Jika Alda disuruh memilih antara kemah di planet mars atau harus mewawancarai seorang Zafran Haikal Yoso, ia akan memilih opsi yang pertama. Sungguh, akibat pertemuannya dengan Zafran kemarin benar-benar membuat trauma pada dirinya sendiri. Dan jika sudah seperti ini, apa Alda masih mau memperjuangkan karirnya?
"Haduh... gue harus gimana ya?" sepanjang perjalanan menuju kelasnya, Alda menggerutu sendiri menyalahkan nasib.
Dini yang mulai melihat kemunculan Alda dengan wajah sepat sudah dapat menduga bahwa sahabatnya itu tentu sedang dalam keadaan susah.
"Al, lo baik-baik aja kan? Apa lo ada masalah lagi sama nyokap atau kakak teri lo itu?" cerocos Dini saat Alda baru saja menduduki kursi disebelahnya.
"Apasih Din? Bukan masalah itu, dan masalah yang kayak gitu udah biasa kali" sanggah Alda dengan wajah yang semakin masam.
"Ya terus? Masalah lo kali ini luar biasa banget? Cerita dong!!" paksa Dini antusias seraya mengguncang-guncang lengan Alda.
"Aduh... Din, gue gak tau lagi!"
"Ya gak tau apa Aldara Zeenanta? Jangan bikin gue gemes deh!"
"Iya jadi kemarin gue udah ketemu sama kak Zafran, dan lo tau ending-nya gimana?" tanya Alda memulai cerita.
"What? Seriusan lo udah ketemu kak Zafran, boleh juga nyali lo. Terus gimana? Dia mau diwawancara?" tanggap Dini menggebu-gebu.
"Boro-boro mau, nolak aja gak ada sopan-sopannya. Ya gue gak terima lah!" kini Alda benar-benar memasang wajah kesalnya mengingat kejadian kemarin.
"Jangan bilang lo marah-marah sama dia?" tanya Dini dengan wajah tegang.
"Ya iyalah! Dipikir dia siapa, sok sokan banget. Ya gue gak terima dong, gue marah-marah sama dia, terus dia marah balik sama gue, terus kita marah-marahan, ledek-ledekan terus..."
"Dia gak akan mau lo wawancarai? Aduh Alda!! Udah gila ya lo? Sama aja lo itu ngebuang harta karun lo sendiri! Gimana sih, berani-beraninya" selak Dini geram hingga menggaruk kasar rambutnya.
"Ya gimana dong Din, namanya juga kelepasan. Sekarang udah terlanjur juga, gimana dong?" kini Alda menyesali perbuatannya dan berharap Dini dapat memberi solusi.
"Ya... Lo harus minta maaf"
"Hah? Minta maaf? Din, yang bener aja dong, masa gue harus minta maaf sama tuh cowok, malu tau. Ya kalau habis itu dia langsung mau diwawancara, kalau enggak? Percuma dong!"
"Ya seenggaknya lo udah mau ngejar harta karun lo. Dan kalau udah ketemu, beda lagi caranya buat ngambil harta karun itu. Lo ngerti kan maksud gue apa?" dan di detik itu, Alda merasa bahwa sudah tidak ada cara lagi selain apa yang telah dikatakan Dini.
***
Setelah seharian berpikir, Alda akhirnya memutuskan untuk kembali menemui Zafran sepulang sekolah ini.
"Jadi motornya yang mana Din?" tanya Alda pada Dini saat sesampainya di area parkir.
"Eeem... Itu tuh, ninja warna hijau" telunjuk Dini pun mengarah ke sebuah motor besar berwarna hijau yang terparkir tidak jauh dari motor matic Alda.
"Ooh... Oke-oke! Lo doain gue ya supaya dia mau maafin gue sekaligus mau diwawancara"
"Iye-iye gue doain. Udah sono keburu kak Zafran nyampe duluan" Dini yang tak sabaran kemudian mendorong pelan Alda agar segera ke tempat yang dituju.
Sesampainya Alda di samping motor seseorang yang dicarinya, entah mengapa tubuhnya tiba-tiba terasa dingin. Padahal baru saja kemarin ia segarang itu pada Zafran, tapi sekarang? Mengapa nyalinya justru menciut?
KAMU SEDANG MEMBACA
Ekstrovert & Introvert [SELESAI✔️]
Roman pour AdolescentsZafran Haikal Yoso, si ekstrovert tampan yang populer. Gitaris dalam sebuah band terkenal di sekolahnya bahkan di lingkungan luar pun banyak menyita perhatian kalangan muda. Hidupnya penuh warna, ia akan dengan mudah mengungkapkan apa yang ada dala...