hujan sudah dimulai sejak bulan oktober lalu, rasanya inti dari musim hujannya berada di bulan Desember ini.
Seperti pagi ini, semenjak Alda terbangun dari tidurnya, hujan gerimis sudah menyambut dengan suara gemericik. Bahkan sampai Alda sudah bersiap di teras rumahnya untuk berangkat sekolah karena hari ini adalah hari pertama UAS dimulai, hujan masih belum mau menghentikan runtuhan airnya.
Alda duduk resah sambil sedaritadi menunggu pesanan ojek mobil onlinenya diterima oleh para driver. Mungkin karena hujan, pesanan ojek online jadi semakin dibutuhkan.
Waktu sudah menunjukkan pukul 07.25, sementara ulangan akan dimulai tepat pukul 08.00. Alda semakin dibuat panik, jika saja Ayahnya belum berangkat sejak pagi hari tadi, mungkin saat ini Alda sudah hampir sampai di sekolah dengan diantar Ayahnya.
"Ehem! Ada yang lagi panik nih. Kenapa? Gak bisa berangkat sekolah ya karena hujan? Atau karena gak punya mobil kayak gue? Kan lo udah punya motor butut, dipakai dong!" cecar Gebby yang baru saja keluar sembari memamerkan kunci mobilnya.
"Ooh... atau lo mau berangkat bareng gue sekalian berangkat kuliah? Eh, tapi nanti mobil gue kena virus lo lagi. Virus nelangsa!" tambah Gebby sambil tertawa jahat.
Sudah dua bulan ini, sejak dirinya lebih dekat dengan Zafran, entah mengapa Alda lebih berani untuk menghadapi Gebby, sampai-sampai ia sudah lupa kapan terakhir kali ia menangis karena ulah kakak tirinya itu.
"Udah ngomongnya?" lawan Alda berani.
"Belum sih, ada satu pertanyaan lagi nih. Pacar lo mana? Kok gak minta jemput aja sama dia? Ooh... jangan-jangan lo udah putus ya? Syukur deh, akhirnya Zafran sadar juga kalau selama ini dia udah keliru milih cewek!"
"Eee... maksud kakak apa ya?" suara laki-laki yang baru saja ikut masuk dalam perbincangan membuat Alda maupun Gebby terlonjak.
Zafran dengan kupluk jaket parasutnya yang membungkus tubuh dan rambutnya tiba-tiba muncul dari belakang Alda.
"Aa... i--itu, gue mauu berangkat kuliah dulu!" jawab Gebby gemetar lantas bergegas pergi dengan mobilnya yang sudah siap di depan.
Kini Alda yang harus memikul pertanyaan Zafran tadi, sebisa mungkin Alda berpikir mencari alasan yang tepat.
"Jadi?" tanya Zafran sekali lagi meminta penjelasan.
"Kamuu... sampai sini sejak kapan?"
"Sejak kakak kamu bilang kalau kita udah putus dan aku udah salah milih kamu jadi pacar aku" terang Zafran apa adanya.
"O--ooh... enggak, tadii kak Gebby cuma bercanda kok. Iya, bercanda doang" akhirnya Alda dapat memberi alasan yang masuk akal meski ia tetap was-was bila Zafran tidak akan percaya.
"Kakak kamu kalau bercanda sadis ya?!" tanya Zafran lebih pada mengomentari.
"Eee... udah-udah, by the way... kamu kok ke sini?" tanya Alda untuk mengalihkan topik sekaligus karena Alda bingung dengan kehadiran Zafran saat ini. Padahal sudah jelas bahwa sabtu kemarin Alda tidak mau bertemu dengannya sebelum Zafran sudah menentukan pilihannya. Apakah itu berarti karena memang saat ini Zafran sudah menentukan pilihannya?
"Ya karena aku mau jemput pacar aku! Kamu masih jadi pacar aku kan?"
Alda jadi bingung sendiri harus merespon seperti apa karena ucapan Zafran terlalu jauh.
"Yaudah, kita ngomonginnya di mobil aja. Takut telat, udah jam segini" kemudian Zafran melepaskan jaket parasut navy-nya, dan diangkat ke atas kepalanya dan kepala Alda sebagai pengganti payung untuk menembus rintikan gerimis yang begitu konsisten.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ekstrovert & Introvert [SELESAI✔️]
Teen FictionZafran Haikal Yoso, si ekstrovert tampan yang populer. Gitaris dalam sebuah band terkenal di sekolahnya bahkan di lingkungan luar pun banyak menyita perhatian kalangan muda. Hidupnya penuh warna, ia akan dengan mudah mengungkapkan apa yang ada dala...